Biografi Ajip Rosidi - Sastrawan angkatan 1950-1960

Ajip Rosidi
Profil Dr. (HC). Ajip Rosidi
  • Pekerjaan: Sastrawan, Sastrawan Sunda, Budayawan, Dosen, Redaktur
  • Kewarganegaraan: Indonesia
  • Suku bangsa: Sunda
  • Aliran sastra: Cerpen, Puisi, Cerita Anak
  • Tema: Sastra Indonesia, Sastra Sunda

Ajip Rosidi (ejaan baru: Ayip Rosidi) adalah sastrawan Indonesia, penulis, budayawan, dosen, pendiri, dan redaktur beberapa penerbit, pendiri serta ketua Yayasan Kebudayaan Rancage.

Ia dilahirkan pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Cirebon, Jawa Barat.  Ketika usia Ajip Rosidi dua tahun, kedua orang tuanya berpisah sehingga ia diasuh oleh neneknya (dari pihak ibu), kemudian oleh pamannya (dari pihak bapak) yang bermukim di Jakarta. Pada saat itu kehidupannya sangat sederhana, bahkan boleh dibilang kurang. Namun, hal itu merupakan cambuk bagi dirinya untuk memperbaiki kehidupan. Ia berhasil mengembangkan kariernya di bidang sastra, baik sastra Indonesia maupun sastra Sunda, di bidang penerbitan, dan di bidang pengetahuan bahasa Indonesia.   Ketika berusia tujuh belas tahun, ia menikah dengan Patimah. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai enam orang anak.


Pendidikan

Ajib Rosidi mulai menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat Jatiwangi (1950), lalu melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII Jakarta (1953) dan terakhir, Taman Madya, Taman Siswa Jakarta (1956). Meski tidak tamat sekolah menengah, namun dia dipercaya mengajar sebagai dosen di perguruan tinggi Indonesia, dan sejak 1967, juga mengajar di Jepang [4]. Pada 31 Januari 2011, ia menerima gelar Doktor honoris causa bidang Ilmu Budaya dari Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.


Proses kreatif

Ajip mula-mula menulis karya kreatif dalam bahasa Indonesia, kemudian telaah dan komentar tentang sastra, bahasa dan budaya, baik berupa artikel, buku atau makalah dalam berbagai pertemuan di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Ia banyak melacak jejak dan tonggak alur sejarah sastra Indonesia dan Sunda, menyampaikan pandangan tentang masalah sosial politik, baik berupa artikel dalam majalah, berupa ceramah atau makalah. Dia juga menulis biografi seniman dan tokoh politik.

Ia mulai mengumumkan karya sastra tahun 1952, dimuat dalam majalah-majalah terkemuka pada waktu itu seperti Mimbar Indonesia, Gelanggang/Siasat, Indonesia, Zenith, Kisah, dll. Menurut penelitian Dr. Ulrich Kratz (1988), sampai dengan tahun 1983, Ajip adalah pengarang sajak dan cerita pendek yang paling produktif (326 judul karya dimuat dalam 22 majalah).

Bukunya yang pertama, Tahun-tahun Kematian terbit ketika usianya 17 tahun (1955), diikuti oleh kumpulan sajak, kumpulan cerita pendek, roman, drama, kumpulan esai dan kritik, hasil penelitian, dll., baik dalam bahasa Indonesia maupun Sunda, yang jumlahnya sekitar seratus judul.

Karyanya banyak yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, dimuat dalam bunga rampai atau terbit sebagai buku, a.l. dalam bahasa Belanda, Cina, Inggris, Jepang, Perands, Kroatia, Rusia, dll.


Aktivitas

Pada umur 12 tahun, saat masih duduk di bangku kelas VI Sekolah Rakyat, tulisan Ajip telah dimuat dalam ruang anak-anak di harian Indonesia Raya.

Sejak SMP Ajip sudah menekuni dunia penulisan dan penerbitan. Ia menerbitkan dan menjadi editor serta pemimpin majalah Suluh Pelajar (1953-1955). Pada tahun 1965-1967 ia menjadi Pemimpin redaksi Mingguan Sunda; Pemimpin redaksi majalah kebudayaan Budaya Jaya (1968-1979); Pendiri penerbit Pustaka Jaya (1971). Mendirikan dan memimpin Proyek Penelitian Pantun dan Folklor Sunda (PPP-FS) yang banyak merekam Carita Pantun dan mempublikasikannya (1970-1973). Menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1972-1981).

