Biografi Silas Papare - Pahlawan nasional dari papua
Pada tahun 1935 Ia menyelesaikan pendidikan di Sekolah Juru Rawat dan bekerja sebagai pegawai pemerintah Belanda. Kegigihannya dalam berjuang untuk kemerdekaan Papua membuatnya sering berurusan dengan aparat keamanan Belanda.
Perjuangan
29 September 1945, Silas Papare dengan bimbingan ex Digulis Harjono dan Suprapto membentuk Komite Indonesia Merdeka ( KIM ) untuk menghimpun kekuatan dan mengatur gerak langkah perjuangan selanjutnya. Tujuannya membela dan mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 serta menangani pemulangan para tawanan.
Pada Desember 1945 bersama-sama dengan Marthen Indey, Cornelis Krey dapat mempengaruhi Batalyon Papua (bentukan tentara Sekutu) untuk berontak terhadap Belanda tujuannya untuk mewujudkan Kemerdekaan bagi Irian Barat Rencana tersebut dapat diketahui Belanda, sehingga mendatangkan bantuan dari Rabaul (Papua Timur). Akhirnya Silas Papare dan Marthen Indey ditangkap dan dipenjara di Holandia (Jayapura).
Pada tanggal 23 November 1946 Ia mendirikan Partai Kemerdekaan Irian dimana Silas Papare sebagai Ketua Umum. Karena Partai ini tidak disenangi Pemerintah Belanda, Silas Papare ditangkap dan dipenjarakan di Biak. Atas Undangan Pemerintah RI sebagai Partai Kemerdekaan Irian di Serui datang ke Yogyakarta untuk menjadi delegasi RI dalam koperasi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Silas Papare bersama-sama dengan teman-temannya membentuk Badan Perjuangan Irian di Yogyakarta.
Di pengasingan
Saat menjalani masa tahanan di Jayapura, Silas berkenalan dengan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur sulawesi yang diasingkan oleh Belanda di tempat tersebut. Perkenalannya dengan Sam Ratulangi membuat semakin yakin bahwa Papua harus bebas dan bergabung dengan Republik Indonesia. Hal tersebut membuat ia akhirnya mendirikan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII). Akibatnya Silas kembali ditangkap oleh Belanda dan dipenjarakan di Biak. Namun kemudian ia berhasil melarikan diri menuju Yogyakarta.
Pada bulan Oktober 1949, ia mendirikan Badan Perjuangan Irian di Yogyakarta dalam rangka membantu pemerintah Republik Indonesia untuk memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam wilayah RI. Akibatnya, beliau kembali ditangkap oleh Belanda dan dipenjarakan di Biak.
Pada tahun 1951 Silas Papare membentuk Kompi Irian 17 di Markas Besar Angkatan Darat untuk mendukung politik Pemerintah di forum Internasional dalam usaha pengembalian Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia.
Guna mengenang jasa besarnya, nama Silas Papare di abadikan sebagai salah satu kapal selam perang, yakni KRI Silas Papare. KRI Silas Papare adalah sebuah Korvet kelas Parchim yang dibuat untuk Volksmarine / AL Jerman Timur pada akhir 70-an. Penamaan menurut Pakta Warsawa adalah Project 133. Kapal ini didesain untuk perang anti kapal selam di perairan dangkal/pantai. Oleh TNI AL kapal ini dimodifikasi dengan menambahkan kapasitas BBM untuk patroli lebih lama di laut.
Oleh Pemerintah Indonesia Silas Papare dianugerahi gelar pahlawan indonesia pada 14 September 1993 dengan dikeluarkannya Keppres No. 77/TK/1993.