Biografi Mohammad Hoesni Thamrin
Mohammad Husni thamrin |
Ia dikenal sebagai salah satu tokoh Betawi (dari organisasi Kaoem Betawi) yang pertama kali menjadi anggota Volksraad ("Dewan Rakyat") di Hindia Belanda, mewakili kelompok Inlanders ("pribumi"). Sejak 1935 ia menjadi anggota Volksraad melalui Parindra. Thamrin juga salah satu tokoh penting dalam dunia sepakbola Hindia Belanda (sekarang Indonesia), karena pernah menyumbangkan dana sebesar 2000 Gulden pada tahun 1932 untuk mendirikan lapangan sepak bola khusus untuk rakyat Hindia Belanda pribumi yang pertama kali di daerah Petojo, Batavia (sekarang Jakarta).
Karena ayahnya meninggal, maka sejak kecil ia dirawat oleh pamannya dari pihak ibu, sehingga ia tidak menyandang nama Belanda. Sementara itu kakeknya, Ort, seorang Inggris, merupakan pemilik hotel di bilangan Petojo, menikah dengan seorang Betawi yang bernama Noeraini.
Ayahnya, Tabri Thamrin, adalah seorang wedana dibawah gubernur jenderal Johan Cornelis van der Wijck. Setelah lulus dari Gymnasium Koning Willem III School te Batavia, Thamrin mengambil beberapa jabatan sebelum bekerja di perusahaan perkapalan Koninklijke Paketvaart-Maatschappij.
Masa kanak-kanak Thamrin penuh dengan suasana bahagia. Ia disenangi oleh teman-temannya dan disayangi oleh orangtuanya. Sesudah cukup umur ia dimasukan oleh orangtuanya ke sekolah dasar Belanda yang bernama Institut Bosch.Thamrin terlihat menonjol dalam pelajarannya dan pergaulan.
Pada tahun 1910 Hoesni hamrin dimasukkan oleh orangtuanya ke sekolah lanjutan yang bernama Koning Willem III. Suasana Jakarta membuat Hoesni Thamrin menjadi matang. Ia mulai memikirkan keadaan orangtuanya yang hampir pensiun. Setelah selesai sekolah lanjutan ia tidak bersedia lagi dibiayai oleh orangtuanya. Perhatiannya mulai tercurah kepada bidang politik, Mohammad Hoesni Thamrin mengagumi tokoh-tokoh pergerakan indonesia seperti Dr. Douwes Dekker, Dr. Tjipto Mangunkusumo, tokoh Belanda Van der Zee dan Dr.Koperberg
Dalam usahanya untuk berdiri sendiri Mohammad Hoesni Thamrin mulai bekerja untuk dapat membantu orangtuanya. Pada tahun 1919 Mohammad Hoesni Thamrin ditunjuk menjadi anggota Dewan Kota Jakarta. Pada tahun 1923 ia memasuki perkumpulan “Kaum Betawi. Namanya makin dikenal dan dunianya makin luas. Karirnya terus meningkat dalam Dewan Kota,sehingga ia akhirnya diangkat menjadi Wakil Walikota tingkat I. Kewajiban sebagai seorang manusia tidak dilupakannya, ia menikah dengan Nyi Otoh Arwati pada tahun 1924.
Pada tanggal 16 Mei 1927 Hoesni Thamrin diangkat menjadi anggota Dewan Rakyat(Volksraad), disamping kedudukannya di Dewan Kota.Tahun 1930 Thamrin menjadi ketua Fraksi Nasional di Dewan Rakyat.Anggota fraksi itu terdiri dari bangsa Indonesia.Thamrin ikut mendukung “Petisi Sutardjo” di Dewan Rakyat pada tahun 1936 yang menuntut supaya Indonesia diberikan dominion status. Dari tahun 1927 sampai saat meninggalnya Hoesni Thamrin terus menduduki kursi Dewan Rakyat. Pada bulan Juni 1937 Hoesni Thamrin terpilih menjadi wakil ketua Dewan Rakyat.
Hoesni Thamrin ikut membentuk PPPKI yang didirikan di Bandung pada tanggal 17 Desember 1927. Ia duduk dalam PPPKI sebagai wakil Kaum Betawi. Hoesni Thamrin juga ikut menjadi anggota Perkumpulan Akademi Indonesia (V.I.A.) yang didirikan pada tanggal 10 Desember 1932. Mohammad Hoesni Thamrin memasuki Partai Indonesia Raya (Parindra) yang didirikan oleh Dr Sutomo.Setelah Dr Sutomo meninggal, Mohammad Hoesni Thamrin diserahi memimpin Parindra.Thamrin sangat aktif dalam Parindra, salah satu contohnya Mohammad Hoesni Thamrin sering mengadakan propaganda ke banyak pulau di Indonesia seperti di Sumatera.
Mohammad Hoesni Thamrin memprakarsai berdirinya Gabungan Politik Indonesia (GAPI) yang didirikan pada tanggal 21 Mei 1939 di Jakarta. Kegiatan politik Mohammad Hoesni Thamrin makin dibatasi oleh pemerintah Hindia Belanda, sesudah diumumkan keadaan bahaya (S.O.B) pada tahun 1940.Pada tanggal 6 Januari 1941 pemerintah Hindia Belanda menggeledah rumah Mohammad Hoesni Thamrin dan ia dikenakan tahanan rumah. Dalam keadaan sakit ia masih terus berjuang walaupun ia dikenakan tahanan rumah.
Mohammad Hoesni Thamrin wafat Pada hari Sabtu tanggal 11 Januari 1941 di rumahnya di Sawah Besar. Pemakannya mendapat perhatian yang luar biasa dari seluruh masyarakat Indonesia, Belanda dan Tionghoa. Upacara seluruhnya dipimpin oleh ketua Parindra cabang Jakarta, Darjono. Selesai pemakaman disusul dengan pidato dari Habib Ali, Ketua Pandu cabang Jakarta, ketua PB Parindra Wurjaningrat, Dr. A.K. Gani, wakil GAPI dan terakhir Dr.Marzuki Mahdi sebagai wakil keluarga.
Kematiannya penuh dengan intrik politik yang kontroversial. Tiga hari sebelum kematiannya, ia ditahan tanpa alasan jelas. Menurut laporan resmi, ia dinyatakan bunuh diri namun ada dugaan ia dibunuh oleh petugas penjara. Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet, Jakarta. Di saat pemakamannya, lebih dari 10000 pelayat mengantarnya yang kemudian berdemonstrasi menuntut penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan dari Belanda.
Untuk menghormati almarhum Mohammad Hoesni Thamrin maka pada tanggal 13 Januari diadakan sidang Dewan Rakyat.Ketua Dewan Rakyat Mr. Jonkman memuji Hoesni hamrin sebagai pemimpin terkemuka bangsa Indonesia. Wakil pemerintah Hindia Belanda juga mengakui kepemimpinan Mohammad Hoesni Thamrin dalam pidatonya di Dewan Rakyat.Tokoh Islam terkenal Mohammad Natsir mengatakan perjuangan Mohammad Hoesni Thamrin sejajar dengan perjuangan islam.
Namanya diabadikan sebagai salah satu jalan protokol di Jakarta dan proyek perbaikan kampung besar-besaran di Jakarta ("Proyek MHT") pada tahun 1970-an.
(Dari Wikipedia bahasa Indonesia-ensiklopedia bebas, berbgai sumber)