Biografi Djamin Ginting - Pejuang kemerdekaan menentang pemerintah Hindia Belanda di Tanah Karo

Djamin Ginting
Djamin Ginting
Lahir: 12 Januari 1921 Desa Suka, Tiga Panah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara

Meninggal: 23 Oktober 1974 (umur 53) Kanada Ottawa, Kanada

Partai politik: Partai Golongan Karya

Suami/istri: Likas Tarigan

Anak: Riemenda J. Gintings, Riahna J. Gintings, Sertamin J. Gintings, Serianna J. Gintings, Enderia Pengarapen J. Gintings (meninggal tahun 2008)

Agama: Kristen Protestan

Dinas militer
Pengabdian:  Indonesia
Dinas/cabang: Lambang TNI AD.png TNI Angkatan Darat
Masa dinas: 1945–1968
Pangkat: Pdu letjendtni komando.png Letnan Jenderal TNI
Letjen TNI (Purn) Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Hindia Belanda di Tanah Karo. Dia adalah tokoh perjuangan di Sumatera Utara dan pernah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) Kabanjahe. Djamin Ginting diberi gelar Pahlawan nasional oleh Presiden oko Widodo pada 7 November 2014.

Djamin Ginting dilahirkan di desa Suka, kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara pada 12 Januari 1921. Setelah menamatkan pendidikan sekolah menengah dia bergabung dengan satuan militer yang diorganisir oleh opsir-opsir Jepang. Pemerintah Jepang membangun kesatuan tentara yang terdiri dari anak-anak muda di Taneh Karo guna menambah pasukan Jepang untuk mempertahankan kekuasaan mereka di benua Asia. Djamin Ginting muncul sebagai seorang komandan pada pasukan bentukan Jepang itu.


Karier kemiliteran

Memimpin pasukan setelah kekalahan Jepang

Setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada Perang Dunia II, pada 12 Januari 1921 Rencana Jepang untuk memanfaatkan putra-putra Karo, Sumatera Utara, memperkuat pasukan Jepang menjadi kandas. Jepang menelantarkan daerah kekuasaan mereka di Asia dan kembali pulang ke Jepang. Sebagai seorang komandan, Djamin Ginting bergerak cepat untuk mengkonsolidasi pasukannya. Dia bercita cita untuk membangun satuan tentara di Sumatera Utara. Dia menyakinkan anggotanya untuk tidak kembali pulang ke desa masing masing. Ia memohon kesediaan mereka untuk membela dan melindungi rakyat Karo dari setiap kekuatan yang hendak menguasai daerah Sumatera Utara. Situasi politik ketika itu tidak menentu. Pasukan Belanda dan Inggris masih berkeinginan untuk menguasai daerah Sumatera.

Pionir pejuang

Dikemudian hari anggota pasukan Djamin Gintings ini akan mucul sebagai pionir-pionir pejuang Sumatera bagian Utara dan Karo. Kapten Bangsi Sembiring, Kapten Selamat Ginting, Kapten Mumah Purba, Mayor Rim Rim Ginting, Kapten Selamet Ketaren, dan lain lain adalah cikal bakal Kodam II/Bukit Barisan yang kita kenal sekarang ini. Ketika Letkol. Djamin Gintings menjadi wakil komandan Kodam II/Bukit Barisan, dia berselisih paham dengan Kolonel M. Simbolon yang ketika itu menjabat sebagai Komandan Kodam II/Bukit Barisan. Djamin Ginting tidak sepaham dengan tidakan Kolonel M.Simbolon untuk menuntut keadilan dari pemerintah pusat melalui kekuatan bersenjata. Perselisihan mereka ketika itu sangat dipengaruhi oleh situasi politik dan ekonomi yang melanda Indonesia. Disatu pihak, Simbolon merasa Sumatera dianak-tirikan oleh pemerintah pusat dalam bidang ekonomi. Dilain pihak, Ginting sebagai seorang tentara profesianal memegang teguh azas seorang prajurit untuk membela negara Indonesia.

Operasi Bukit Barisan

Dalam rangka menghadapi gerakan pemberontakan Nainggolan di Medan (Sumatera Utara) maka Panglima TT I, Letkol Inf Djamin Ginting melancarkan Operasi Bukit Barisan. Operasi ini dilancarkan pada tanggal 7 April 1958. Dengan dilancarkannya operasi Bukit Barisan II ini, maka pasukan Nainggolan dan Sinta Pohan terdesak dan mundur ke daerah Tapanuli.


Mengakhiri karier

Karier militer Djamin Ginting meningkat setelah pengakuan kedaulatan pada 27 Desember 1949. Dia adalah Komandan Pertama Komando Pangkalan atau Komando Basis Kota Medan (KBKM) yang kemudian diubah menjadi Komando Militer Kota Besar (KMKB) Medan. Pada Desember 1956, Panglima TT-I Bukit Barisan Kolonel Maludin Simbolon membentuk Dewan Gajah dan menyatakan memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat.

Djamin selaku Kepala Staf TT-I Bukit Barisan menentang keputusan atasannya. Hal itu menunjukkan kesetiaannya pada Pemerintah RI. Djamin Ginting menjadikan wilayah komandonya sebagai pangkalan operasi pasukan pemerintah menggempur PRRI di Sumatera.

Sejak tahun 1966, Djamin Ginting lebih banyak menduduki jabatan non-militer, mulai dari Sekretaris Presiden merangkap Wakil Sekretaris Negara. Jabatan terakhirnya adalah Duta Besar RI di Kanada.

Dipenghujung masa baktinya, Djamin Ginting mewakili Indonesia sebagai seorang Duta Besar untuk Kanada. Di Kanada ini pulalah Djamin Ginting, mengakhiri hayatnya.


Jabatan yang pernah diduduki
  • Kepala Staf Kodam II/Bukit Barisan
  • Assisten Dua Bagian Perang di TNI
  • Panglima TT I Bukit Barisan.
  • Panglima Sumatera Utara.
  • Dengan pangkat Mayor Jenderal, menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Front Nasional, di Kabinet Dwikora Revisi Kedua.
  • Penggerak dari pembentukan GAKARI yang nantinya akan membentuk GOLKAR.

Karya Tulis

Semasa hidupnya, Djamin Gintings menulis beberapa buku. Satu diantaranya "Bukit Kadir" mengisahkan perjuangannya di daerah Karo sampai ke perbatasan Aceh melawan Hindia Belanda. Seorang anggotanya, Kadir, gugur disebuah perbukitan di Tanah Karo dalam suatu pertempuran yang sengit dengan pasukan Belanda. Bukit itu sekarang dikenal dengan nama Bukit Kadir.


Meninggal dunia

Ia meninggal di Ottawa, Kanada, pada 23 Oktober 1974 pada umur 53 tahun. Djamin Ginting meninggalkan 5 orang anak. Salah satunya seorang putri bernama Rimenda br Ginting, SH, yang sekarang menjabat sebagai ketua umum Himpunan Masyarakat Karo Indonesia. Beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 7 November 2014 oleh Presiden Joko Widodo bersama dengan Abdul Wahab Hasbullah, Sukarni Kartodiwirjo, dan HR Muhammad Mangundiprojo. (Sumber: Wikipedia, Berbagai sumber)