Izzan merupakan Anak ke-2 dari pasangan Yanti Herawati (46) serta Mursid Wijanarko (46). Dari kecil ia tidak sempat bersekolah resmi seperti orang pada umumnya.
Pendidikan dasarnya ia lalui bersama orang tuanya. Sementara Ijazah paket A (SD) diambil saat dia usia 8 tahun, sedangkan Ijazah paket C didapatkannya pada th. 2015 yang lantas jadi modal untuk mengikuti SBMPTN 2017.
Kejeniusan Izzan mulai tampak saat usiannya menginjak 3 tahun. Dalam kesehariannya ia sudah terbiasa membaca buku-buku mengenai tokoh-tokoh fisika serta matematika.
Izzan sempat tidak naik dari TK A ke TK B karena saat di sekolah alam hanya main selalu tidak ingin belajar serta tidak dapat ikuti aktivitas di kelas. Sampai pada akhirnya sang ibu mengajarinya di rumah dari mulai membaca, bahkan juga bermain catur atas permintaan Izzan
Saat usia Izzan menginjak 6 tahun, ia semakin bertambah cerdas. banyak hal yang dilakuan olehnya seperti mempraktekkan hukum gravitasi dalam aktivitas keseharian.
Pada saat kecil dulu, sang ibu yang melihat tingkah dari anaknya tersebut juga sempat memeriksakannya ke dokter terkait dengan psikologisnya. Pada saat pemeriksaan tersebut, Izzan telah didiagnosa mengelami Autism Spectrum Disorder (ASD) atau gangguan pada perkembangan syarafnya sehingga berdampak pada kemampuan IQ.
Dengan intensif Izzan selalu belajar sendiri matematika dirumah bersama sang ibu yang jadi mentor. Setahun jalan Izzan juga dapat merampungkan beberapa masalah serta rumus matematika yang dipelajari anak-anak SMA.
Ibunya mengatakan, dalam kurun waktu setahun Izzan mampu menempuh Matematika kelas 1 SD hingga kelas 1 SMA. Tulisannya berantakan karena tidak sering menulis. Usia 7 th. Izzan mulai belajar fisika.
Pengetahuan fisika selalu dipelajari dengan telaten oleh Izzan. Bahkan juga, di usianya yang masih 7 tahun. dia dapat merampungkan beberapa masalah fisika satu tingkat kelas 3 SMP. Satu diantara teori fisika yang dipejari oleh Izzan yaitu teori fisika gasing.
Kerepotan mulai dirasakan Yanti saat usia anaknya menginjak 8 tahun, saat itu keingintahuan ananya tentang pelajaran semakin besar. Ibunya juga tidak dapat lagi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diserahkan Izzan. Salah satu diantara pertanyaan Izan yang sulit dijawab yaitu bagaimana menurunkan diferensial benda ke dimensi N.
Di usianya yang masih berumur 8 tahun. Izzan sempat juga mempertanyakan mengenai matematika pojok bola. Ibunya menanyakan hal tersebut kepada rekannya yang tamatan astronomi, katanya itu dipelajari kelak pada tingkat 3 kuliah astronomi mengenai pojok 3 dimensi.
Selanjutnya sang ibu bolak balik berkonsultasi dengan dosen-dosen matematika ITB seperti Agus Jodi serta Oki Neswan. Kedua dosen itu juga tidak dapat memberi banyak jalan keluar. Oki Neswan menyuruh Izzan untuk mengikuti SBMPTN supaya bakatnya dapat diasah di ITB.
Dengan penuh kesabaran, Yanti juga menuntun Izzan sepanjang satu tahun lebih supaya dapat turut ujian kesamaan untuk ambil ijazah paket A sampai C. Setelah mendapatkan ijazah paket C pada th. 2015, kemudian Izzan mengikuti SBMPTN pada th. 2016. Sayang, Izzan tidak berhasil.
Untuk pelajaran eksak seperti matematika, biologi, fisika, kimia, serta tes potensi anak (TPA) seperti tes verbal, numerik serta profilal, dapat ditangani dengan gampang oleh Izzan.
Ia mampu melaui 10 tes yang diujikan. Izzan memiliki masalah di bahasa Indonesia karena susah mengerti bacaan. Namun bila bahasa Inggris lumayan dapat karena sempat mengikuti tuntunan belajar intensif selama dua bulan.
Akhirnya, dengan persiapan yang hanya satu bulan, Izzan masuk berhasil lolos SBMPTN di ITB tahun 2017. Izzan terima jadi mahasiswa di Fakultas Matematika serta Pengetahuan Pengetahuan Alam (MIPA) Institut Tehnologi Bandung (ITB).
Sumber: http://breakingnews.co.id/read/izzan-tak-pernah-sekolah-formal-dan-lulus-sbmptn-masuk-itb-umur-14-tahun