Biografi Abdullah Gymnastiar atau Aa’ Gym

Abdullah Gymnastiar atau Aa’ Gym
KH. Abdullah Gymnastiar
Lahir: 29 Januari 1962 (umur 52) Bandung

Kewarganegaraan: Indonesia

Nama lain: Aa Gym

Profesi : Penceramah, Pebisnis, Penulis buku

Agama: Islam

Pasangan: Hj. Ninih Muthma'innah, Elfarini Eridani

Nama Anak : Ghaida Tsuraya, Muhammad Ghazi Al-Ghifari, Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa Zahira Shofa, Ghefira Nur Fathimah, Ghaza Muhammad Al-Ghazali, Yang paling kecil dari teh Ninih ..., Putera dari Teh Rini ...

Karya: Getaran Allah di Padang Arafah, Indahnya Hidup Bersama Rasulullah, Nilai hakiki Do’a, Seni Menata Hati Dalam Bergaul, Kiat Praktis Menjadi Orang Terpercaya, Seni Mengkritik dan Menerima Kritik, Mengatasi Minder, Ma’rifatullah, Lima Kiat Praktis Menghadapi Persoalan Hidup, Bersikap Ramah Itu Indah dan Mulia, Menuju Keluarga Sakinah, Aa Gym Apa Adanya ( bekerjasama dengan Hermawan Kertajaya)

Pendidikan: 
SD Sukarasa III Bandung
SMP 12 Bandung
SMA 5 Bandung
D1 - PAAP Unpad (Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan)
Akademi Teknik Jendral Ahmad Yani (kini menjadi Universitas Ahmad Yani atau Unjani).
Pondok Pesantren Miftahul Huda Manjonjaya, Tasikmalaya.

Pengalaman Berorganisasi: 
Ketua Menwa yaitu Resimen Mahasiswa, semacam polisi kampus.
Yan Gymnastiar atau lebih dikenal sebagai Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym adalah seorang pendakwah, penyanyi, penulis buku dan penerbit, pengusaha dan pendiri Pondok Pesantren Darut Tauhid di Jalan Gegerkalong Girang, Bandung. Aa Gym menjadi populer karena mengenalkan cara berdakwah yang unik dengan gaya teatrikal dengan pesan-pesan dakwah Islami yang praktis dan umum diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

Pesan-pesan dakwahnya berkisar pada pengendalian diri, hati nurani, toleransi dan keteguhan iman. Aa Gym digemari oleh ibu-ibu rumah tangga karena ia membangun citra sebagai sosok pemuka agama yang berbeda dengan ulama lainnya. Ketika para ulama “konvensional” berdakwah tentang keutamaan salat, puasa, dan kemegahan surga, Aa Gym memilih untuk bercerita tentang pentingnya hati yang tulus, keluarga yang sakinah dengan menggunakan bahasa sehari-hari yang ringan dan menyenangkan. Topik pembahasannya seputar keluarga dan pemirsanya terkonsentrasi pada ibu-ibu rumah tangga, citranya pun didaulat menjadi “ustad keluarga bahagia.” Hal ini menjadi kontroversial ketika media mengumumkan Aa Gym berpoligami dan menikah lagi dengan Alfarini Eridani atau dikenal juga dengan sebutan "Teh Rini" pada bulan Desember 2006, saat itu istri pertamanya adalah Hj Ninih Muthmainnah atau dikenal juga dengan sebutan "Teh Ninih", yang telah menjadi istrinya sejak tahun 1988 dan selama menikah dengannya telah dikaruniai tujuh anak. Banyak penggemarnya kecewa dan mengirim SMS berantai, menulis di blog dan Surat Pembaca, menelepon ke stasiun TV, berhenti berkunjung ke Daarut Tauhid, hingga ikut turun jalan dan berdemo menentang poligami. Hal ini berdampak pada kepopulerannya dan bisnisnya.


