Beranda | 25 Nabi | Tokoh Militer | Tokoh Muslim | Tokoh Wanita

Biodata Daeng Muhammad Ardiwinata - Pejuang Kota Cimahi

Daeng Muhammad Ardiwinata adalah seorang pejuang kemerdekaan RI angkatan 45 dan pelaku sejarah Kota Cimahi. Daeng Muhammad Ardiwinata tinggal dan besar di Cimahi. Nama Beliau diabadikan menjadi nama jalan, menggantikan nama Jalan Cihanjuang.

Biodata Daeng Muhammad Ardiwinata - Pejuang Kota Cimahi
Daeng Muhammad Ardiwinata

Biografi

Daeng Muhammad Ardiwinata lahir di Kota Cimahi, Jawa Barat, pada 2 September 1923. Ayah Daeng M Ardiwinata bernama Daeng Kanduruan Ardiwinata, seorang nasionalis yang juga salah seorang pendiri Paguyuban Pasundan. Dialah sastrawan Sunda yang pernah menerima penghargaan dari Belanda "Ridder in de Orde Van Oranye Nassau", karena jasanya di bidang budaya. Sementara, kakek Daeng Muhammad Ardiwinata adalah orang Bugis Makassar yang menikah dengan orang Sunda.

Daeng Muhammad Ardiwinata tinggal dan besar di Cimahi. Setelah lulus MULO, Daeng masuk pendidikan  Peta di Bogor. Ketika batalyon IV Peta di Cimahi bubar, Daeng bergabung dengan BKR, lalu TKR.

Kompi Daeng begitu sebutan untuk pasukannya. Tergabung dalam Batalyon IV Momon Resimen 9 Gandawijaya yg bermarkas di Cililin. Kompi 1 Daeng berkedudukan di Cibabat-Cibeureum sampai Fokkerweg (kini Jln Garuda) Bandung.

Kompi Daeng inilah yang terlibat dlm berbagai medan pertempuran di Cimahi. Antara lain pencegatan konvoi tentara sekutu, bersama Hizbullah menyerang pabrik senjata ACW cabang Cibabat, Pertempuran Alun-alun, pertempuran Cibabat, pertempuran Prapatan Cihanjuang dan yang paling heroik, pertempuran 4 hari 4 malam.

Dari kompi, pasukan Daeng berkembang jadi Batalyon 25, lebih terkenal dgn sebutan Batalyon Daeng. Dari Cimahi, Batalyon Daeng ditarik ke Resimen 8 dan ditempatkan di Panjalu Garut dan Pangalengan. Perjanjian Renville memaksa pasukan Siliwangi hijrah ke ibukota Yogyakarta.

Tak hanya itu, Batalyon Daeng turut menumpas pemberontakan PKI di Madiun. Batalyon Daeng ditugaskan untuk membersihkan dan mengamankan lapangan terbang Maospati Madiun dan merebut kembali Cepu dari penguasaan PKI.

Saat longmarch bersama Pangdan Siliwangi Letkol Daan Yahya ditawan Belanda. Mereka dan juga Komandan CPM Cimahi FE Thanos ditahan di Nusakambangan.  Akhir 1949 setelah pengakuan kedaulatan, Daeng menjadi Komandan Resimen 063/Sunan Gunung Djati Cirebon.

Komando Resimen 063/ Sunan Gunung Jati lahir dan diresmikan berdasarkan Surat Divisi Order Nomor : 158/1949 tanggal 8 Desember 1949 dengan nama "KOMANDO MILITER DISTRIK III DIVISI SILIWANGI".

Sebagai Komandan dipercayakan kepada Letnan Kolonel Infantri Daeng Muhammad Ardiwinata, dengan wilayah kekuasaan meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten Subang dan dua pertiga Kabupaten Bandung.

Tahun 1951 ia mengundurkan diri dari TNI.  Soal pengunduran diri ini ada banyak versi. Ada yang bilang karena sakit. Ada juga yang bilang karena menolak penugasan ke Makassar. Entah mana yang benar.  Pangkat terakhirnya adalah Kolonel.

Pada tahun 1954 ia mendirikan partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) bersama Kolonel Abdul Haris Nasution dan Kolonel Gatot Subroto dan diangkat sebagai Ketua IPKI Jawa Barat.


Karier: 

Karier Daeng Muhammad Ardiwinata dimulai sejak mengikuti pendidikan PETA di Bogor, kemudian bergabung dengan TKR, TRI hingga TNI sampai tahun 1951. Kemudian menjalankan tugas negara sebagai anggota DPR-RI (1955), anggota DPA (1960), Kepala Perkebunan Dwikora II Subang (1965), dan Ketua Yayasan STHB Bandung sampai akhir hayatnya (2000).

Daeng tak pernah mengambil gaji dan pensiunan dari militer. Ia hanya membawa gaji saat jadi anggota DPR. Jabatan terakhir beliau adalah Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Hukum Bandung (STHB). Daeng mendapat piagam dan mendali penghargaan Angkatan 45 saat peringatan Hari Kemerdekaan ke 50 dari Gubernur Jabar HR Nuriana. 

Daeng wafat pada 15 April 2000 saat usianya menginjak 77 tahun. Sebelum wafat, Ia menolak dimakamkan di TMP Cikutra. Daeng lebih memilih dikebumikan di samping kuburan istrinya, Siti Rukayah, di Kampung Juntigirang Desa Banyusari Kecamatan Katapang Kab. Bandung. Ketika itu ia meninggalkan 5 anak dan 11 cucu.

Sumber: https://dickyrachmadie.blogspot.com/