Biografi Thomas Stamford Raffles - Gubernur Jenderal Hindia-Belanda

Thomas Stamford Raffles
Thomas Stamford Bingley Raffles
Lahir: 6 Juli 1781 Jamaica 
Meninggal: 5 Juli 1826 (umur 44) London, Inggris 
Pendudukan: Colonial Resmi Inggris 
Dikenal: Pendirian British Singapura 
Agama: Anglikan 

Pasangan
 Olivia Mariamne Devenish m. 1805, d. 1814 
 ophia Hull m. 1817, d. 1858

Karir
Gubernur Jenderal Hindia-Belanda (1811-1816)

Gubernur Jenderal Bengkulu (1818-1824)
Sir Thomas Stamford Bingley Raffles adalah Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang terbesar. Ia adalah seorang warganegara Inggris. Ia dikatakan juga pendiri kota dan negara kota Singapura. Ia salah seorang Inggris yang paling dikenal sebagai yang menciptakan kerajaan terbesar di dunia. Namanya dipakai untuk  nama bunga bangkai khas Indonesia yakni Rafflesia arnoldi.

Latar belakang keluarga

Thomas Stamford Bingley Raffles lahir di Jamaica pada tanggal 6 Juli 1781 . Ayahnya, Kapten Benjamin Raffles, terlibat dalam perd4gang4n bud4k di Kepulauan Karibia, dan meninggal mendadak ketika Thomas baru berusia 15 tahun, sehingga keluarganya terperangkap utang. Ia langsung mulai bekerja sebagai seorang pegawai di London untuk Perusahaan Hindia Timur Britania, perusahaan dagang setengah-pemerintah yang berperan banyak dalam penaklukan Inggris di luar negeri. Pada 1805 ia dikirim ke pulau yang kini dikenal sebagai Penang, di negara Malaysia, yang saat itu dinamai Pulau Pangeran Wales. Itulah awal-mula hubungannya dengan Asia Tenggara.

Raffles di Hindia Belanda

Pada tahun 1811 Raffles diangkat sebagai Letnan Gubernur Jawa, ketika Kerajaan Inggris mengambil alih jajahan-jajahan Kerajaan Belanda dan ia tidak lama kemudian dipromosikan sebagai Gubernur Sumatera, ketika Kerajaan Belanda diduduki oleh Napoleon Bonaparte dari Perancis.

Sewaktu Raffles menjabat sebagai penguasa Hindia Belanda, ia telah mengusahakan banyak hal, seeprti:
  • Mengintroduksi otonomi terbatas, 
  • Menghentikan perd4gang4n bud4k, 
  • Mereformasi sistem pertanahan pemerintah kolonial Belanda, 
  • Menyelidiki flora dan fauna Indonesia, 
  • Meneliti peninggalan-peninggalan kuno seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan, Sastra Jawa serta banyak hal lainnya. 
Bukan hanya itu, demi meneliti dokumen-dokumen sejarah Melayu yang mengilhami pencarian Raffles akan Candi Borobudur, ia pun kemudian belajar sendiri Bahasa Melayu. Hasil penelitiannya di pulau Jawa dituliskannya pada sebuah buku berjudul: History of Java, yang menceritakan mengenai sejarah pulau Jawa. Dalam melakukan penelitiannya, Raffles dibantu oleh dua orang asistennya yaitu: James Crawfurd dan Kolonel Colin Mackenzie.

Istri Raffles, Olivia Mariamne, wafat pada tanggal 26 November 1814 di Buitenzorg dan dimakamkan di Batavia, tepatnya di tempat yang sekarang menjadi Museum Prasasti. Di Kebun Raya Bogor dibangun monumen peringatan untuk mengenang kematian sang istri.

Kebijakan-Kebijakan Raffles:
Bidang Birokrasi dan Pemerintahan
  • Membagi Pulau Jawa menjadi 18 keresidenan (sistem keresidenan ini berlangsung sampai tahun 1964) 
  • Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi menjadi sistem pemerintahan kolonial yang bercorak Barat 
  • Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya yang mereka peroleh secara turun-temurun Sistem juri ditetapkan dalam pengadilan 
Bidang Ekonomi dan Keuangan
  • Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedang pemerintah hanya berkewajiban membuat pasar untuk mer4ngs4ng petani menanam tanaman ekspor yang paling menguntungkan. 
  • Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (verplichte leverantie) yang sudah diterapkan sejak zaman VOC. 
  • Menetapkan sistem sewa tanah (landrent) yang berdasarkan anggapan pemerintah kolonial. Pemungutan pajak secara perorangan. 
Bidang Hukum

