Said Bin Al Musayyib Al Musayyib - Pembesar Para Tabi’in

Artikel "Said Bin Al Musayyib Al Musayyib - Pembesar Para Tabi’in" adalah bagian dari seri "Kisah Tabi'in - Pengikuit Sahabat Nabi"
Masjid Nabawi di Madinah, Saudi Arabia
Masjid Nabawi di Madinah, Saudi Arabia
[foto: Noushad Akambadan
]
Said Bin Al Musayyib Al Musayyib adalah pembesar para tabi’in yang sezaman dengan para sahabat Rasulullah seperti: Umar bin Al-Khathab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, sayyidah Aisyah dan Ummu Salamah ridhwanullah ‘alayhim ajma’in. Beliau juga perawi yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu sehingga beliau pun menikahkan Said dgn putrinya.

Said Bin Al Musayyib dikenal sebagai seorang yang tak pernah ketinggalan shalat berjamaah selama 40 atau 50 tahun, juga tak pernah melihat punggung orang orang yang sedang shalat karena dia selalu di barisan terdepan. Beliau juga seorang yang tegas dan tak mau tunduk dengan kemauan para penguasa. Namun beliau tetaplah seorang yang lembut dan mengedepankan rasa persaudaraan dalam pergaulan terutama dgn orang orang yang shalih dan bertaqwa. Banyak sanjungan dan pujian terlontar kepada beliau mengenai wawasan, kehormatan dan kemuliaan beliau.

Beliau menolak pinangan khalifah Abdul Malik bin Marwan utk dinikahkan kepada putranya, Al-Walid utk putrinya dan memilih menikahkan putrinya kepada Katsir bin Abdul Muthallib bin Abi Wada’ah hanya dgn dua atau tiga dirham. Karena penolakannya ini beliau dihukum 60 kali cambuk, disiramkan air dingin ke tubuhnya saat muslim dingin, dan dipakaikan kepadanya jubah yang terbuat dari kain sutera.


Ketakutan Said Bin Al Musayyib Akan Fitnah Wanita

Dari Ali bin Zaid dari Said bi Al-Musayyib, dia berkata, “Tidak ada yang lebih mudah bagi setan utk menggoda kecuali melalui perempuan.” Kemudian, Said berkata “Tidak ada sesuatu yang lebih aku takutkan daripada perempuan.” Padahal saat itu umurnya sudah lanjut, tua renta dan salah satu penglihatannya telah buta sedangkan yang tersisa pun sudah kabur penglihatannya karena rabun.

Dari Imran bin Abdul Malik, dia berkata, “Said bin Al-Musayyib berkata, “Aku tak pernah merasa takut kepada sesuatu pun seperti ketakutanku pada wanita.” Orang orang yang mendengarnya selanjutnya mengatakan, “Sesungguhnya orang seperti Anda tak pernah menginginkan wanita (untuk dinikahi) dan tak ada wanita yang mau mengawini anda,” Dia berkata, “Memang itulah yang aku katakan kepada kalian.”

Nabi Muhammad shalallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
“Tidaklah aku tinggalkan setelahku suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi laki laki (melainkan fitnah yang datang dari) wanita.” Dikeluarkan oleh Bukhari (9/5096); Muslim (4/2097), Ibnu Majah (3998) dan At-Tirmidzi (2780) dan dia berkata: “Hadits Hasan Shahih”

Said Bin Al Musayyib mendatangi rumah istri-istri Rasulullah untuk memperolah ilmu dan berguru pada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar serta Abdullah bin Abbas. Beliau mendengar hadis dari Utsman, Ali, Suhaib dan para shahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain.

Beliau berakhlak dengan akhlak mereka dan berperilaku seperti mereka. Beliau selalu mengucapkan suatu kalimat yang menjadi slogannya setiap hari: “Tiada yang lebih menjadikan hamba berwibawa selain taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tiada yang lebih membuat hina seorang hamba dari bermaksiat kepada-Nya.”


Sumber:
  • 60 Biografi Ulama Salaf karya Syaikh Ahmad Farid (Penerjemah: Masturi Irham, Lc. & Asmu’i Taman, Lc.  penerbit Pustaka Al Kautsar, 2006) 
  • www.muslimah.or.id