Ummu Syuraik al Quraysyiyah - Daiyah Yang Ikhlas

Artikel "Ummu Syuraik al Quraysyiyah - Daiyah Yang Ikhlas" adalah bagian dari seri "Kisah Shahabiyah - Sahabat Nabi Perempuan"
bunga daisy
Ghaziyah binti Jabir bin Hakim ad-Dausiyyah atau yang lebih dekenal dengan nama Ummu Syuraik al Quraysyiyah adalah seorang wanita dari Quraisy, dari bani Amir bin Lu’ai dan ia pernah menjadi istri Abu al-Akr ad-Dausi. Ia merupakan kabilah Ghathafan yang sangat disegani oleh bangsa arab kala itu. Ummu Syuraik dikenal karena kegigihannya dalam berdakwah menyebarkan Agama Tauhid yakni Islam.


Ummu Syuraik Rodhiyallâhu anha, memeluk islam disaat awal-awal dakwah Rasûlullâh Shollallâhu alaihi wasallam diserukan di Mekah. Disaat dimana para pengikut Nabi Muhammad Shollallâhu alaihi wasallam mendapat tekanan, ancaman dan permusuhan dari orang-orang kafir quraisy terutama mereka yang masuk islam dari kalangan orang-orang lemah dan hamba sahaya atau yang terang-terangan mendakwahkannya sedang ia orang yang tidak memiliki pelindung.


Berdakwah menyebarkan Agama Islam

Dengan ketulusannya inilah ia menjalankan aktifitas dakwahnya. Secara diam-diam ia menjumpai beberapa wanita Quraisy untuk mendakwahkan islam kepada mereka. Ia mengajarkannya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hanya mengharap pahala disisi-Nya semata. Iapun sangat menyadari bahwa tindakannya ini akan mendapatkan akibat yang akan diterima dari orang-orang Quraisy. Akan tetapi sinar islam yang telah menerangi relung hatinya sanggup memadamkan bayang-bayang buruk yang sempat terfikirkan olehnya. Ia telah menyiapkan dirinya untuk siap dengan pengorbanan itu, sebab sungguh tersebarnya kalimat tauhid dimuka bumi merupakan kebahagiaan bagi dirinya melebihi kebahagiaan materi dunia apapun bentuknya.


Mendapat penyiksaan

Ummu Syuraik menuturkan sendiri apa yang dialaminya, "Mereka menaikkanku keatas unta yang tidak dilengkapi dengan pelana atau lainnya. Lalu membawaku selama tiga hari tga malam tanpa memberiku makan atau minum. Pada suatu ketika mereka beristirahat…. Biasanya, jika beristirahat, mereka membiarkanku kepanasan sedangkan mereka berteduh. Mereka juga tidak memberiku makan atau minum, sampai tiba waktu untuk melanjutkan perjalanan….

…Akan tetapi, dalam kesempatan istirahat kali ini, tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang dingin menetes ditubuhku, lalu menetes kembali… Setelah kuraba ternyata itu adalah tetesan air dari sebuah ember. Maka akupun segera meminumnya sedikit, lalu ember terangkat dan kembali lagi. Aku mengambilnya lagi dan minum sedikit. Lalu ember itu terangkat dan kembali lagi. Kejadian itu terus berulang beberapa kali .. dan aku meminumnya sedikit demi sedikit sampai puas. Kemudian akupun membasuh seluruh tubuh dan pakaianku…..

…. Ketika orang-orang yang membawaku itu terbangun, mereka amat terkejut karena melihat bekas tumpahan air ada dimana-mana dan mendapatiku tampak lebih segar dari sebelumnya. Mereka menuduhku,"engkau telah membuka ikatan lalu mengambil wadah air kami dan meminumnya ? ". Akupun menjawab, "Demi ALLÂH, aku tidak melakukannya, melainkan yang terjadi adalah begini dan begini…. " . (Ia menceritakan apa yang dialaminya dengan jelas). "Mereka lalu berkata dengan polos, "Jika pengakuanmu itu benar, maka agamamu lebih baik daripada agama kami ".

"…Untuk membuktikan pengakuanku, mereka memeriksa wadah-wadah air yang mereka bawa, ternyata semuanya tetap utuh seperti semula. Maka saat itu juga orang-orang musyrik yang membawaku itu menyatakan diri memeluk islam".

Ummu Syuraik salah satu dari sekian shahabat yang mendapatkan penyiksaan. Orang-orang quraisy melampiaskan rasa marah mereka kepada shahabiyah ini tatkala mereka mengetahui dakwah islam yang diserukannya.

Ibnu Abbas Rodhiyallâhu anh menuturkan, "Hati Ummu Syuraik tersentuh islam sejak masih tinggal di Mekkah, maka iapun memeluknya. Setelah itu, ia mulai menemui wanita-wanita Quraisy secara diam-diam untuk mengajak mereka memeluk islam. Tetapi aktivitasnya terendus oleh para pemuka Mekkah, sehingga mereka menangkapnya dan berkata,"seandainya tidak mempertimbangkan kaum kerabatmu, maka kami tidak akan segan-segan mempermalukanmu. Kami akan mengembalikanmu kepada mereka".


Menawarkan diri untuk dinikahi Rasulullah

Tak lama setelah hijrah ke Madinah, suaminya pun meninggal. Setelah beberapa lama menjadi janda, Ummu Syuraik menawarkan dirinya kepada Rasulullah untuk dinikahi.

Aisyah yang merasa cemburu berkata kepada Ummu Syuraik, “Tidakkah seorang wanita merasa malu menghibahkan dirinya (untuk dinikahi)?” Mendengar kalimat Aisyah, Ummu Syuraik menjawab, “Ya, sayalah orangnya.” Kemudian Allah menyatakannya sebagai wanita mukminah melalui firman-Nya dalam QS. Al-Ahzab ayat 50.

Ketika ayat ini turun, Aisyah berkata kepada Rasulullah, “Sesungguhnya Allah telah menanggapi keinginanmu dengan segera.” Ketika Nabi tidak menerima permintaannya, maka Ummu Syuraik tidak pernah menikah lagi sampai akhir hayatnya.

Referensi:
  • kitab Shahaabiyat haular-Rasul Shollallâhu alaihi wasallam ; edisi Indonesia: 35 Sirah shahabiyah, 35 shahabat Rasûlullâh Shollallâhu alaihi wasallam ; pustaka al-I'tishom-jakarta.
  • buku Shahabat Wanita Utama Rasulullah dan Keteladanan Mereka, penerbit IBS (Irsyad Baitus Salam) dan Majalah Al Mawaddah vol.62 hal. 47-48 (rubrik profil wanita sejati)