Dikutip dari tirto.id, Ninoy Karundeng dikenal luas oleh publik tatkala dirinya berurusan dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada Juli 2019. Ketika itu Ninoy melalui tulisannya yang ia unggah di Facebook pribadinya, menyentil Ketua Umum PSI Grace Natalie. Ninoy menyebut Grace bukan pemilik PSI. Lantaran tulisan itu, Ninoy dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh Ketua DPW PSI DKI Jakarta Michael Victor Sianipar.
Namun jauh sebelum itu, Ninoy memang rajin mengunggah opininya di Facebook pribadinya. Ia gemar merespons isu-isu politik terkini, khususnya yang berhubungan dengan Presiden Joko Widodo. Beberapa judul tulisannya seperti Visi Indonesia Jokowi Untuk Presiden Jan Ethes 2085, Orang-orang di Belakang Layar Jokowi, Lupakan Prabowo, Sambut Kabinet Zaken Jokowi, dan beberapa tulisan lainnya. Dalam tulisannya, Ninoy beberapa kali menyentil pihak-pihak yang berseberangan dengan Jokowi termasuk Prabowo.
Contoh beberapa judul tulisan soal Prabowo yakni Politik Psikopat Prabowo, Bahaya 22 Mei 2019 dan Beyond, Prabowo Pegang Kepala Ular, Jokowi Pegang Ekornya, dan beberapa tulisan lainnya. Ninoy juga sering mengkritik pihak-pihak yang terhubung dengan kubu Prabowo seperti Alm. Ustaz Arifin Ilham, Gubernur DKI Anies Baswedan, Kivlan Zen, Soenarko, Habib Rizieq Shibab dan FPI. Ia ungkapkan lewat tulisan seperti Kivlan dan FPI, Tjahjo dan Tito Cerdas, Oplet Rongsokan Bukan Bumblebee; dan Ustad Arifin Ilham dan Anies Peluk Teroris di Petamburan.
Mengaku diculik
Masih dikutip Tirto.id, Ninoy Karundeng diculik dan dianiaya sekelompok orang saat berada di Pejompongan, Jakarta Pusat, Rabu (30/9/2019) lalu. Peristiwa itu terjadi ketika sedang terjadi aksi unjuk rasa, Ninoy hendak mengabadikan momentum anak-anak yang terkena gas air mata.
Ninoy mengaku diseret ke Masjid al-Falah, Pejompongan, Jakarta Pusat. Ia diberondong pertanyaan dan mendapatkan kekerasan fisik dari orang-orang yang tidak ia kenal. Bahkan ia juga mengaku sempat diancam untuk dibunuh oleh salah satu orang yang berada di lokasi.
Selain diancam oleh seseorang yang disebut sebagai habib, Ninoy mendaku diintimidasi oleh seseorang yang mengaku sebagai tim medis. Orang ini mengaku membuka media sosial dan menemukan unggahan Ninoy.
Polda Metro Jaya yang menangani kasus Ninoy lantas mulai mendalami kasus tersebut dan menetapkan sejumlah orang sebagai tersangka. Salah satunya Sekretaris Jenderal Persaudaraan Alumni (PA) 212, Bernard Abdul Jabbar. Bernard terbukti berada di lokasi dan ikut mengintimidasi Ninoy. Selain itu, telah ditetapkan tersangka terhadap 12 orang lainnya yakni AA, ARS, YY, RF, Baros, S, TR, SU, ABK, IA, dan R yang memiliki peranan berbeda.
Namun berbeda dengan postingan yang beredar di media sosial Twitter, terlihat dalam video bahwa Ninoy diantar pulang beserta motornya dengan baik-baik, seperti video di bawah ini:
Dari tayangan video ini jelas terlihat bahwa semua pengakuan dan laporan si Ninoy Karundeng didepan penyidik semua bohong bahwa dia di culik dan disiksa oleh jama'ah masjid yang meyelamatkannya. Sebarkan video ini agar warga masyarakat tahu si buzzer istana ini pendusta... pic.twitter.com/gmrshfRV92— PUTRA MELAYU (@ardi_riau2) October 8, 2019
Sumber berita: tirto. id, "Kasus Ninoy Karundeng vs FPI: Dampak Pertarungan Pilpres Tak Reda"