Biografi Farida Oetoyo - Maestro balet Indonesia

Farida Oetoyo
Farida Oetoyo
Lahir: 7 Juli 1939 Solo, Hindia Belanda 
Meninggal : 18 Mei 2014 Jakarta, Indonesia 
Pekerjaan: aktris, penari 
Dipengaruhi: Alla Mihailovna, Martha Graham, Alvin Nicolais 
Pasangan: Sjumandjaja 
Anak: Pernikahan dari Sjumandjaja: Yudhistira, Wong Aksan
Orang tua: R Oetoyo Ramelan dan Maria Johanna Margaretha Te Nuyl
Farida Oetoyo adalah seorang maestro balet Indonesia. Sebagai seorang koreografer, Farida telah menciptakan lebih dari 100 koreografi termasuk tarian untuk anak-anak dan juga ballet naratif. Karirnya sebagai seorang koreografer dimulai dengan karya pertamanya “Angles in Colour”, yang dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta.

Masa kecil

Farida Oetoyo Lahir pada 7 Juli 1939 (umur 74) Solo, Hindia Belanda (sekarang Indonesia).  Ayahnya adalah seorang seniman musik dan film terkenal yakni R Oetoyo Ramelan, adalah pegawai tinggi Departemen Luar Negeri. Kariernya meningkat menjadi Duta Besar RI untuk beberapa negara Asia dan Eropa. Ibunya Maria Johanna Margaretha Te Nuyl. seorang wanita berdarah Belanda.

Farida mempunyai dua adik laki-laki, Fajar Alam dan Satria Sejati. Tetapi sejak lama kedua adiknya hingga sekarang menetap dan menjadi warga Negara Kanada. Sejak kecil Farida tinggal di luar negeri bersama orang tuanya yang Duta Besar RI di Singapura, kemudian berpindah-pindah ke berbagai Negara di Asia dan Eropa. Ketika masa kanak-kanak, Fari kecil menyukai balet. Mula-mula belajar pada ‘Ballet Fine Arts of Movement, pimpinan Willy Blok Hansen. Di Singapura. Kemudian pindah ke Royal Academy of Dance di Canberra, Australia.

Masa remaja

Di usia 9 tahun, Farida Oetoyo mulai belajar menari di "Fine Art of Movement", sekolah tari modern di Singapura. Setelah orang tuanya pindah ke Australia, Farida meneruskan studinya di Canberra, di bawah bimbingan Barbara Todd. Farida tampil untuk pertama kalinya di Albert Hall, Canberra pada tahun 1953.

Karir

Pada tahun 1956 sampai dengan 1958, Farida bekerja sebagai penari profesional dalam grup tari Ballet der Lage Landen di Amsterdam. Termasuk dalam karya-karya yang pernah ia tarikan adalah “Swan Lake”, ”Nutcracker”,  “Les Sylphides”, dan “Coppelia”, dan juga karya-karya tari kontemporer.

Ketika kembali ke Jakarta di tahun 1958, Farida mulai mengajar di beberapa sekolah. Dengan harapan memperluas pengetahuan, Farida mendaftarkan diri, dan kemudian sukses mendapatkan beasiswa ke Akademi Ballet Bolshoi, Moskow. Dari tahun 1961 - 1965, Farida belajar selama empat tahun di akademi tersebut. Ia mempelajari Classical Ballet, Character Dance, Historical Dance, Pas de deux, Drama, Stage Make-up, History of Ballet and Music. Alla Mikhailovna Lenina memberinya pelatihan intensif mengenai metode pengajaran Vaganova. Di Moskow, Farida menari dalam pertunjukan “Les Sylphides”, “Sleeping Beauty”, ”The Humpback Horse”, dan juga ikut tampil dalam opera-opera Russia. Farida menarikan pas de deux yang khusus dibuat untuknya, dengan musik oleh Rachmaninov, pada pementasan kelulusannya di Teater Bolshoi pada tahun 1965.

Pada tahun 1973 sampai dengan 1974, Farida mendapatkan beasiswa Fullbright untuk mempelajari Koreografi dan Teknik Tari Modern dengan Merce Cunningham, Alvin Nicolais dan di Martha Graham School.

Pada tahun 1976, Farida membuka sekolah balletnya sendiri dan memberinya nama Ballet Sumber Cipta (Source of Inspiration). Selain menjadi kepala sekolah dan direktur artistik sekolah tersebut, ia pun memimpin grup tarinya, Kreativität Dance – Indonesia. Grup tari ini diperuntukkan bagi penari-penari yang telah lulus dari Ballet Sumber Cipta dengan baik. Mereka terinspirasi oleh tari dan telah memutuskan untuk menjadikan tari hidup mereka.

Dunia film

Selain balet, Farida pernah juga merambah blantika film nasional. Ia membintangi beberapa film layar lebar antara lain film P3raw4n di Sektor Selatan, Apa Jang Kau Tjari, Palupi?, Bumi Makin Panas. Ia mampir di dunia film atas ajakan suaminya, sineas Sjumandjaja.

Film
  • Apa Jang Kau Tjari, Palupi? (1969)
  • P3raw4n di Sektor Selatan (1971)
  • Dendam Si Anak H4ram (1972)
  • Lingkaran Setan (1972)
  • Bumi Makin Panas (1973)
Karya-karya terbaru Farida Oetoyo:
  • 2001  BURUNG-BURUNG  untuk Art Summit Festival
  • 2003  BURUNG GELATIK – sebuah ballet untuk anak-anak
  • 2006  SERDTSE – denyut kehidupan. (The Heart) untuk Festival Schouwburg
  • 2007  SURVIVAL – versi yang dibuat kembali berdasarkan koreografinya terdahulu berjudul “Proko”, yang dipentaskan pertama kali pada tahun 1987 pada pembukaan Gedung Kesenian Jakarta
Kehidupan pribadi

Farida menikah dengan Sjumandjaja pada tahun 1962 di Moskwa, Rusia. Dua sejoli ini bertemu ketika keduanya sedang belajar di negeri Beruang Merah Rusia. Farida di Akademi Balet Bolshoi’ dan Sjumandjaja, belajar pada Akademi Sinematografi Gittes, di Moskwa, Rusia. Tetapi bahtera perkawinan yang baru berjalan sepuluh tahun kandas menabrak badai perceraian tahun 1972. Pasangan seniman kreatif ini dikaruniai dua orang anak laki-laki, Yudhistira dan Sri Aksan.

Meninggal dunia

Farida Oetoyo  meninggal dunia pada hari minggu 18 Mei 2014 sekitar pukul 03.50 WIB di Rumah Sakit Premier Bintaro, dalam usia 74 tahun, kemungkinan karena sakit jantung. Sebelum meninggal Farida sempat dirawat di rumah sakit tersebut.

Sumber:
Wikipedia
Ballet Sumber Cipta