Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'aith - Wanita Quraisy yang Berani Keluar dari Rumah Ayahnya Karena Islam

Artikel "Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'aith -  Wanita Quraisy yang Berani Keluar dari Rumah Ayahnya Karena Islam" adalah bagian dari seri "Kisah Shahabiyah - Sahabat Nabi Perempuan"
tulip
Ummu Kultsum binti Uqbah merupakan saudara perempuan Utsman bin Affan, dari pihak Ibu. Yang masuk Islam ketika masih di Mekah, dan merupakan wanita pertama yang hijrah ke Madinah dari kabilah Hadnah Hudaibiyah. Ummu Kultsum binti Uqbah bin Mu’id masuk islam di Mekah, dan telah dibaiat Rasulullah sebelum hijrah. Tetapi keislamannya diketahui oleh keluarganya. Saudara laki-lakinya yang bernama Walid dan Imarah yang merupakan kedua anak Uqbah, memintanya untuk meninggalkan Islam. Umu Kultsum kemudian pergi menuju Ummu Salamah, sehingga nabi sendiri datang ke rumah Ummu Salamah untuk menjenguk Ummu Kultsum.

Karena keberanian itulah Abu Said berkata tentang Ummu Kultsum: ” Aku tak pernah mengetahui seorang wanita Quraisy yang berani keluar dari rumah ayahnya karena Islam selain Ummu Kultsum."

Ummu Kultsum sangat pandai menulis. Ia menikah dengan Zaid bin Haritsah. Setelah Zaid meninggal, ia kemudian meninkah dengan Zubair bin Awwam, yang dikaruniai anak yang bernama Zainab. Setelah bercerai dengan Zubair, ia menikah dengan Abdurrahman bin Auf, darinya dikaruniai 2 anak, yang bernama Ibrahim dan Hamid. Setelah Abdurrahman bin Auf meninggal, ia kemudian menikah dengan Amr bin Ash, dan ia meninggal dunia pada tahun 33 H.

Ummu Kultsum meriwayatkan hadits dari nabi sebanyak 10 hadits. Diantara orang yang meriwayatkan hadits darinya, antara lain: Hamid bin Abdurrahman bin Auf (anak Ummu Kultsum sendiri), Hamid bin Nafi’ dan lainnya.


Keluar dari Mekkah sendirian

Ketika masih muda dan belum menikah, Ummu Kultsum binti Uqbah tidak pernah berpisah dari ayah-bundanya. Kemudian iman memasuki hatinya, maka dia keluar dari Mekkah sendirian dan hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya SAW. Kedua saudaranya mengejar untuk mengajak dia kembali.

Pada waktu itu Rasulullah SAW telah berdamai dengan Quraisy pada persetujuan Hudaibiah dengan syarat beliau setuju mengembalikan orang-orang Muslim yang datang kepada mereka. Ketika para wanita datang kepadanya, Allah tidak setuju Nabi SAW mengembalikan kepada kaum Musyrikin, maka turunlah ayat-ayat yang menyuruh menguji mereka :(Maka ujilah keimanan mereka) dengan bersumpah :Apakah mereka wanita Muslim yang sebenarnya atau tidak ?

"Adalah Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'aith termasuk orang-orang yang keluar kepada Rasulullah SAW dan waktu itu dia masih muda belia. Kemudian keluarganya datang meminta kepada Rasulullah SAW agar mengembalikan kepada mereka, sehingga Allah SWT menurunkan ayat-ayat tentang wanita-wanita beriman." (HR Bukhari dari Al-Miswar bin Makhramah)

Dalam Siyar A'laamin Nubala', Imam Adz-Dzahabi berkata : Ummu Kultsum bin Uqbah bin Abi Mu'aith masuk Islam dan berbai'at. Dia tidak sempat hijrah hingga tahun 7 Hijriah, dan keluarnya di jaman perdamaian Hudaibiah. Kedua saudaranya adalah :"Al-Walid dan Ammaroh.