Kehidupan awal

Aa Gym lahir dengan nama Yan Gymnastiar pada tanggal 29 Januari 1962 di Bandung Jawa Barat. Ayahnya bernama Letnan Kolonel H. Engkus Kuswara dan ibunya bernama Ny. Hj. Yeti Rohayati. AA’ Gym diberi nama Gymnastiar oleh ayahnya karena saat itu ayah beliau sangat menggemari olahraga Gym dan berharap anaknya menjadi anak yang sehat dan menyukai olahraga.

AA’ Gym adalah empat bersaudara dimana ketiga saudaranya bernama Abdurrahman Yuri, Agung Gunmartin dan Fathimah Genstreed. Keluarga AA’ Gym adalah keluarga yang sangat disiplin hal ini dikarenakan ayahnya yang menjadi TNI sehingga didikan ke anak-anaknya juga disiplin layaknya tentara. Namun juga sangat religius.

Sejak kecil AA’Gym memiliki hobi berdagang, hal ini beliau warisi dari sang nenek. AA’ Gym kecil sering diajak neneknya berdagang di pasar Kosambi. Sang nenek walaupun sudah tua namun tidak mau berpangku tangan. Tiap pagi sang nenek berjalan menuju pasar untuk berdagang, dari situlah AA’ Gym meneladani jiwa enterpreneurshipnya. Sewaktu kecil AA’ Gym juga pernah berjualan jambu tetangga, tentunya seizin yang punya.

Saat menginjak remaja, jiwa bisnisnya semakin terasah. Selain bersekolah dan ikut dalam berbagai organisasi, beliau juga menekuni berbagai bisnis seperti membuat stiker bersablon dengan kata mutiara yang menggambarkan kekuatan dan keindahan Islam, berjualan minyak wangi hasil racikannya, menjadi pengamen dari satu restoran ke restoran lainnya, menjual baterai dan film saat ada acara kampus atau acara wisuda bahkan menjadi sopir angkot pun pernah beliau lakoni. Jika ditanya mengapa melakukan hal yang terkadang dianggap orang lain “kurang terhormat”, beliau dengan diplomatis mengatakan bahwa beliau berbisnis bukan semata uangnya namun juga ingin mengasah kecerdasan emosional dalam berhadapan dengan orang lain, selama pekerjaan itu halal maka sah untuk dilakukan bahkan jika menghasilkan bisa digunakan untuk menolong orang lain juga.


Menuntut ilmu Agama

AA’ Gym bertemu dengan empat ulama besar yang sering beliau mintai rujukan perihal ilmu agama. Ulama yang pertama mengatakan bahwa ia telah dikaruniai tanazzul oleh Alloh SWT yaitu suatu proses yang secara tiba-tiba dibukakan hatinya untuk mengenal-Ny atanpa harus melalui proses riyadhoh atau mencari-cari.

Tak puas dengan masukan Ulama sepuh yang pertama, Aa’ Gym menemui seorang Ulama yang kedua yang beliau dapatkan dari referensi Ulama sepuh pertama. Ulama yang kedua bernama KH. Khoer Affandi yaitu seorang ulama tassawuf dan juga pemimpin Ponpes Miftakhul Huda – Tasikmalaya. Menurut KH. Khoer Affandi, Aa Gym telah dikaruniai ma’rifatullah.

Kemudian Aa’ Gym bertemu dan belajar agama dengan dua ulama yang lain dimana dikemudian hari dua ulama ini menjadi kakek dan ayah mertua Aa’ Gym. Ya dua ulama tersebut adalah kakek dan ayah dari Teh Ninih, Istri AA’ Gym. Empat ulama ini sangat besar jasanya bagi Aa’ Gym karena telah memberikan les privat agama Islam padanya tanpa harus nyantri bertahun-tahun. Ilmu tersebut disebut ilmu Laduni.


Mendirikan Daarut Tauhid

Pada tahun 1987 Aa’ Gym mengajak teman seangkatannya untuk membuat suatu organisasi berlatar wirausaha dengan nama Keluarga Mahasiswa Islam Wiraswasta atau disingkat KMIW. Dimana organisasi ini menjalankan berbagai bisnis seperti membuat gantungan kunci, pembuatan kaos dengan sablonan kata-kata mutiara tentang Islam serta lainnya.

