Saudah binti Zam'ah

Artikel "Saudah binti Zam'ah" adalah bagian dari seri "Kisah Shahabiyah - Sahabat Nabi Perempuan"
Saudah binti Zam'ah adalah wanita pertama yang dinikahi Nabi Muhammad SAW sesudah Khadijah r.a. dan dia sendiri yang bersama Nabi SAW selama kurang lebih 3 tahun sehingga beliau berumah tangga dengan 'Aisyah r.a.


Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW

Sebelum menikah dengan Rasulullloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Saudah telah menikah dengan Sakran bin Amr Al-Amiry, mereka berdua masuk islam dan kemudian berhijrah ke Habasyah bersama dengan rombongan shahabat yang lain.

Ketika Sakran dan istrinya Saudah tiba di Habasyah maka Sakran jatuh sakit dan meninggal. Maka jadilah Saudah menjanda. Kemudian datanglah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminang saudah dan diterima oleh saudah dan menikahlah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan Saudah pada bulan Ramadhan.

Ia bersama suaminya yang terdahulu adalah termasuk kelompok kaum muslimin yang berjumlah 8 orang dari Bani Amir yang hijrah ke Habasyah  dengan meninggalkan harta-harta mereka. Mereka arungi laut penderitaan diatas keridhaan, rela atas lematian  yang akan menghadangnya , demi kemenangan agama yang mulia ini. Dan sungguh bertambah keras siksa dan kesempitan yang dialaminya karena penolakan mereka terhadap kesasatan dan kesyirikan.

Saudah meriwayatkan lima hadits dari Rasulullah SAW. Diantaranya satu hadits diriwayatkan dalam Sahihain [Ibnul Jauzil, Al-Mujtanaa]. Dalam satu riwayat, bahwa Bukhari meriwayatkan dari Saudah dua hadits. [Al-Maqdisi, Al-Kamaal bii Ma'rifatir Rijaal]


Nama dan nasabnya

Dia adalah ummul mukminin Saudah bintu Zama’ah bin Qois bin Abdu Syams bin Abdu Wudd Al-Amiriyyahradhiallahu’anha. Ibunya adalah Syamusy bintu Qois bin Zaid An-Najjariiyyah. Dia adalah wainta yang dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sepeninggal Khadijah radhiallahu’anha, kemudian menjadi istri satu-satunya bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk berumah tangga dengan Aisyah.


Pinangan

Sebelum Saudah dinikahi Rasulullah, Khaulah binti Hakim berbicara kepada Rasul SAW dan menawarkan 'Aisyah binti Ash-Shiddiq r.a. namun dia masih kecil. Maka biarlah dia dipinang, kemudian ditunggu hingga dewasa. Akan tetapi, siapakah yang akan memperhatikan urusan-urusan Nabi SAW dan melayani putri-putri serta memenuhi rumah beliau ? Pernikahan dengan 'Aisyah tidak akan berlangsung sebelum 2 atau 3 tahun lagi. Siapakah gerangan wanita yang memimpin urusan-urusan Nabi SAW dan memelihara putri-putrinya ? Dia adalah Saudah binti Zam'ah dari bani Ady bin Najjar.

Rasul SAW mengizinkan Khaulah meminang keduanya. Pertama Khaulah datang ke rumah Abu Bakar r.a., lalu ke rumah Zam'ah. Dia menemui puterinya, Saudah, dan berkata : "Kebaikan dan berkah apa yang dimasukkan Allah kepadamu, wahai Saudah ?" Saudah bertanya karena tidak tahu maksudnya, "Apakah itu, wahai Khaulah ?" Khaulah menjawab :"Rasulullah SAW mengutus aku untuk meminangmu." Saudah berkata dengan suara gemetar, "Aku berharap engkau masuk kepada
ayahku dan menceritakan hal itu kepadanya." Maka terjadi kesepakatan dan berlangsunglah pernikahan.

Saudah mengalami situasi yang menyebabkan Rasulullah SAW mengulurkan tangannya yang penyayang untuk menolong masa tua dan meringankan kekerasan hidup yang dirasakan oleh Saudah. Saudah telah hijrah ke Habasyah untuk menyelamatkan agama bersama suami, putra pamannya. Kemudian suaminya meninggal sebagai muhajir dan Saudah tinggal sendirian. Saudah menjadi janda yang hidup di tanah perantauan sebelum tiba di Ummul Qura. Rasul SAW telah terkesan oleh wanita muhajir yang mu'min dan janda itu. Ternyata, Saudah setuju untuk menikah dengan Rasulullah SAW.


Sifat Saudah binti Zam'ah

Saudah adalah tipe seorang istri yang menynangkan suaminya dengan kesegaran candanya, sebagaimana dalam kisah yang diriwayatkan oleh Ibrahim AN-Nakha’i bahwasanya Saudah berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam“Wahai Rasulullah tadi malam aku shalat di belakangmu, ketika ruku’ punggungmu menyentuh hidungku dengan keras, maka aku pegang hidungku karena takut kalau keluar darah,” maka tertawalah Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, Ibrahim berkata, Saudah biasa membuat tertawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan candanya. (Thobaqoh Kubra, 8:54).


Bersama Rasulullah hingga akhir hayat

Saudah memahami bahwa pernikahannya dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam didasari karena rasa iba beliau kepadanya setelah kematian suaminya. Semua itu menjadi jelas ketika Nabi ingin menceraikannya secara baik-baik, sehingga ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan tentang keinginannya untuk thalaq Saudah , maka Saudah merasa se-akan-akan berada dalam mimpi yang buruk yang menyesakkan dadanya. Ia tetap ingin menjadi istri Sayyidul Mursalin sampai Allah membangkitkannya dirinya di hari kiamat kelak. Dengan suara yang lembut ia berbisik kepada suaminya: “Tahanlah aku ya Rasulullah dan demi Allah, aku berharap Allah membangkitkan aku di hari kiamat dalam keadaan aku sebagai istrimu”. Kemudian ia memberikan hari-hari gilirannya untuk ‘Aisyah istri yang sangat disayangi beliau.

Akhirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperkenankan permintaan wanita yang mempunyai perasaan baik ini. Sehingga Allah turunkan ayat tentang hal ini, yaitu dalam surat An-Nisa ayat 128 :

“….maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik.”


Keutamaan Saudah binti Zam'ah

Di antara keutamaan Saudah adalah ketaatan dan kesetiaannya yang sangat kepada Rasulullah. Ketika haji wada’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada para istri-istrinya: Ini adalah saat haji bagi kalian kemudian setelah ini hendaknya kalian menahan diri di rumah-rumah kalian, maka sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam, Saudah selalu di rumahnya dan tidak berangkat haji lagi sampai dia meninggal. (Sunan Abu Dawud 2/140).


Wafat

Saudah termasuk deretan istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menjaga dan menyampaikan sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh para imam yang terkemuka seperti Imam Ahmad, Imam Bukhari, Abu Dawud dan Nasa’i.

Saudah meninggal di akhir kekhalifahan Umar di Madinah pada tahun 54 Hijriyah. Sebelum dia meninggal dia mewariskan rumahnya kepada Aisyah. Semoga Allah meridhainya dan membalasnya dengan kebaikan yang melimpah.

Sumber:
  • "Tokoh-tokoh Wanita di Sekitar Rasulullah SAW" karangan Muhammad Ibrahim Saliim. Diketik oleh: Hanies Ambarsari.
  • Sirah nabawiyah Ibnu Hisyam
  • Majalah islamy salafy edisi XIV/Syawal/1417/1997
  • Majalah Al-Furqon, Edisi 04 Tahun ke-3 Shafar 1425 H