Bersama kawan-kawannya, Ajip mendirikan penerbit Kiwari di Bandung (1962), penerbit Cupumanik (Tjupumanik) di Jatiwangi (1964), Duta Rakyat (1965) di Bandung, Pustaka Jaya (kemudian Dunia Pustaka Jaya) di Jakarta (1971), Girimukti Pasaka di Jakarta (1980), dan Kiblat Buku Utama di Bandung (2000). Terpilih menjadi Ketua IKAPI dalam dua kali kongres (1973-1976 dan 1976-1979). Menjadi anggota DKJ sejak awal (1968), kemudian menjadi Ketua DKJ beberapa masaja batan (1972-1981). Menjadi anggota BMKN 1954, dan menjadi anggota pengurus pleno (terpilih dalam Kongres 1960). Menjadi anggota LBSS dan menjadi anggota pengurus pleno (1956-1958) dan anggota Dewan Pembina (terpilih dalam Kongres 1993), tetapi mengundurkan diri (1996). Salah seorang pendiri dan salah seorang Ketua PP-SS yang pertama (1968-1975), kemudian menjadi salah seorang pendiri dan Ketua Dewan Pendiri Yayasan PP-SS (1996). Salah seorang pendiri Yayasan PDS H.B. Jassin (1977).

Sejak 1981 diangkat menjadi guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa Asing Osaka), sambil mengajar di Kyoto Sangyo Daigaku (1982-1996) dan Tenri Daignku (1982-1994), tetapi terus aktif memperhatikan kehidupan sastra-budaya dan sosial-politik di tanah air dan terus menulis. Tahun 1989 secara pribadi memberikan Hadiah Sastera Rancagé setiap yang kemudian dilanjutkan oleh Yayasan Kebudayaan Rancage yang didirikannya.

Setelah pensiun ia menetap di desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Meskipun begitu, ia masih aktif mengelola beberapa lembaga nonprofit seperti Yayasan Kebudayaan Rancagé dan Pusat Studi Sunda.


Kehidupan pribadi

Ajip Rosidi menikah dengan Fatimah Wirjadibrata dan memiliki 6 anak yaitu Nunun Nuki Aminten (1956), Titi Surti Nastiti (1957), Uga Percéka (1959), Nundang Rundagi (1961), Rangin Sembada (1963), Titis Nitiswari (1965).


Karya-karyanya

Ada ratusan karya Ajip. Beberapa di antaranya:
  • Tahun-tahun Kematian (kumpulan cerpen, 1955)
  • Ketemu di Jalan (kumpulan sajak bersama SM Ardan dan Sobron Aidit, 1956)
  • Pesta (kumpulan sajak, 1956)
  • Di Tengah Keluarga (kumpulan cerpen, 1956)
  • Sebuah Rumah buat Haritua (kumpulan cerpen, 1957)
  • Perjalanan Penganten (roman, 1958, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh H. Chambert-Loir, 1976; Kroatia, 1978, dan Jepang oleh T. Kasuya, 1991)
  • Cari Muatan (kumpulan sajak, 1959)
  • Membicarakan Cerita Pendek Indonesia (1959)
  • Surat Cinta Enday Rasidin (kumpulan sajak, 1960);
  • Pertemuan Kembali (kumpulan cerpen, 1961)
  • Kapankah Kesusasteraan Indonesia lahir? (1964; cetak ulang yang direvisi, 1985)
  • Jante Arkidam jeung salikur sajak lianna (kumpulan sajak, bahasa Sunda, 1967);
  • Jeram (kumpulan sajak, 1970);
  • Jante Arkidam jeung salikur sajak lianna (kumpulan sajak, bahasa Sunda, 1967)
  • Ikhtisar Sejarah Sastera Indonesia (1969)
  • Ular dan Kabut (kumpulan sajak, 1973);
  • Sajak-sajak Anak Matahari (kumpulan sajak, 1979, seluruhnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang oleh T. Indoh, dan dimuat dalam majalah Fune dan Shin Nihon Bungaku (1981)
  • Manusia Sunda (1984)
  • Anak Tanah air (novel, 1985, terjemahkan ke dalam bahasa Jepang oleh Funachi Megumi, 1989.
  • Nama dan Makna (kumpulan sajak, 1988)
  • Sunda Shigishi hi no yume (terjemahan bahasa Jepang dari pilihan keempat kumpulan cerita pendek oleh T. Kasuya 1988)
  • Puisi Indonesia Modern, Sebuah Pengantar (1988)
  • Terkenang Topeng Cirebon (kumpulan sajak, 1993)
  • Sastera dan Budaya: Kedaerahan dalam Keindonesiaan (1995)
  • Mimpi Masa silam (kumpulan cerpen, 2000, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang)
  • Masa Depan Budaya Daerah (2004)
  • Pantun Anak Ayam (kumpulan sajak, 2006)
  • Korupsi dan Kebudayaan (2006)
  • Hidup Tanpa Ijazah, Yang Terekam dalam Kenangan (otobiografi, 2008)
  • Ensiklopédi Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya. 2000

Ajip juga menulis drama, cerita rakyat, cerita wayang, bacaan anak-anak, lelucon, dan memoar serta menjadi penyunting beberapa bunga rampai.


