Sebelumnya, Nadiem Makarim adalah Founder, CEO PT Go-Jek Indonesia. Kini Ia melepaskan jabatannya tersebut dan menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia untuk periode 2019-2024.
Ide awal
Nadiem Makarim lahir 4 juli 1984. Ia adalah lulusan Brown University dan Master of Business Administration dari Harvard Business School, AS. Sebelum membangun bisnis berbasis aplikasi, Nadiem adalah seorang pegawai di salah satu perusahaan aplikasi belanja online (Co-Founder dan Managing Editor Zalora Indonesia dan Chief Innovation Officer Kartuku). Dengan mobilitas tinggi, ia lebih memilih ojek ketimbang mobil pribadi untuk menjalani kegiatan sehari-harinya. Bahkan ia hampir 5 kali sehari naik ojek.
Nadiem lebih memilih menggunakan ojek saat pulang atau pergi ke kantor karena merasa lebih aman, tingkat kecelakaan pada pengguna ojek sangat kecil. Selama menggunakan jasa ojek, ia tidak pernah mengalami kecelakaan tidak seperti saat ia menggunakan taksi, dirinya pernah dua kali kecelakaan, kendaraan pribadi tiga kali kecelakaan, dan naik motor pribadi satu kali kecelakaan.
Lantaran sering menggunakan jasa ojek, Nadiem pun sering ngobrol dengan para tukang ojek langganannya. Dari hasil obrolan dan pengamatannya, ia mengetahui bahwa sebagian besar waktu tukang ojek banyak dihabiskan untuk mangkal dan menunggu penumpang.
Saat di pangkaln ojek, biasanya tukang ojek bergiliran dengan tukang ojek lainnya. Sudah giliran, kadang penumpang sepi. Sementara itu, dari sisi pengguna jasa, keamanan dan kenyamanan ojek belum terjamin 100 persen.
Dari hasil riset itulah ia mendapatkan ide membuat inovasi bagaimana orang bisa dengan mudah memesan ojek melalui ponsel tanpa harus repot ke pangkalan ojek, jadi orang yang jauh dengan pangkalan ojekpun dapat menikmatinya. Tukang ojek sendiri tidak harus mangkal. Bagi penumpang, menggunakan ojek juga lebih aman karena jelas dan terdaftar.
Ide Nadiem ini juga sejalan dengan salah satu tugas kuliah ketika mengambil master di Harvard Business School. Saat awal merintis bisnis, ia hanya memiliki 10 karyawan dan 20 tukang ojek.
Merintis Gojek
Kecintaannya terhadap jasa tukang ojek berhasil mengantarkannya menjadi pengusaha. Pada 2011, saat masih bekerja sebagai seorang pegawai, Nadiem perlahan merintis GO-JEK. Namun masih menggunakan sistem sederhana alias manual. Saat itu, penumpang masih menggunakan manual melalui telepon dan kirim pesan via ponsel pintar atau smartphone.
Tiga tahun kemudian, dia memutuskan keluar dari perusahaannya. Padahal saat itu jabatan Nadiem cukup strategis, sebagai direktur e-commerce.
Dalam perjalanan, Sopir ojek Go-Jek di lapangan sempat ada gesekan dengan Sopir ojek lokal. Para tukang ojek lokal/tradisional merasa akehadiran Gojek mengurangi pendapatan mereka.
Kini Nadiem Makarim sebagai CEO dan pendiri Go-Jek. Kini, sudah ada 10 ribu sopir ojek yang tergabung dalam Go-Jek. Pertumbuhan 10 ribu Sopir ojek sangat cepat tahun ini. Padahal di awal Januari 2015 saja, mitra Sopir ojek masih 1.000. Aplikasi mobile Go-Jek juga sudah diunduh sebanyak 400 ribu.
Ke depan, Nadiem Makarim ingin memperluas jangkauan Go-Jek ke seluruh Nusantara. Layanannya pun kini tak terbatas pada mengantarkan penumpang, namun juga bisa sebagai kurir atau pengantar makanan.
Bagi hasil
Skema bagi hasil untuk Sopir ojek adalah 80% dari jumlah transaksi yang didapatkan dari penumpang. Go-Jek hanya membekali Sopir ojek dengan jaket, helm dan HP Android.
Biodata Nadiem Makarim:
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ke-29 | |
---|---|
Petahana
| |
Mulai menjabat 23 Oktober 2019 | |
Presiden | Joko Widodo |
Wakil Presiden | Ma'ruf Amin |
Pendahulu | Muhadjir Effendy |
CEO Gojek | |
Masa jabatan 13 Oktober 2010 – 22 Oktober 2019 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Nadiem Anwar Makarim 4 Juli 1984 Singapura |
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | Independen |
Pasangan | Franka Franklin[1] |
Alma mater | Harvard Business School Brown University |