Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyah - Wanita Penutur Sifat Rasulullah SAW

Artikel "Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyah - Wanita Penutur Sifat Rasulullah SAW"adalah bagian dari seri "Kisah Shahabiyah - Sahabat Nabi Perempuan"
roses
Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyah, Atikah bintu Khalid bin Khalif bin Munqidz bin Rabi’ah bin Ashram bin Dhabis bin Haram bin Habsyiyah bin Salul bin Ka’b bin ‘Amr dari Khuza’ah. Beliau dikenal sebagai wanita penutur sifat Rasulullah SAW, kisah Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyah diuraikan dalam buku “Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah yang ditulis Muhammad Ibrahim Salim. Dalam buku tersebut diceritakan bahwa Nabi Muhammad pernah singgah ke rumah Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyah dalam perjalanan Makkah-Madinah. Untuk lebih jelasnya mari ikuti kisahnya berikut ini,

Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyah menikah dengan sepupunya, Tamim bin ‘Abdil ‘Uzza bin Munqidz bin Rabi’ah bin Ashram bin Dhabis bin Haram bin Habsyiyah bin Salul bin Ka’b bin ‘Amr dari Khuza’ah. Mereka dikaruniai seorang anak yang mereka beri nama Ma’bad. Dengan nama inilah mereka berkunyah.

Mereka berdua tinggal di Qudaid, antara Makkah dan Madinah. Ummu Ma’bad adalah seorang wanita yang tekun dan ulet. Dia biasa duduk di serambi tendanya, memberi makanan dan minuman kepada siapa pun yang melewati tendanya.


Kisah singgahnya Rasullullah di rumah Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyah 

Duabelas tahun sudah Rasulullah menyebarkan agama Allah di Kota Makkah, namun tekanan dari kafir Quraisy kian gencar. Bahkan, kaum kafir Quraisy berniat untuk membunuh Rasulullah beserta sahabatnya yang telah masuk Islam.

Guna menghindari kekejaman kafir Quraisy, Rasulullah pun kemudian hijrah ke kota Madinah. Tanpa perbekalan yang memadai, Rasulullah berangkat menuju Madinah.  Sebuah perjalanan yang tak mudah dan tak juga ringan.

Pada bulan September 622 M. Secara diam-diam, Rasulullah dan Abu Bakar hendak melanjutkan perjalanan kembali setelah bersembunyi selama tiga hari dalam gua. Budak Abu Bakr, ‘Amr bin Fuhairah menyertai mereka. Juga seorang penunjuk jalan, Abdullah bin ‘Uraiqith Al-Laitsi yang datang pada hari yang ditentukan membawa dua tunggangan milik Rasulullah dan Abu Bakr. Senin dini hari mereka berangkat.

Selasa, mereka sampai di Qudaid. Di tengah payahnya perjalanan Makkah-Madinah, mereka singgah di sebuah tenda, tempat tinggal sepasang suami istri yang selalu memberikan jamuan kepada orang-orang yang singgah di sana. Peristiwa yang menakjubkan pun terjadi dalam kehidupan seorang wanita bernama Ummu Ma’bad. Rasulullah dan Abu Bakr meminta daging dan kurma yang dia miliki. Mereka hendak membelinya.

“Kalau kami memiliki sesuatu, tentu kalian tidak akan kesulitan mendapat jamuan,” kata Ummu Ma’bad. Saat itu adalah masa paceklik, kambing-kambing pun tidak beranak.

Rasulullah melihat seekor kambing betina di samping tenda. “Mengapa kambing ini?” tanya beliau. “Dia tertinggal dari kambing-kambing yang lain karena lemah,” jawab Ummu Ma’bad. “Apa dia masih mengeluarkan susu?” tanya Rasulullah lagi. “Bahkan dia lebih payah dari itu!” ujar Ummu Ma’bad.

“Apakah engkau izinkan bila kuperah susunya?” tanya Rasulullah. “Boleh, demi ayah dan ibuku,” jawab Ummu Ma’bad. “Bila kau lihat dia masih bisa diperah susunya, perahlah!”

Rasulullah mengusap kantong susu kambing betina itu sambil menyebut nama Allah dan berdoa. Seketika itu juga, kantong susu kambing betina itu menggembung dan membesar. Rasulullah meminta bejana pada Ummu Ma’bad, lalu memerah susu kambing itu dalam bejana hingga penuh. Rasulullah menyerahkan bejana itu pada Ummu Ma’bad. Ummu Ma’bad pun meminum susu itu hingga kenyang. Setelah itu beliau memberikannya kepada yang lainnya hingga mereka pun kenyang. Barulah beliau minum susu itu.

Rasulullah memerah susu kambing itu lagi hingga bejana memenuhi bejana. Beliau tinggalkan bejana yang penuh berisi susu itu untuk Ummu Ma’bad, kemudian mereka melanjutkan perjalanan.

Tak lama kemudian setelah rombongan Rasuluulah pergi, suami Ummu Ma’bad datang sambil menggiring kambing-kambing yang kurus dan lemah. Ketika melihat bejana berisi susu, dia bertanya keheranan, “Dari mana susu ini? Padahal kambing-kambing kita tidak beranak dan di rumah tak ada kambing yang bisa diperah!”

Demi Allah,” kata Ummu Ma’bad. “Tadi ada seseorang yang penuh berkah lewat di sini. Di antara ucapannya, begini dan begini ….”

“Demi Allah,” sahut Abu Ma’bad, “Aku yakin, dialah salah seorang Quraisy yang sedang mereka cari-cari! Gambarkan padaku, bagaimana ciri-cirinya, wahai Ummu Ma’bad!”

Ummu Ma’bad pun melukiskan sifat Rasulullah yang dilihatnya, “Dia sungguh elok. Wajahnya berseri-seri. Bagus perawakannya, tidak gemuk, tidak kecil kepalanya, tampan rupawan. Bola matanya hitam legam, bulu matanya panjang.

Suaranya agak serak-serak, dan lehernya jenjang. Jenggotnya lebat, matanya jeli bagaikan bercelak. Alisnya panjang melengkung dengan kedua ujung yang bertemu, rambutnya hitam legam. Bila diam, dia tampak berwibawa, bila berbicara, dia tampak ramah. Amat bagus dan elok dilihat dari kejauhan, amat tampan dipandang dari dekat. Manis tutur katanya, tidak sedikit bicaranya, tidak pula berlebihan, ucapannya bak untaian marjan. Perawakannya sedang, tidak dipandang remeh karena pendek, tak pula enggan mata memandangnya karena terlalu tinggi. Dia bagai pertengahan antara dua dahan, dia yang paling tampan dan paling mulia dari ketiga temannya yang lain. Dia memiliki teman-teman yang mengelilinginya. Bila dia berbicara, mereka mendengarkan ucapannya baik-baik. Bila dia memerintahkan sesuatu, mereka dengan segera melayani dan menaati perintahnya. Dia tak pernah bermuka masam dan tak bertele-tele ucapannya.”

Mendengar penuturan itu, Abu Ma’bad berkata yakin, “Demi Allah, dia pasti orang Quraisy yang sedang mereka cari-cari. Aku bertekad untuk menemaninya, dan sungguh aku akan melakukannya jika kudapatkan jalan untuk itu!”

Hari yang penuh kebaikan dari sisi Allah. Pada hari itu, Ummu Ma’bad masuk Islam. Dikisahkan, kambing Ummu Ma’bad yang diusap oleh Rasulullah panjang umurnya. Kambing itu tetap hidup sampai masa pemerintahan ‘Umar ibnul Khaththab z tahun 12 H dan selalu mengeluarkan air susunya saat diperah, pagi maupun sore hari.

Ahli sejarah yang lain mengatakan, Ummu Ma’bad datang kepada Rasulullah setelah peristiwa itu untuk menyatakan keislamannya dan berbai’at. Wallahu a’lam. Sungguh terperinci sifat-sifat Rasulullah yang dituturkan Ummu Ma'bad.  Kisah Ummu Ma’bad sangat masyhur, diriwayatkan dari banyak jalan yang saling menguatkan satu dengan lainnya.

Sumber Bacaan:

  • http://asysyariah.com/ummu-mabad/
  •  Al-Ishabah, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani (8/305-307)
  •  Al-Isti’ab, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (4/1876,1958-1962)
  •  Ath-Thabaqatul Kubra, karya Al-Imam Ibnu Sa’d (8/288)
  •  Ats-Tsiqat, karya Al-Imam Ibnu Hibban (1/123-128)
  •  Mukhtashar Siratir Rasul, karya Al-Imam Muhammad bin ‘Abdil Wahhab (hal. 131-133)