Pendidikan
  • Sekolah Rakyat Jatiwangi (1950)
  • Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII Jakarta (1953)
  • Taman Madya, Taman Siswa Jakarta (tidak tamat) (1956)

Karir
  • Penerbit, editor dan pemimpin majalah Suluh Pelajar (1953-1955)
  • Anggota LBSS dan menjadi anggota pengurus pleno (1956-1958) dan anggota Dewan Pembina (terpilih dalam Kongres 1993), tapi mengundurkan diri (1996)
  • Anggota BMKN 1954, dan menjadi anggota pengurus pleno (terpilih dalam Kongres 1960)
  • Pendiri penerbit Kiwari di Bandung (1962)
  • Pendiri penerbit Cupumanik (Tjupumanik) di Jatiwangi (1964)
  • Pendiri penerbit Duta Rakyat (1965) di Bandung
  • Pemimpin redaksi Mingguan Sunda 1965-1967
  • Tahun 1967 diangkat sebagai dosen luar biasa pada Fakultas Sastera Universitas Padjadjaran di Bandung
  • Pemimpin redaksi majalah kebudayaan Budaya Jaya (1968-1979)
  • Anggota DKJ sejak awal (1968), kemudian menjadi Ketua DKJ beberapa masa jabatan (1972-1981)
  • Salah seorang pendiri dan salah seorang Ketua PP-SS yang pertama (1968-1975)
  • Mendirikan dan memimpin Proyek Penelitian Pantun dan Folklor Sunda (PPP-FS) yang banyak merekam Carita Pantun dan mempublikasikannya (1970-1973)
  • Pendiri penerbit Pustaka Jaya (1971)
  • Pendiri penerbit Pustaka Jaya (kemudian Dunia Pustaka Jaya) di Jakarta (1971)
  • Menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1972-1981)
  • Ketua IKAPI dalam dua kali kongres (1973-1976 dan 1976-1979)
  • Dosen kuliah umum di berbagai universitas di seluruh Indonesia, antara lain di Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Diponegoro (Semarang), IKIP Negeri Bandung, IKIP Negeri Padang, di Padang, Universitas Syah Kuala, Banda Aceh, IKIP Negeri Surabaya, dll
  • Salah seorang pendiri Yayasan PDS H.B. Jassin (1977)
  • Pendiri penerbit Girimukti Pasaka di Jakarta (1980)
  • Tahun 1981 diangkat sebagai Visiting Professor pada Osaka Gaikokugo Daigaku di Osaka, Jepang (sampai 2003)
  • Tahun 1983-1994 menjadi Gurubesar Luar Biasa pada Tenri Daigaku, di Tenri, Nara
  • Tahun 1983-1996 menjadi Gurubesar Luar Biasa pada Kyoto Sangyo Daigaku di Kyoto
  • Salah seorang pendiri dan Ketua Dewan Pendiri Yayasan PP-SS (1996)
  • Pendiri penerbit Kiblat Buku Utama di Bandung (2000)


Penghargaan
  • Dalam Kongres Kebudayaan tahun 1957 di Denpasar,  mendapat Hadiah Sastra Nasional  untuk sajak-sajak yang ditulisnya tahun 1955-1956
  • Dalam Kongres  Kebudayaan tahun 1960 di Bandung, mendapat Hadiah Sastra Nasional  untuk kumpulan cerita pendeknya yang berjudul  Sebuah Rumah Buat Hari Tua
  • Tahun 1975 mendapat Cultural Award dari Pemerintah Australia
  • Tahun 1993 mendapat Hadiah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia
  • Tahun 1994, terpilih sebagai salah seorang dari Sepuluh Putra Sunda yang membanggakan daerahnya
  • Tahun 1988, sejumlah sahabatnya di Bandung mengadakan peringatan Ajip Rosidi 50 Tahun dengan menerbitkan buku Ajip Rosidi Satengah Abad
  • Tahun 1999 mendapat Kun Santo Zui Hoo Shoo (Order of the Sacred Treasure, Gold Rays with Neck Ribbon) dari pemerintah Jepang
  • Tahun 2003 memperoleh Hadiah Mastera dari Brunei
  • Tahun 2004 mendapat Professor Teeuw Award dari Belanda
  • Tahun 2005, Paguyuban Panglawungan Sastera Sunda (PPSS) di Bandung menyelenggarakan acara dramatisasi, musikalisasi puisi, dan diskusi buku Ayang-ayang Gung dalam rangka 67 Ajip Rosidi (31 Januari 2005)
  • Tahun 2007 mendapat Anugrah Budaya Kota Bandung 2007
  • Mendapat Anugerah Hamengku Buwono IX 2008 untuk berbagai sumbangan positifnya bagi masyarakat Indonesia di bidang sastra dan budaya

Sumber: Wikipedia, http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/tokoh/1256/Ajip%20Rosidi