Biografi
Syeikh Haji Abdul Muhyi lahir di Mataram sekitar tahun 1069 H/1648 M. Beliau datang dari keluarga bangsawan. Ayahnya, Sembah Lebe Warta Kusumah, (Abdul Jalil) adalah keturunan raja Galuh (Pajajaran). Ibundanya Dewi Tangaziyah yang masih keturunan Sunan Giri. Abdul Muhyi di lahirkan di Mataram dan dibesarkan di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Pendidikan agama Islam pertama kali diterimanya dari ayahnya sendiri dan kemudian dari para ulama yang berada di Ampel.
Saat berusia 19 tahun, ia berangkat ke Kuala, Aceh, untuk melanjutkan pendidikannya dan berguru pada Syeikh Adur Rauf Singkel (Abdurrauf Singkil), seorang ulama sufi dan guru tarekat Syattariah. Di Aceh beliau belajar agama selama 6 tahun. Setelah itu bersama teman-teman seperguruannya, ia dibawa oleh gurunya ke Baghdad untuk memperdalam ilmu agama dan berziarah ke Makam Syaikh Abdul Qodir Jailani serta menunaikan ibadah haji. Sewaktu di makkah beliau mimpi bertemu Rasulullah SAW yang memerintahkan agar pulang ke tanah jawa dan mencari goa tempat sidang walisongo dan juga tempat yang pernah untuk uzlah Syaikh Abdul Qodir Jailani.
Sepulangnya dari Mekah Syeikh Haji Abdul Muhyi kembali ke tanah jawa dan menikah. Dalam usahanya mencari sebuah Goa, beliau meninggalkan Ampel untuk ke Mataram menghadap Raja serta orang tuanya yang menjadi pejabat di Mataram. Setelah menyampaikan maksud dan di terima serta diijinkan Syaikh Abdul Muhyi segera mulai melakukan pengembaraan ke arah barat bersama isteri dan dan di temani beberapa prajurit yang di perintah kan untuk Mengawal.
Tiba di daerah Kuningan
Saat menempuh perjalanan ke arah barat rombonganpun tiba di Darma, termasuk daerah Kuningan, Jawa Barat. Atas permintaan masyarakat muslim setempat, ia menetap di sana selama tujuh tahun untuk mendidik masyarakat dengan ajaran Islam.
Sementara di Mataram Kedua Orang tua Syaikh gelisah dan meminta ijin pada Sultan untuk menyusul Sang Anak. Dan akhirnya mereka bertemu di daerah Darma. Dan ikut menetap di tempat tersebut. Dikarenakan harus meneruskan perjalanan.. syaikh berkenan meninggalkan beberapa prajurit yang telah menguasai ilmu agama untuk menetap di Darma guna berdakwah di wilayah tersebut.
Tiba di daerah Pameungpeuk
Syekh Abdul Muhyi tiba di daerah Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Beliau menetap di Pameungpeuk slama 1 tahun untuk menyebarkan agama Islam di kalangan penduduk yang ketika itu masih menganut agama nenek moyang.
Setelah itu rombongan bergegas untuk melanjutkan perjalanan dan pada suatu ketika Ayahanda Syaikh (Abdul Jalil) jatuh Sakit dan rombongan terhenti dan membuat pemukiman sementara... banyak warga yang berdatangan untuk belajar.. hingga suatu hari ayahnya meninggal dunia dan dimakamkan tempat tersebut dan di beri nama kampung Dukuh, di tepi Kali Cikangan. Dan di atur untuk ada yang tinggal di tempat tersebut untuk menjaga makam serta mengajarkan agama.
Penemuan goa
Gua Safar Wadi |
Di sini Syeikh Haji Abdul Muhyi mendirikan masjid tempat ia memberikan pengajian untuk mendidik para kader yang dapat membantunya menyebarkan agama Islam lebih jauh ke bagian selatan Jawa Barat. Setelah empat tahun menetap di Lebaksiuh, tidak lama dari itu Syaikh bisa menemukan goa yang di kisahkan lewat mimpi dan setelah itu lebih memilih bermukim di dalam gua untuk mengajar dan bersuluk. Goa tersebut yaang sekarang dikenal sebagai Gua Safar Wadi di Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Goa yang sekarang di kenal dengan nama Goa Pamijahan adalah warisan dari Syeikh Abdul Qodir Al Jailani yang hidup lebih dari 200 tahun sebelum Syeikh Abdul Muhyi. Gua ini terletak diantara kaki Gunung Mujarod. Sejak goa ditemukan Syeikh Abdul Muhyi bersama keluarga beserta santri-santrinya bermukim disana. Disamping mendidik santrinya dengan ilmu agama, beliau juga menempuh jalan tharekat.