Sistem peradilan yang diterapkan Raffles lebih baik daripada yang dilaksanakan oleh Daendels. Karena Daendels berorientasi pada warna kulit (ras), Raffles lebih berorientasi pada besar kecilnya kesalahan. Badan-badan penegak hukum pada masa Raffles sebagai berikut:
  • Court of Justice, terdapat pada setiap residen
  • Court of Request, terdapat pada setiap divisi
  • Police of Magistrate
Bidang Sosial
  • Penghapusan kerja rodi (kerja paksa) dan penghapusan perbud4kan, tetapi dalam praktiknya ia melanggar undang-undangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis perbud4kan. 
  • Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan harimau. 
Bidang Ilmu Pengetahuan
  • Ditulisnya buku berjudul History of Java di London pada tahun 1817 dan dibagi dua jilid 
  • Ditulisnya buku berjudul History of the East Indian Archipelago di Eidenburg pada tahun 1820 dan dibagi tiga jilid 
  • Raffles juga aktif mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan 
  • Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi 
  • Dirintisnya Kebun Raya Bogor 
  • Memindahkan Prasasti Airlangga ke Calcutta, India sehingga diberi nama Prasasti Calcutta 
Dari kebijakan ini, salah satu pembaruan kecil yang diperkenalkannya di wilayah kolonial Belanda adalah mengubah sistem mengemudi dari sebelah kanan ke sebelah kiri, yang berlaku hingga saat ini.

Kembali dari Hindia Belanda

Pada tahun 1815 Raffles kembali ke Inggris setelah Jawa dikembalikan ke Belanda setelah Perang Napoleon selesai. Pada 1817 ia menulis dan menerbitkan buku History of Java, yang melukiskan sejarah pulau itu sejak zaman kuno.

Terbentuknya Singapura
Namun pada tahun 1818 ia kembali ke Sumatera dan pada tanggal 29 Januari 1819 ia mendirikan sebuah pos perdagangan bebas di ujung selatan Semenanjung Malaka, yang di kemudian hari menjadi negara kota Singapura. Ini merupakan langkah yang berani, berlawanan dengan kebijakan Britania untuk tidak menyinggung Belanda di wilayah yang diakui berada di bawah pengaruh Belanda. Dalam enam minggu, beberapa ratus pedagang bermunculan untuk mengambil keuntungan dari kebijakan bebas pajak, dan Raffles kemudian mendapatkan persetujuan dari London.

Raffles menetapkan tanggal 6 Februari tahun 1819 sebagai hari jadi Singapura modern. Kekuasaan atas pulau itu pun kemudian dialihkan kepada Perusahaan Hindia Timur Britania. Akhirnya pada tahun 1823, Raffles selamanya kembali ke Inggris dan kota Singapura telah siap untuk berkembang menjadi pelabuhan terbesar di dunia. Kota ini terus berkembang sebagai pusat perdagangan dengan pajak rendah.

Raffles di Inggris

Raffles merupakan pendiri dan ketua pertama Zoological Society of London, Inggris. Raffles dijadikan seorang bangsawan pada tahun 1817.

Sir Thomas Stamford Bingley Raffles meninggal di London, Inggris pada tanggal 5 Juli 1826 saat berusia 44 tahun, karena apoplexy atau stroke. Karena pendiriannya yang menentang perbud4kan, keluarganya tidak diizinkan mengebumikannya di halaman gereja setempat (St. Mary's, Hendon). Larangan ini dikeluarkan pendeta gereja itu, yang keluarganya memetik keuntungan dari perd4gangan bud4k. Ketika gereja itu diperluas pada 1920-an, kuburannya dimasukkan ke dalam bagian bangunannya.

Raffles di Singapura

Di Singapura, nama Raffles banyak dipakai: Raffles Junior College, Raffles Institution, Raffles Girls' School, Raffles Girls' Primary School, Raffles Hotel, Stamford Road, Stamford House, Raffles City, stasiun MRT Raffles Place, kelas Raffles di pesawat Singapore Airlines dan Museum Penelitian Keanekaragaman Hayati Raffles.

Rafflesia

Nama Raffles juga dipakai sebagai nama suatu genus dari sekelompok tumbuhan parasit obligat, Rafflesia, untuk menghormati jasa-jasanya. Salah satu jenisnya memiliki bunga sejati terbesar di dunia, yaitu padma raksasa atau Rafflesia arnoldi yang menjadi salah satu dari bunga nasional Indonesia. (Wikipedia)