Beranda | 25 Nabi | Tokoh Militer | Tokoh Muslim | Tokoh Wanita

Kisah Khabbab bin Arats - Pandai Besi yang Ahli Qur'an

Khabab bin al-Arat merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Bani Tamim dan lahir di Najd. termasuk golongan pemeluk Islam pertama (As-Sabiqun Al-Awwalun), ketika umat Islam belum mencapai duapuluh orang. Beliau adalah seorang budak yang berprofesi sebagai pandai besi yang ahli membuat alat-alat senjata, terutama pedang. Senjata dan pedang buatannya dijualnya kepada penduduk Makkah dan dikirimnya ke pasar-pasar.

Kisah Khabbab bin Arats - Pandai Besi yang Ahli Qur'an

Mendapat siksaan dari kaum Kafir Quraisy

Sebagaimana sahabat-sahabat yang masuk Islam pada periode awal, ia mengalami penyiksaan yang tidak tanggung-tanggung. Statusnya sebagai budak membuat tuannya, Ummu Anmar bebas menyiksa dirinya. Ia disetrika dengan besi panas yang merah menyala, dipakaikan baju besi kemudian dijemur di panas padang pasir, juga pernah diseret di atas timbunan bara sehingga lemak dan darahnya mengalir mematikan bara tersebut.

Kafir Quraisy telah merubah semua besi yang terdapat di rumah Khabbab yang dijadikannya sebagai bahan baku untuk membuat pedang, menjadi belenggu dan rantai besi. Lalu mereka masukkan ke dalam api hingga menyala dan merah membara, kemudian mereka lilitkan ke tubuh, pada kedua tangan dan kedua kaki Khabbab.

Demikianlah, Khabbab menanggung penderitaan dengan sabar, tabah dan tawakkal. Orang-orang Quraisy terpaksa meminta bantuan Ummi Anmar, yakni bekas majikan Khabbab yang telah membebaskannya dari perbudakan. Wanita tersebut akhirnya turun tangan dan turut mengambil bagian dalam menyiksa dan menderanya.

Wanita itu mengambil besi panas yang menyala, lalu menaruhnya di atas kepala dan ubun-ubun Khabbab, sementara Khabbab menggeliat kesakitan. Tetapi nafasnya ditahan hingga tidak keluar keluhan yang akan menyebabkan algojo-algojo tersebut merasa puas dan gembira.


Dakwah

Setelah Khabbab terbebas dari perbudakannya karena ditebus dan dimerdekakan oleh Abu Bakar, ia berkhidmat untuk belajar Al Qur’an dan akhirnya menjadi salah seorang yang ahli membaca Al Qur’an. Ia tengah mengajarkan Al Qur’an kepada Fathimah binti Khaththab (Fatimah bin Khattab) dan suaminya Sa’id bin Zaid ketika Umar bin Khattab datang menghajar keduanya karena keislamannya. Tetapi peristiwa itu justru menjadi pemicu Umar memeluk Islam.

Di masa-masa dakwah pertama, Khabbab. tidak merasa cukup dengan hanya ibadah dan shalat semata, tetapi ia juga memanfaatkan kemampuannya dalam mengajar. Didatanginya rumah sebagian temannya yang beriman dan menyembunyikan keislaman mereka karena takut kekejaman Quraisy, lalu dibacakannya kepada mereka ayat-ayat Alquran dan diajarkannya. Ia mencapai kemahiran dalam belajar Alquran yang diturunkan ayat demi ayat dan surat demi surat.


Terlibat dalam Medan pertempuran

Khabbab hampir tidak tertinggal dalam berbagai pertempuran di medan jihad. Pada Perang Badar, ia bertugas menjaga kemah Rasulullah pada malam sebelum perang, dan ia melihat Nabi SAW shalat semalaman hingga menjelang fajar.

Ketika Khabbab bertanya tentang shalat yang sangat panjang itu, Nabi SAW menjawab, “Itu adalah shalat yang penuh harapan dan ketakutan, aku berdoa kepada Allah dengan tiga permintaan, dua dikabulkan dan satu lagi dicegah-Nya. Aku berdoa : Ya Allah, janganlah umatku Engkau binasakan sampai habis karena kelaparan, dan Dia mengabulkannya. Aku berdoa : Ya Allah, Janganlah umatku engkau binasakan sampai habis karena serangan musuh, dan Dia mengabulkannya. Aku berdoa : Ya Allah, janganlah terjadi perpecahan dan perselisihan di antara umatku, maka Dia mencegah doaku ini.”


Wafatnya

Khabbab bin Arats berpulang pada tahun 37 Hijriyah. la adalah sahabat yang pertama kali dikuburkan di Kuffah. Setelah wafatnya, Ali Bin Abi Thalib RA pernah melewati kuburnya, dan ia berkata, “Ya Allah, rahmatilah Khabbab. Dengan semangatnya, ia telah memeluk Islam dan ia rela menghabiskan waktunya untuk berhijrah, berjihad, dan menerima segala penderitaan serta musibah. Penuh berkahlah orang yang selalu mengingat hari kiamat, dan selalu bersiap-siap menerima kitab amalnya pada hari hisab, dan ia jalani kehidupan ini dengan menerima apa adanya, dan ia sangat ridha kepada Tuhannya.”

Sebelum wafat, Khabbab bin Arats telah meriwayatkan 32 hadits, dua dalam Shahih Bukhari dan 1 dalam Shahih Muslim.

Sumber: 

Incoming search : karakter dan nilai nilai keteladanan khabbab bin art, biografi khabbab bin art, sahabat yang tangan dan kakinya dikuliti dengan benda benda panas adalah, kisah khabbab bin al arats, kisah sahabat nabi yang selalu menghormati gurunya