Sekian lama mendidik santrinya di dalam goa, maka tibalah saatnya untuk menyebarkan agama Islam di perkampungan penduduk. Di dalam perjalanan, sampailah di salah satu perkampungan yang terletak di kaki gunung, bernama kampung Bojong. Selama bermukim di Bojong dianugerahi beberapa putra dari istrinya, Ayu Bakta. Diantara putra beliau adalah Dalem Bojong, Dalem Abdullah, Media Kusumah, Pakih Ibrahim.
Setelah sekian lama bermukim dan mendidik para santrinya di dalam gua, ia dan para pengikutnya berangkat menyebarkan agama Islam di kampung Bojong (sekitar 6 km dari gua, sekarang lebih dikenal sebagai kampung Bengkok) sambil sesekali kembali ke Gua Safar Wadi. Sekitar 2 km dari Bojong ia mendirikan perkampungan baru yang disebut kampung Safar Wadi. Di kampung itu ia mendirikan masjid (sekarang menjadi kompleks Masjid Agung Pamijahan) sebagai tempat beribadah dan pusat pendidikan Islam. Di samping masjid ia mendirikan rumah tinggalnya. Sementara itu, para pengikutnya aktif menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat bagian selatan. Melalui para pengikutnya, namanya terkenal ke berbagai penjuru jawa Barat.
Wafat
Syekh Abdul Muhyi Wafat sekitar tahun 1149 H/1728 M dalam usia 80 tahun. Tidak didapat keterangan tahun berapa ibunya meninggal hanya diketahui bahwa ibunya pun di makamkan di sebelah selatan Kampung Pamijahan kurang lebih 200 M dari kampung itu sedangkan Syekh G. Abdul Muhyi dimakamkan di sebelah Barat laut Kampung Pamijahan di tepi Kali Cipamijahan.
Makam Syeikh Haji Abdul Muhyi yang terdapat di Pamijahan diurus dan dikuasai oleh keturunannya. Makamnya ramai diziarai orang. Sampai saat ini desa Pamijahan dipimpin oleh seorang khalifah, jabatan yang diwariskan secara turun-temurun, yang juga merangkap sebagai juru kunci makam dan mendapat penghasilan sedekah dari para peziarah.
Silsilah Syekh Haji Abdul Muhyi
Garis Ketururan dari Ayah
- Ratu Caluh
- Ratu Puhun
- Kuda Lanjar
- Mudik Cikawung Ading
- Entol Penengah
- Sembah Lebe Wartakusumah
- Syekh Haji Abdul Muhyi
- Baginda Nabi Muhammad SAW
- Sayyidatina Siti Fatimah
- Sayyidina Husain
- Sayyidina Zainal Abidin
- Sayyidina Syekh Ja'far Sidik
- Sayyidina Syekh Kasim Al-Kamil
- Sayyidina Syekh Isa Al-Basri
- Sayyidina Syekh Abdul Abu Najii
- Sayyidina Syekh Ubaidillah
- Sayyidina Syekh Muhammad
- Sayyidina Syekh Almy
- Sayyidina Syekh Ali Al-Gayam
- Sayyidina Syekh Muhammad
- Sultan Abdul Fatah Raja India
- Sultan Abdul Khan Jalaludin
- Syekh Jamaluddin Al-Husen
- Syekh Maulana Ibrahim Zainal Akbar
- Syekh Ali Maulana Ali Murtadhu
- Syekh Maulana Ishak
- Syekh Sunan Ciri Raden Paku
- Syehk Pangeran Laya Atam Sunan Giri Laya
- Syekh Adi Pati Wiracandra
- Kentol Sambirana
- Ny. Ra. Ajeng Tangadijah
- Syekh Haji Abdul Muhyi Waliyullah
Sumber: