Biografi Ismail Marzuki - komponis dan Pahlawan Nasional
Ismail Marzuki lahir di Kwitang, Senen, Batavia pada 11 Mei 1914, Ia adalah salah seorang komponis besar Indonesia, karyanya kebanyakan bertema lagu-lagu perjuangan.Namanya sekarang diabadikan sebagai suatu pusat seni di Jakarta yaitu Taman Ismail Marzuki (TIM) di kawasan Salemba, Jakarta Pusat.
Ada lebih dari 250 karyanya yang beberapa di antaranya masih sering dilantun-dengarkan hingga kini, di antaranya adalah Indonesia Pusaka, Sabda Alam dan Juwita Malam yang dipopulerkan oleh Chrisye, Selendang Sutera, dan Sepasang Mata Bola. Tak hanya itu
Rayuan Pulau Kelapa adalah lagu ciptaan karya Ismail Marzuki yang paling populer, lagu tersebut digunakan sebagai lagu penutup akhir siaran oleh stasiun TVRI pada masa pemerintahan Orde Baru. Ia sempat mendirikan orkes Empat Sekawan. Selain itu ia dikenal publik ketika mengisi musik dalam film Terang Bulan.
Dalam hidupnya, Ismail dikenal sangat mencintai Indonesia. Ini terbukti dari beberapa lagunya seperti Indonesia Pusaka dan Rayuan Pulau Kelapa. Pada saat RRI direbut penjajah pun, dia memilih mogok kerja dan rela hidup susah bersama istrinya.
Masa kecil
Ismail Marzuki lahir dan besar di Jakarta berasal dari keluarga Betawi asli, lahir di Kwitang, Senen, Jakarta, 11 Mei 1914. Oleh teman-temannya, dia dipanggil Maing. Ibunya meninggal saat dia berumur tiga bulan. Dia lalu dirawat oleh kakaknya yang lebih tua 12 tahun darinya, Anie Hamimah.
Ayah Ismail adalah Marzuki, bekerja sebagai karyawan di perusahaan Ford Reparatieer. Gajinya yang lumayan membuatnya mampu membeli alat pemutar musik Gramofon dan beberapa piringan hitam beragam musik: keroncong, pop, gambus, dan lainnya. Fasilitas tersebut kemudian turut memengaruhi minat dan bakat musik Ismail.
Pada masa sekolah, saat kenaikan kelas, Ismail sering meminta kepada ayahnya untuk dibelikan alat musik: harmonika, mandolin, dan lainnya. Dia betul-betul memanfaatkan alat musik itu untuk bermusik dan menciptakan lagu. Pada saat berumur 17 tahun, dia berhasil menciptakan lagu pertamanya berjudul O…Sarinah.
Karir dan pekerjaan
Setelah lulus sekolah, Ismail bekerja di Socony Servie Station sebagai kasir. Gajinya yang sebesar 30 golden per bulan ditabungnya untuk membeli biola.
Tak lama bekerja menjadi kasir, dia lalu keluar dan bekerja di perusahaan dagang KK Nies yang menjual alat-alat musik dan merekam piringan hitam. Dia betah di tempat kerja barunya tersebut karena sejalan dengan hobi musiknya. Sejak kerja di sini pula, dia rajin membeli piringan hitam musik-musik instrumen barat: samba, tango, dan lainnya.
Bakatnya di bidang musik semakin terasah, di usia muda Ismail sudah menguasai banyak alat musik: gitar, piano, accordion, ukulele, rebab, harmonika, biola, dan lainnya Di usia muda.
Saat usianya menginjak 23 tahun Ismail bergabung dengan grup orkes Lief Java pada 1937, sejak saat itu kemampuan musiknya meningkat pesat. Dia mampu mengaransemen lagu beragam genre: pop, keroncong, seriosa, dan lainnya. Dia juga punya banyak kesempatan untuk tampil di radio dan di acara-acara pentas.
Ismail melakukan rekaman pertama melalui perusahaan Polydor dan Odeon. Lagu-lagu yang direkam di antaranya: O…Sarinah, Ali Baba Rumba, dan Olhe Lheu Dari Kotaradja. Para penggemar musik, khusunya anak muda, menyambutnya dengan hangat.
Ismail juga mengisi lagu untuk filem Terang Bulan yang dibintangi RD Mochtar. Dia menyanyikan lagu Duduk Termenung. Kesuksesan film Terang Bulan membuat Ismail dan Lief Java diundang ke Singapura dan Malaysia untuk pentas karena film Terang Bulan sangat sukses di kedua negara tersebut.
Pada 1940, Ismail menikah dengan Eulis Zuraidah. Keduanya tidak dikaruniai anak, tapi kemudian memiliki seorang anak angkat bernama Rachmi Aziah.
Akhir hayat
Ismail jatuh sakit pada 1956. Lagu ciptaan terakhirnya dibuat pada masa sakit, berjudul Inikah Bahagia? Tanggal 25 Mei 1958, di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta, Ismail meninggal dunia di usia yang masih sangat muda, 44 tahun.
Pada tahun 1968 Ismail Marzuki mendapat anugerah penghormatan dengan dibukanya Taman Ismail Marzuki, sebuah taman dan pusat kebudayaan di Salemba, Jakarta Pusat. Beberapa barang peninggalannya dipajang di tempat tersebut: biola, accordion, jam dinding, dan lainnya.
Ismail Marzuki selama ini diyakini sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai pencipta lagu Halo, Halo Bandung yang terkenal. Lagu tersebut menggambarkan besarnya semangat rakyat Bandung dalam peristiwa Bandung Lautan Api. Namun sebenarnya siapa pencipta lagu tersebut yang sebenarnya masih diperdebatkan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Hingga kini lagu Hal;o-halo Bandung masih menjadi Kontroversi.
Karya Lagu:
Aryati; Gugur Bunga; Melati di Tapal Batas (1947); Wanita; Rayuan Pulau Kelapa; Sepasang Mata Bola (1946); Bandung Selatan di Waktu Malam (1948); O Sarinah (1931); Keroncong Serenata; Kasim Baba; Bandaneira; Lenggang Bandung; Sampul Surat; Karangan Bunga dari Selatan; Selamat Datang Pahlawan Muda (1949); Juwita Malam; Sabda Alam; Roselani; Rindu Lukisan; Indonesia Pusaka.
Di antara semua lagunya, yang paling terkenal adalah Halo-Halo Bandung dan Rayuan Pulau Kelapa. Walaupun, lagunya yang berjudul Halo-Halo Bandung masih diperdebatkan oleh sebagian masyarakat.
Ismail Marzuki meninggal di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta pada 25 Mei 1958 pada umur 44 tahun, dan dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Pada tanggal 5 November 2004 dia dinobatkan menjadi salah seorang tokoh pahlawan nasional Indonesia memalui Keppres No. 89/TK/2004.
Syumber:
Wikipedia
Kompas.com
Merdeka.com
Ada lebih dari 250 karyanya yang beberapa di antaranya masih sering dilantun-dengarkan hingga kini, di antaranya adalah Indonesia Pusaka, Sabda Alam dan Juwita Malam yang dipopulerkan oleh Chrisye, Selendang Sutera, dan Sepasang Mata Bola. Tak hanya itu
Rayuan Pulau Kelapa adalah lagu ciptaan karya Ismail Marzuki yang paling populer, lagu tersebut digunakan sebagai lagu penutup akhir siaran oleh stasiun TVRI pada masa pemerintahan Orde Baru. Ia sempat mendirikan orkes Empat Sekawan. Selain itu ia dikenal publik ketika mengisi musik dalam film Terang Bulan.
Dalam hidupnya, Ismail dikenal sangat mencintai Indonesia. Ini terbukti dari beberapa lagunya seperti Indonesia Pusaka dan Rayuan Pulau Kelapa. Pada saat RRI direbut penjajah pun, dia memilih mogok kerja dan rela hidup susah bersama istrinya.
Masa kecil
Ismail Marzuki lahir dan besar di Jakarta berasal dari keluarga Betawi asli, lahir di Kwitang, Senen, Jakarta, 11 Mei 1914. Oleh teman-temannya, dia dipanggil Maing. Ibunya meninggal saat dia berumur tiga bulan. Dia lalu dirawat oleh kakaknya yang lebih tua 12 tahun darinya, Anie Hamimah.
Ayah Ismail adalah Marzuki, bekerja sebagai karyawan di perusahaan Ford Reparatieer. Gajinya yang lumayan membuatnya mampu membeli alat pemutar musik Gramofon dan beberapa piringan hitam beragam musik: keroncong, pop, gambus, dan lainnya. Fasilitas tersebut kemudian turut memengaruhi minat dan bakat musik Ismail.
Pada masa sekolah, saat kenaikan kelas, Ismail sering meminta kepada ayahnya untuk dibelikan alat musik: harmonika, mandolin, dan lainnya. Dia betul-betul memanfaatkan alat musik itu untuk bermusik dan menciptakan lagu. Pada saat berumur 17 tahun, dia berhasil menciptakan lagu pertamanya berjudul O…Sarinah.
Karir dan pekerjaan
Setelah lulus sekolah, Ismail bekerja di Socony Servie Station sebagai kasir. Gajinya yang sebesar 30 golden per bulan ditabungnya untuk membeli biola.
Tak lama bekerja menjadi kasir, dia lalu keluar dan bekerja di perusahaan dagang KK Nies yang menjual alat-alat musik dan merekam piringan hitam. Dia betah di tempat kerja barunya tersebut karena sejalan dengan hobi musiknya. Sejak kerja di sini pula, dia rajin membeli piringan hitam musik-musik instrumen barat: samba, tango, dan lainnya.
Bakatnya di bidang musik semakin terasah, di usia muda Ismail sudah menguasai banyak alat musik: gitar, piano, accordion, ukulele, rebab, harmonika, biola, dan lainnya Di usia muda.
Saat usianya menginjak 23 tahun Ismail bergabung dengan grup orkes Lief Java pada 1937, sejak saat itu kemampuan musiknya meningkat pesat. Dia mampu mengaransemen lagu beragam genre: pop, keroncong, seriosa, dan lainnya. Dia juga punya banyak kesempatan untuk tampil di radio dan di acara-acara pentas.
Ismail melakukan rekaman pertama melalui perusahaan Polydor dan Odeon. Lagu-lagu yang direkam di antaranya: O…Sarinah, Ali Baba Rumba, dan Olhe Lheu Dari Kotaradja. Para penggemar musik, khusunya anak muda, menyambutnya dengan hangat.
Ismail Marzuki, dengan pianonya |
Pada 1940, Ismail menikah dengan Eulis Zuraidah. Keduanya tidak dikaruniai anak, tapi kemudian memiliki seorang anak angkat bernama Rachmi Aziah.
Akhir hayat
Ismail jatuh sakit pada 1956. Lagu ciptaan terakhirnya dibuat pada masa sakit, berjudul Inikah Bahagia? Tanggal 25 Mei 1958, di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta, Ismail meninggal dunia di usia yang masih sangat muda, 44 tahun.
Pada tahun 1968 Ismail Marzuki mendapat anugerah penghormatan dengan dibukanya Taman Ismail Marzuki, sebuah taman dan pusat kebudayaan di Salemba, Jakarta Pusat. Beberapa barang peninggalannya dipajang di tempat tersebut: biola, accordion, jam dinding, dan lainnya.
Ismail Marzuki selama ini diyakini sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai pencipta lagu Halo, Halo Bandung yang terkenal. Lagu tersebut menggambarkan besarnya semangat rakyat Bandung dalam peristiwa Bandung Lautan Api. Namun sebenarnya siapa pencipta lagu tersebut yang sebenarnya masih diperdebatkan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Hingga kini lagu Hal;o-halo Bandung masih menjadi Kontroversi.
Karya Lagu:
Aryati; Gugur Bunga; Melati di Tapal Batas (1947); Wanita; Rayuan Pulau Kelapa; Sepasang Mata Bola (1946); Bandung Selatan di Waktu Malam (1948); O Sarinah (1931); Keroncong Serenata; Kasim Baba; Bandaneira; Lenggang Bandung; Sampul Surat; Karangan Bunga dari Selatan; Selamat Datang Pahlawan Muda (1949); Juwita Malam; Sabda Alam; Roselani; Rindu Lukisan; Indonesia Pusaka.
Di antara semua lagunya, yang paling terkenal adalah Halo-Halo Bandung dan Rayuan Pulau Kelapa. Walaupun, lagunya yang berjudul Halo-Halo Bandung masih diperdebatkan oleh sebagian masyarakat.
Ismail Marzuki meninggal di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta pada 25 Mei 1958 pada umur 44 tahun, dan dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Pada tanggal 5 November 2004 dia dinobatkan menjadi salah seorang tokoh pahlawan nasional Indonesia memalui Keppres No. 89/TK/2004.
Syumber:
Wikipedia
Kompas.com
Merdeka.com