Biografi Sri Paduka Pakualam IX

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam IX adalah adipati pertama dari Pakualaman yang ditahtakan setelah Indonesia merdeka. Banyak yang mengatakan bahwa KPH/Pangeran Ambarkusumo yang dinobatkan menjadi Paku Alam IX, bukanlah sosok yang tepat untuk mewarisi tahta Pakualam dan masyarakat Yogyakarta pada umumnya masih banyak yang belum mengenal sosoknya. Selain Sultan Hamengkubuwono, Pakualam juga memiliki peranan yang penting di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Paduka Pakualam IX lahir dengan nama BRMH Ambarkusumo di Yogyakarta, 7 Mei 1938. Sri Paku Alam IX atau yang sebelumnya dikenal dengan nama B. R. M. H. Ambarkusumo ini merupakan putra tertua dari K.G.P.A.A. Paku Alam VIII dan ibundanya K.R.Ay. Purnamaningrum.

Ia menikah dengan teman SMA-nya, Koesoemarini, yang merupakan alumni dari Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada pada tahun 1966. Mereka kemudian dikaruniai 3 orang putra, yakni:
  1. Wijoseno Hariyo Bimo, lahir tahun 1962, seorang Ekonom
  2. Hariyo Seno, lahir tahun 1972, 
  3. Hariyo Danardono, lahir tahun 1974, seorang mahasiswa.
Putra pertama mereka, Wijoseno Hariyo Bimo menikah dengan Atika Purnomowati, seorang Ekonom pula dan dikaruniai dua orang putra. Mereka sekeluarga tinggal di dalam lingkungan istana Pakualaman di Yogyakarta (Suryo S. Negoro).

Pada 15 April 2012, KPH Anglingkusumo mendeklarasikan (atau didaulat) menjadi KGPAA Paku Alam IX. Peristiwa ini berlangsung di Pantai Glagah Kulon Progo (secara tradisional kawasan Pantai Glagah termasuk wilayah Kabupaten Adikarto milik Kadipaten Paku Alaman). Pendeklarasian yang dilaksanakan pada acara sedekah laut ini didukung oleh beberapa elemen masyarakat.


Wafat

Beliau wafat pada tanggal 21 November 2015 pukul 15.10 WIB di ICU RSUP Dr. Sardjito Sleman karena sakit karena penyakit komplikasi.