Abdurrahman bin Mahdi (135 – 198 H)
Masjidil Haram, Mekkah, Saudi Arabia [Foto oleh: Chinx786] |
Beliau dilahirkan pada tahun 135 H. Berkata Hambal: “Aku mendengar Abdullah berkata: “Abdurrahman bin Mahdi lahir pada tahun 135H”. Sejak usia belia, beliau sudah rajin dalam menuntut ilmu agama.
Guru-guru beliau:
- Aiman bin Nabil,
- Mu’awiyah bin Shaleh,
- Abu Khaldah,
- Syu’bah, Sufyan Ats-Tsauri,
- dan beberapa ulama lainnya.
Murid-murid beliau:
- Abdullah bin Mubarak,
- Ahmad bin Hambal,
- Ishaq bin Rahawaih,
- Ali bin Al-Madini,
- dan masih banyak ulama lainnya.
Sanjungan para ulama
- Ayub bin Mutawakkil berkata: “Ketika kami hendak memutuskan perkara agama maupun dunia, maka kami pergi kerumah Abdurrahman bin Mahdiuntuk bertanya kepadanya”.
- Muhammad bin Abi Bakar al-Muqaddami berkata: “Aku belum pernah melihat orang yang lebih mutqin (kuat hafalannya) ketika mendengar, ketika tidak mendengar, dan ketika memberikan hadits kepada manusia daripada Abdurrahman bin Mahdi. Dia seorang imam yang yang tsabit (terjaga hafalannya) dari pada Yahya bin Said Al-Qaththan dan lebih mutqin dari pada Waqi’ bin Jarrah. Dia telah mengecek dan menyetorkan hafalan hadits yang dia telah hafal kepada Sufyan”.
- Ibnu Hibban berkata: “Dia adalah salah satu dari ulama yang Hafidh yang mutqin (yang kuat hafalannya), dia adalah seorang yang wara’ dalam perkara agama, dia termasuk orang yang menghafal, mengumpulkan, memahami, dan menulis, dan dia menolak (semua) riwayat hadits kecuali dari yang tsiqah (yang terpercaya)”.
Ibadahnya
- Ibnu Madini berkata: “Aku telah datang mengunjungi istri Abdurrahman bin Mahdi setelah Ibnu Mahdi wafat, ketika itu aku melihat warna hitam di arah qiblat, maka akupun berkata: “(Bekas) apa ini?”, istri Abdurrahman berkata: “Itu tempat peristirahatan Abdurrahman, yang mana dia melaksanakan shalat malam, ketika kantuk telah menghampirinya maka ia meletakan kepalanya di tempat itu”.
- Ali berkata: “Wirid Abdurrahman setiap malamnya adalah membaca setengah dari Al-Qur an”.
- Rustah berkata: “Abdurrahman melaksanakan haji setiap tahun, ketika saudaranya meningal, maka dia (saudaranya) berwasiat kepadanya, maka iapun(abdurrahman) mengurusi anak yatim (saudaranya), aku mendengar bahwa Abdurrahman berkata: “Aku diuji dengan anak-anak yatim ini, maka akupun berhutang kepada Yahya bin said empat ratus dinar, untuk mengurus tanah-tanah anak-anak yatim tersebut.”
Perkataan hikmahnya
- Abdullah bin Said berkata: “Aku mendengar abdurrahman bin Mahdi berkata: “mengertilah!, seseorang tidak boleh menjadi imam sampai ia mengetahui beberapa hal berikut ini; Apa yang pantas bagi dirinya sesuatu yang tidak pantas, tidak menggunakan segala hal untuk berhujjah, dan mengetahui batas-batas ilmu”.
- Dari Abdurrahman bin Umar, ia berkata: “ Aku mendengar Abdurrahman bin Mahdi berkata: “Haram hukumnya bagi seseorang untuk membahas permasalahan agama kecuali ia telah mendapatklan ilmunya dari orang yang tsiqah”.
Wafatnya Abdurrahman bin Mahdi
Beliau meninggal pada bulan Jumadil Akhir, tahun 198 H. Adzahabi berkata: “Ibnu Mahdi meninggal di Bahrah pada bulan jumadil Akhir tahun 198H”. Al-Khatib Al-Baghdadi berkata: “Abdurrahman Bin Mahdi meninggal pada tahun 198, dengan usia 63 tahun, karena ia dilahirkan pada tahun 135H”.
Referensi:
- Biografi Abdurahman bin Mahdy dalam dalam Tahdzibul Asma an Nawawi 11/304, Tahdzib at Tahdzib Ibn Hajar asqalanii VI/279
- Adz-Dzahabi, Tadzkirah Al-Huffazh, Al-Maktabah Asy-Syamilah, no. urut 313