Ummu Kultsum lulus dalam ujian dan berhasil menyelamatkan agamanya dari kaumnya. Diriwayatkan :Ujian itu dilakukan dengan cara mengucapkan sumpah : "Aku tidak keluar,kecuali karena mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan aku tidak keluar untuk mencari dunia maupun membenci suami." Ada yang mengatakan : "Kami bersaksi dengan perkataan yang baik. Aku telah bersaksi di hadapan beberapa saksi : Sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah SAW."


Kedudukan yang mulia

Ummu Kultsum mempunyai kedudukan mulia di antara kaum Muslimin. Hal itu menjadi jelas dari riwayat sebagaimana dalam Al-Ishaabah dan diriwayat-kan oleh Ibnu Mandah, bahwa Umar bin Khaththab r.a. bertanya kepada Ummu Kultsum binti Uqbah, isteri Abdurrahman bin Auf : "Apakah Rasulullah SAW berkata kepadamu :"Nikahilah pemimpin kaum Muslimin, Abdurrahman bin Auf ?" Ummu Kultsum menjawab:"Ya."

Haditsnya terdapat dalam Shahihain dan ketiga kitab Sunan, dia berkata : "Aku tidak mendengar Nabi SAW mengizinkan suatu dusta dalam perkataan yang diucapkan orang-orang, kecuali dalam tiga perkara....  alhadits." Nasai meriwayatkan sebuah haditsnya yang lain dalam Al-Kubra,
mengenai keutamaan : "Qul huwallaahu ahad."


Perawi Hadits

Ummu Kultsum meriwayatkan 10 hadits dari Nabi Muhammad SAW, di antaranya sebuah hadits diriwayatkan dalah shahihain, yang disepakati Bukhari dan Muslim. Ummu Kultsum binti Uqbah telah beriman sendirian, tanpa seorang laki-laki pun di rumahnya. Dia tinggalkan tempat pingitan dan keamanan serta ketenangannya di bawah kegelapan seorang diri. Kedua kakinya berjalan melalui gunung-gunung dan padang pasir di antara Mekkah dan Madinah, menuju tempat perlindungan agama dan negeri hijrahnya. Dia berhijrah kepada Rasul Allah SAW kemudian disusul oleh ibunya yang mengikuti jejak dan berhijrah seperti dia. Dia tinggalkan para pemuda dalam keluarganya dan orang-orang tua mereka yang tetap terombang-ambing dalam kesesatannya. [Al-Ishaabah, juz 8, halaman 275].

Kata-kata Ummu Kultsum kepada Rasulullah SAW akan tetap menjadi cahaya yang menerangi jalan bagi setiap wanita muda yang beriman kepada Tuhannya : "Wahai, Rasulullah, apakah Anda akan kembalikan aku kepada orang-orang kafir yang menggangguku, supaya aku tinggalkan agamaku, sedangkan aku tidak bisa bersabar ? Dan bukankah telah Anda ketahui keadaan wanita yang lemah? Sesungguhnya ada perjanjian yang menyebutkan syarat untuk menolak setiap orang yang masuk Islam dari Mekkah dan berhijrah ke Medinah, baik laki-laki maupun perempuan."

Maka turunlah ayat Al-Qur'an :"Apabila datang kepadamu wanita-wanita beriman yang berhijrah, maka ujilah (keimanan) mereka." Maka Nabi Muhammad SAW bersabda : "Demi Allah, tidaklah kalian keluar, kecuali karena mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya SAW serta Islam. Kalian tidak keluar karena suamimaupun harta. Apabila mereka ucapkan itu, maka mereka tidak kembali kepada orang-orang kafir."

Ummu Kultsum binti Uqbah meninggal dunia pada tahun 33 H.

Sumber:
Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'aith,
 "Tokoh-tokoh Wanita di Sekitar Rasulullah SAW" karangan Muhammad Ibrahim Saliim. Diketik oleh: Hanies Ambarsari.