Ida I Dewa Agung Jambe atau Dewa Agung Jambe I adalah seorang raja serta pendiri Kerajaan Klungkung pada tahun 1686 dan merupakan penerus Dinasti Gelgel. Ia adalah anak atau kerabat dari raja Kerajaan Gelgel sebelumnya, Dalem Di Made, yang kemudian memindahkan puri kerajaan ke Klungkung. Proses ini menyebabkan pembagian permanen pulau Bali menjadi beberapa kerajaan kecil pada abad ke-17 Masehi. Dalam literatur lain disebutkan masa kekuasaannya antara tahun 1686 sampai dengan kira-kira 1722 Masehi.
Dewa Agung Jambe merupakan Raja Klungkung kedua. Dia adalah pahlawan yang gugur ketika perang puputan melawan Belanda pada 28 April 1908. Peristiwa ini dikenal sebagai Hari Puputan Klungkung dan Hari Ulang Tahun Kota Semarapura.
Foto: Raja Klungkung Ida Dewa Agung Jambe, pemilik keris pusaka yang dikembalikan Belanda. (Putu Krista/detikBali). |
Pendiri Kerajaan Klungkung
Ida Dewa Agung Jambe dikenal berani menentang Belanda. Dia adalah pendiri Kerajaan Klungkung pada 1686 sekaligus penerus Dinasti Gelgel.
Pada waktu itu, Kerajaan Gelgel adalah pusat kerajaan di Bali. Seperti dikutip dari buku Menapak Indonesia: Menelusuri Setiap Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan Seluruh Indonesia Jilid 3 oleh Ahmad Suryadi, sejarah Klungkung berkaitan dengan raja-raja di Samprangan dan Gelgel.
Ida Dewa Agung Jambe merupakan anak raja Kerajaan Gelgel sebelumnya, Dalem Di Made, seperti dikatakan dari situs Kabupaten Klungkung.
Pemindahan puri kerajaan ke Klungkung oleh Ida Dewa Agung Jambe menyebabkan pembagian permanen Pulau Bali menjadi sejumlah kerajaan kecil pada abad 17 M. Kerajaan Klungkung merupakan penerus Kerajaan Gelgel yang berdiri pasca Sagung Maruti, petinggi Kerajaan Gelgel dapat dikalahkan. Sagung Maruti mengkudeta rajanya sendiri dan menyatakan diri sebagai Raja Gelgel.
Meski sempat bertakhta sebagai Raja Gelgel selama beberapa tahun, dia dikalahkan pasukan koalisi sebelum Kerajaan Klungkung kemudian berdiri.
Ida Dewa Agung Jambe gugur pada perang puputan terhadap Belanda, tanggal 28 April 1908. Puputan adalah perang habis-habisan, tetapi tujuannya tidak untuk menang, melainkan menyambut kematian di hadapan musuh hingga habis tak bersisa. Biasanya perang ini juga diikuti oleh seluruh rakyat tanpa terkecuali.
Tercatat ada lima perang puputan di Bali, salah satunya adalah Puputan Klungkung. Pada peristiwa 28 April 1908 itu, permaisuri dan putra mahkota gugur.
Mengetahui istri dan anaknya tewas, Ida Dewa Agung Jambe tak gentar. Dia keluar dengan diiringi seluruh keluarga istana serta prajurit setia. Namun, karena persenjataan yang tak berimbang, mereka gugur diberondong peluru.
Sebagai wujud penghargaan, Ida Dewa Agung Jambe mendapat gelar Pahlawan Nasinal oleh Presiden Joko Widodo. Penganugerahan tersebut diberikan di Istana Negara pada Jumat (10/11/2023). Penetapan Ida Dewa Agung Jambe sebagai pahlawan nasional dilakukan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 115-TK-TH-2023 tanggal 6 November 2023.
- Wikipedia: "I Dewa Agung Jambe" Selengkapnya https://id.wikipedia.org/wiki/I_Dewa_Agung_Jambe
- detikedu, "Penerima Gelar Pahlawan Nasional: Inilah Ida Dewa Agung Jambe, Raja Klungkung Kedua" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7027004/penerima-gelar-pahlawan-nasional-inilah-ida-dewa-agung-jambe-raja-klungkung-kedua