U Nu - Perdana Menteri Burma Pertama
Nu lahir pada 25 Mei 1907di War khal ma, distrik Myaungmya, Ayeyarwady Division, British Burma dari pasangan U San Tun dan Daw Khin Saw dari Wakema , Myaungmya District, Inggris Burma. Dia sekolah di SMA Myoma di Yangon, dan menerima gelar BA dari Universitas Rangoon pada tahun 1929. Pada tahun 1935 ia menikah dengan Mya Yi sambil belajar untuk Sarjana Hukum.
Ia ikut mempelopori Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955 dengan beberapa tokoh lain dari beberapa negara. U Nu menjabat sebagai perdana menteri hingga tahun 1962 dengan diselingi oleh tokoh lain dalam posisi itu.
Sebagai tokoh politik ia bersahabat dengan mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) U Thant yang juga temannya di Universitas Rangoon. Selain sebagai politisi U Nu adalah seorang novelis yang cukup banyak karyanya.
Konferensi Asia–Afrika
Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA; kadang juga disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.
Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kerusuhan dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru.
Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.
Para pelopor/pendiri Konferensi Asia-Afrika:
- Ali Sastroamidjojo dari Indonesia
- Mohammad Ali Bogra dari Pakistan
- Jawaharlal Nehru dari India
- John Kotelawala dari Sri Lanka
- U Nu dari Myanmar
Sumber: Wikipedia