Usaha ini menempati lahan milik orang tua Aa’ Gym. Dalam organisasi ini tidak melulu berbisnis namun juga ada kegiatan agama Islam seperti tauziah yang diadakan seminggu sekali. Tauziah tersebut mengangkat tema dari kehidupan sehari-hari dengan bahasa yang gampang di cerna dan mudah diaplikasikan sehingga semakin banyaklah anggota organisasi atau jamaahnya.

Oleh karena tempat sudah tidak cukup, mereka (Aa’ Gym dan kawan-kawan) mengontrak sebuah kos-kosan dengan 20 kamar dan kemudian dibeli seharga 100 juta. Pondokan itu kemudian di pugar menjadi bangunan tiga lantai dimana lantai satu untuk kegiatan bisnis dan lantai dua dan tiganya digunakan untuk masjid sebagai kegiatan keagamaan seperti tauziah dan TPA. Pondokan ini kemudian diberi nama Daarut Tauhid yang berlokasi di Geger Kalong Girang 38 seperti saat ini kita kenal.

Ponpes Daarut Tauhid bukanlah bangunan yang terpisah dari masyarakat namun justru membaur dengan masyarakat sehingga masyarakat sekitar juga terkena imbas ekonomi dan nuansa religinya dengan adanya Ponpes DT ini.

Model penggalangan dana dari bisnis yang dijalankan Daarut Tauhid adalah koperasi dengan sistem bagi hasil yang terkenal dengan nama Kopontren Daarut Tauhid dan dari infaq jamaah. Ada juga dari waqaf jamaah yang berupa tanah dan bangunannya yang kemudian digunakan sebagai asrama santri, kediaman pemimpin pondok, TPA, TKA (Taman kanak-kanak Al Quran), gudang, ruang pertemuan, dan ruang konveksi.

DT kemudian membuat Baitul Mal wat- Tamwil (BMT), usaha penerbitan, swalayan dan wartel, Radio umat MQ FM, Tabloid MQ, Mutiara Qolbun Salim yang merupakan TV Kabel, dan lain sebagainya yang kesemuanya jika ditaksir bernilai triliunan.


Kehidupan pribadi

Aa’ Gym menikah pada tahun 1988 dengan Ninih Mutmainnah atau teh Ninih, cucu dari KH. Moh Tasdiqin yang merupakan pengasuh Ponpes Kalangsari, Cijulang, Ciamis Selatan. Dari pernikahan itu mereka dikaruniai tujuh putera dan puteri yakni: Ghaida Tsuraya, Muhammad Ghazi Al-Ghifari, Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa Zahira Shofa, Ghefira Nur Fathimah dan Ghaza Muhammad Al-Ghazali.

Pada bulan Desember 2006 Aa’ Gym memutuskan untuk menikah lagi dengan Alfarini Eridani yang kemudian dikaruniai seorang putera. Hal tersebut membuat para pengagum dan jamaahnya kecewa dan bereaksi keras bahkan dengan memboikot ceramah-ceramah Aa’ Gym, terutama ibu-ibu. Istri pertama Aa’ Gym sendiri mengaku keberatan dengan keputusan poligami suaminya.

Semenjak saat itu pengajian Aa’ Gym mulai surut, dari jamaah yang biasanya berjubel memadati kawasan Geger kalong girang tempat Ponpes Daarut Tauhid menjadi melonggar. Bahkan jadwal Aa’ Gym di televisi pun langsung turun tajam. Bahkan pernah vakum dari tauziah televisi. Bisnis Aa’ Gym pun mengalami kemerosotan.

Aa’ Gym digugat cerai oleh istri pertamanya pada Desember 2010. Namun kemudian Aa’ Gym merujukinya kembali. Sehingga Aa’ Gym menikah 3 kali yaitu pertama dengan teh Ninih, kedua dengan teh Rini (panggilan dari Alfarini Eridani) dan yang ketiga dengan teh Ninih lagi. (Sumber : AA’ Gym – Dakwah Unik Dengan Konsep Manajemen Qolbu)