Thomas Lembong - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal

Thomas Trikasih Lembong (lahir 4 Maret 1971; umur 44 tahun) atau lebih dikenal Tom Lembong adalah Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal yang menjabat sejak 27 Juli 2016 saat dilakukannya perombakan kabinet atau reshuffle jilid II di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta (27/7/2016) oleh Joko Widodo.


Sebelumnya ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan Republik Indonesia yang menjabat sejak 12 Agustus 2015, menggantikan Rahmat Gobel. Sebelumnya, Lembong menduduki sebagai Kepala Divisi Asset Management Investment di BPPN dan pernah bergabung dengan Farindo Investments. Selain itu ia juga merupakan salah satu mitra pendiri Quvat Capital, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang private equity. Sebagai bankir, ia pernah bergabung di Deutsche Bank dan Morgan Stanley.

Thomas Lembong merupakan salah satu mitra pendiri Quvat Capital, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang private equity. Saat ini, Lembong menjabat sebagai CEO dan Managing Partner di Quvat yang mengelola modal hingga US$ 500 juta dan mencakup 11 portofolio perusahaan di beberapa sektor termasuk logistik kelautan, konsumsi, dan keuangan.

Sebelumnya ia bekerja di Deutsche Bank, Morgan Stanley, Farindo Investments, dan sempat 2 tahun bekerja sebagai Kepala Divisi dan Senior VP di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Pada tahun 2008 Ia dinobatkan sebagai Young Global Leader (YGL) di World Economic Forum (Davos). Sementara itu, gelar AB Ia peroleh di Harvard University, AS.

Thomas juga dikenal sebagai relawan Jokowi, dan sudah lama dekat dengan Jokowi sejak sebelum masa kampanye.


Cacatan Penting

Belasan tahun lalu ia dikenal sebagai orang yang bertanggung jawab menelola aset para obligor BLBI di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Waktu itu ia menjabat sebagai Kepala Divisi Asset Management Investment (AMI) BPPN. Media kerap mengutip Lembong terkait penjualan aset-aset obligor kakap. Termasuk yang menjadi sorotan ketika restrukturisasi aset Sinar Mas era tahun 2001.
BPPN awalnya setuju untuk menalangi utang Kelompok Sinar Mas kepada BII bila pembayarannya macet. Ternyata Grup Sinar Mas benar-benar tak bisa membayar utangnya ke BII. Apalagi setelah Asia Pulp and Paper (APP) yang 57 persen sahamnya dimiliki Sinar Mas mengumumkan penghentian pembayaran bunga dan pokok utang APP dan anak-anak perusahaannya kepada para kreditornya.

Thomas Lembong meyakini BPPN akan tetap membayari utang tersebut. Menurut dia, BPPN punya banyak cara untuk membayarnya: bisa dengan uang tunai, obligasi, atau aset lancar yang ada di BPPN. "Butuh uang tunai, ya silakan. BPPN tidak kesulitan menyediakannya," katanya penuh percaya diri.

Catatan kedua Lembong, ketika memutuskan menjual perkebunan kelapa sawit eks milik keluarga Salim kepada perusahaan asal Malaysia, Guthrie Berhad. Penjualan seharga 350 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,3 triliun disesalkan kalangan DPR karena melepas ke saingan kelapa sawit Indonesia.


Karier
  • 1995 – 1996: Divisi ekuitas di Morgan Stanley (Singapore) Pte. Ltd.
  • 1999 – 2000: Bankir investasi di Deutsche Securities Indonesia
  • 2000 – 2002: Badan Penyehatan Perbankan Nasional
  • 2002 – 2005: Manajer Investasi di Farindo Investment
  • 2006 – sekarang: Partner di Quvat Management
  • 2012: Komisaris utama PT Graha Layar Prima Tbk, merupakan pemilik bisnis bioskop Blitz.

Pendidikan :
  • Lulusan Universitas Harvard

Pengalaman Kerja
  • Kepala Divisi Asset Management Investment di BPPN
  • Presiden Komisaris PT Graha Layar Prima Tbk
  • Deutsche Bank
  • Morgan Stanley
  • Farindo Investments

Prestasi
  • Young Global Leader (YGL) di World Economic Forum (Davos) pada 2008

Sumber: