Ummu Waraqah Binti Abdullah Bin Al Harits - Syahidah yang Dibunuh Oleh dua Budaknya Dalam Rumahnya Sendiri

Artikel "Ummu Waraqah Binti Abdullah Bin Al Harits - Syahidah yang Dibunuh Oleh dua Budaknya Dalam Rumahnya Sendiri" adalah bagian dari seri "Kisah Shahabiyah - Sahabat Nabi Perempuan"
Ummu Waraqah Binti Abdullah Bin Al Harits - Syahidah yang Dibunuh Oleh dua Budaknya Dalam Rumahnya Sendiri
Ummu Waraqah bintu Abdillah bin al-Harits bin ‘Uwaimir bin Naufal al-Anshariyah atau yang lebih dikenal dengan nama Ummu Waraqah bintu Naufal termasuk golongan pertama masuk Islam, ia masuk Islam saat pertama mendengarnya dengan ikhlas dan tanpa ragu-ragu. Selama hidupnya Beliau turut mengumpulkan Alquran al-Karim, banyak meriwayatkan hadits-hadits. Waraqah  pandai membaca, memahami, dan  menghafal Al-Qur'an dengan baik sehingga menjadi imam bagi muslimah dirumahnya yang sekaligus dijadikan sebagai masjid. Ummu Waraqah binti Abdillah adalah Syahidah yang dibunuh oleh dua budaknya di dalam Rumahnya sendiri.


Masuk islamnya Ummu Waraqah binti Abdillah

Ketika intimidasi kepada sahabat-sahabat Rasulullah SAW  semakin menjadi-jadi di Mekah, atas perintah Allah SWT,  Rasulullah SAW mengizinkan mereka hijrah ke Madinah. Dan beliaupun segera menyusul kesana. Kehadiran beliau SAW yang membawa risalah agung tersebut, sudah dinanti-nanti oleh  masyarakat Madinah yang berhati bersih dan ikhlas. Salah satu di antaranya adalah Waraqah binti Al Harits. Ia masuk Islam sejak pertama kali mendengarnya dan banyak meriwayatkan hadits-hadits. Maka layak masuk dalam kafilah assabiquunal  awwaluun, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an surah At Taubah : 100,

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Alloh dan Alloh menjadikan bagi mereka syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai didalamnya. Mereka kekal didalamnya selama-0lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”

Syukur dan takbir sambut kedatangan Nabi Muhammad SAW

Imam Ibnul Qayyim berkata, “Gema syukur dan takbir terdengar nyaring di seluruh pelosok kampung Bani ‘Amr bin ‘Auf. Takbir bergema di mana-mana, sebagai ungkapan rasa syukur. Penduduk Yatsrib serempak keluar dari rumah masing-masing  untuk menyambut kedatangan Rasulullah SAW dan mengucapkan shalawat sebagaimana yang diajarkan beliau SAW.

Mereka berdiri berjajar mengitari beliau, sementara beliau SAW tampak sangat tenang, dan wahyupun turun kepadanya,

" . . . Maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.“ ( QS.At Tahrim: 4)

Hari itu merupakan hari yang paling meriah yang dialami warga Madinah sepanjang sejarah.

Setelah sholat  Jum’at  Rasulullah SAW masuk ke kota Yatsrib, yang sejak hari itu dirubah namanya menjadi kota Madinah. Ummu Waraqah  termasuk salah seorang penduduk kota Madinah yang sangat bersyukur dan  berbahagia dengan kehadiran Nabi Muhammad SAW. Kebahagian itu merasuk kerelung-relung hatinya. Karena kepribadian beliau SAW sudah lama didengar, dan risalahnya telah lama diimani.


Mukminah ahli ibadah

Hidayah Allah Ta'ala menembus relung hatinya yang terdalam. Imanpun menghujam kokoh dalam batinnya. Ummu Waraqah berbai’ah kepada Rasulullah SAW. Sejak saat tu, ia mulai menekuni ayat-ayat Allah ‘Azza wa Jalla dengan sungguh-sungguh. Waraqah tidak hanya pandai membacanya, melainkan juga memahami dan  menghafalnya dengan baik.

Lebih dari  itu, Ummu Waraqah pun berusaha menghimpun dan menuliskannya pada tulang, kulit, pelepah kurma dan lain-lain. Ia berhasil menghimpun ayat-ayat Allah 'Azza wa Jalla yang turun di rumahnya waktu itu. Setelah Rasulullah SAW wafat, dan Abu Bakar ra berencana menghimpun Al Qur’an, Ummu  Waraqah ditunjuk Khalifah untuk menjadi salah seorang rujukan penting bagi Zaid bin Tsabit sebagai pelaksana proyek.


Ummu Waraqah di mata Rasulullah SAW

Rasulullah SAW sangat menghormati Ummu Waraqah. Beliau kerap berkunjung ke rumahnya sebagai bentuk penghormatan. Beliau SAW juga mengangkat  seorang muazin yang sudah lanjut usia khusus untuknya. Atas saran Rasulullah SAW yang sangat memahami kebersihan dan kejernihan hatinya, Ummu Waraqah menjadikan rumahnya sebagai masjid. Dan ia sebagai imam khusus bagi kaum muslimah.


Wafatnya Ummu Waraqah binti Abdillah

Dia seorang wanita yang begitu berharap mendapat kemuliaan di negeri akhirat. Saat kaum muslimin bersiap untuk Perang Badar, Ummu Waraqah memohon izin kepada Rasulullah SAW untuk turut dalam peperangan.

“Wahai Rasulullah, izinkan saya pergi bersama kalian, agar saya bisa merawat orang yang sakit dan mengobati yang terluka. Mudah-mudahan dengan itu Allah SWT menganugerahiku mati syahid,” pintanya.

“Tinggallah di rumahmu! Sungguh Allah akan menganugerahimu mati syahid di rumahmu,” jawab Rasulullah SAW .

Ummu Waraqah pun taat dengan titah Rasulullah SAW .

Waktu terus bergulir. Tiba masa kaum muslimin diperintah oleh Amirul Mukminin, Umar ibnul Khaththab . Waktu itu, Ummu Waraqah seperti biasa, selalu shalat mengimami anggota keluarganya.

Namun suatu malam, tak terdengar bacaan Qur’annya dalam shalat. Oleh karena itu, paginya Amirul Mukminin berkomentar keheranan, “Demi Allah, semalam aku tak mendengar bacaan bibiku, Ummu Waraqah.”

Amirul Mukminin tak tinggal diam. Beliau segera mencari tahu keadaan Ummu Waraqah. Dimasukinya rumah Ummu Waraqah, tapi tak seorang pun tampak di situ.

Amirul Mukminin terus melangkah menuju kamar. Di salah satu sisi kamar, jasad Ummu Waraqah terbujur kaku bertutupkan selimutnya. Sementara budak laki-laki dan budak perempuan milik Ummu Waraqah yang tinggal bersama beliau di rumah tersebut tak lagi tampak batang hidungnya.

Ternyata, malam itu Ummu Waraqah dibunuh oleh sepasang budak miliknya dengan menutupkan kain selimut, hingga Ummu Waraqah mengembuskan napas yang terakhir. Padahal Ummu Waraqah selalu mendidik mereka berdua dan berlaku baik kepada keduanya. Hanya karena tidak sabar ingin segera mereguk napas kebebasan sebagaimana dijanjikan oleh sang tuan jika ia telah meninggal dunia, mereka pun tega berbuat demikian kepada wanita salehah ini. Setelah membunuh Ummu Waraqah, dua budak itu kabur.

Mengetahui kejadian tersebut, Amirul Mukminin mengatakan, “Telah benar Allah dan Rasul-Nya!” Beliau segera mengumumkan di hadapan manusia, “Sesungguhnya Ummu Waraqah telah dibunuh oleh dua budaknya. Sekarang mereka berdua kabur. Barang siapa melihat mereka, harus membawa mereka kemari!”

Kedua budak yang berkhianat dan melakukan perusakan di muka bumi dengan membunuh itu berhasil ditangkap. Mereka dihadapkan kepada Amirul Mukminin. Beliau pun menanyai mereka, dan mereka berdua mengakui perbuatannya.

Amirul Mukminin memutuskan agar dua budak ini disalib. Merekalah orang pertama yang disalib di negeri Madinah.


Hadits Ummu Waraqah Binti Abdullah Bin Al Harits Al Anshari

Hadits Ahmad 26022 - Menetaplah kamu di rumah karena sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla akan memberikan mati syahid kepadamu. Sementara wanita tersebut telah memberikan janji merdeka kepada budak wanita dan budak laki-lakinya setelah ia meninggal. Kemudian Ummu Waraqah tinggal sekian lama bersama kedua budaknya, namun kemudian, keduanya mendekapnya dgn kain tebal hingga ia pun meninggal. Kedua budak tersebut kemudian kabur, ketika Umar datang, diceritakanlah kejadian tersebut kepadanya, bahwa Ummu Waraqah telah dibunuh oleh budak laki-laki dan budak perempuannya, kemudian keduanya melarikan diri. Maka Umar pun berdiri di hadapan orang-orang dan berpidato, Sesungguhnya Rasulullah pernah mengunjungi Ummu Waraqah dan bersabda:

Berangkatlah kalian, kita akan mengunjungi As Syahidah (seorang perempuan yg mati Syahid), & sesungguhnya Fulanah & Fulan budak miliknya telah menutupinya dgn kain tebal, kemudian keduanya melarikan diri. Maka jangan ada satu orangpun yg melindungi mereka berdua, barangsiapa mendapatkan keduanya hendaklah ia bawa keduanya. Maka dibawalah keduanya & kemudian disalib, maka inilah awal mula orang yg disalib dalam Islam. [HR. Ahmad No.26022].

Hadits Ahmad 26023 - memerintahkan kepadanya untuk memimpin shalat keluarganya, ia mempunyai tukang adzan & ia menjadi imam di rumahnya. [HR. Ahmad No.26023].


Sumber:
- al-Ishabah, al-Hafizh Ibnu Hajar al-’Asqalani (8/489—490)
- al-Isti’ab, al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (2/601—602)