Mas Agustinus Adisucipto, Marsekal Muda Anumerta adalah seorang pahlawan nasional dan seorang komodor udara Indonesia. Ia lahir pada tanggal 3 Juli 1916 dan meninggal pada tanggal 27 Juli 1947.
Agustinus Adisucipto ini merupakan calon dokter yang bersekolah di GHS (Geneeskundige Hoge School) (Sekolah Tinggi Kedokteran) dan lulusan Sekolah Penerbang Militaire Luchtvaart di Kalijati, Subang namun kecintaannya pada dunia dirgantara ternyata membelokkan niat mulianya untuk menjadi seorang dokter.
Seusai Indonesia memenangkan pertempuran sengit melawan Belanda dan Jepang, pria yang akrab disapa Adisucipto ini bergabung pada Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) setelah sebelumnya mengenyam pendidikan di Sekolah Penerbangan (Militaire Luchtvaaart Opleiding School). Kepiawaian dan kemampuannya dalam mengemudikan pesawat membuatnya seketika ditunjuk sebagai Kepala Staf AURI.
Pada tanggal 15 November 1945, Adisoetjipto mendirikan Sekolah Penerbang di Yogyakarta, tepatnya di Lapangan Udara Maguwo, yang kemudian diganti namanya menjadi Bandara Adisutjipto, untuk mengenang jasanya sebagai pahlawan nasional. Sebelumnya, di tahun yang sama, ia melakukan penerbangan pertamanya dengan sebuah pesawat rakitan berjenis Curen.
Saat terjadi Agresi Militer Belanda I tahun 1947 dimana Belanda kembali ingin menduduki Indonesia, Adisucipto diperintahkan untuk terbang ke India dalam upaya mengambil bantuan obat-obatan yang diberikan oleh Palang Merah Malaya dan India.
Saat dalam perjalanan pulang, pesawat yang dikemudikan oleh Adisucipto, Abdulrahman Saleh, Adi Sumarmo, dan F.A Gani ini mengalami kecelakaan akibat peluru yang ditembakkan dua pesawat P-40 Kittyhawk milik Belanda mengenai pesawat Dakota VT-CLA yang mereka kemudikan di Dusun Ngoto. Dalam peristiwa naas itu pesawat terbang milik Indonesia mengalami kebakaran hebat dan seluruh awak pesawat meninggal kecuali F.A Gani.
Adisucipto meninggal pada tanggal 27 Juli 1947 dan dimakamkan di pemakaman umum Kuncen I dan II yang kemudian pada tanggal 14 Juli 2000 dipindahkan ke Monumen Perjuangan di Desa Ngoto, Bantul, Jogjakarta. Berkat jasanya, Adisucipto meraih gelar Bapak Penerbang Indonesia serta gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres No. 071/TK/1974 tanggal 9 November 1974.
(Wikipedia, merdeka.com)