Biografi Nur Sutan Iskandar - Satrawan Angkatan Balai Pustaka
Nur Sutan Iskandar adalah sastrawan Angkatan Balai Pustaka. Sebagai sastrawan Indonesia yang paling produktif di masanya, beliau telah menulis lebih dari 20 judul novel dalam jangka waktu 20 tahun. Karya beliau yang terkenal antara lain berjudul Abu Nawas, Salah Pilih, dan Apa Dayaku karena Aku Perempuan.
Nur Sutan Iskandar lahir di Sungai Batang (sebuah wilayah yang terletak di tepi Danau Maninjau), Sumatera Barat, pada 3 November 1893. Nur Sutan Iskandar memiliki nama asli Muhammad Nur.
Seperti umumnya lelaki Minangkabau lainnya Muhammad Nur mendapat gelar ketika menikah. Ia menikah dengan Aminah, dari hasil pernikahannya tersebut beliau dikaruniai lima orang anak. Gelar Sutan Iskandar yang diperolehnya kemudian dipadukan dengan nama aslinya dan Muhammad Nur pun lebih dikenal sebagai Nur Sutan Iskandar sampai sekarang.
Setelah menamatkan sekolah rakyat pada tahun 1909, Nur Sutan Iskandar bekerja sebagai guru bantu. Pada tahun 1919 ia hijrah ke Jakarta, di sana ia bekerja di Balai Pustaka. Pimpinan Balai Pustaka, Sutan Muhammad Zein, menugaskannya sebagai pengoreksi naskah karangan. Karena kecerdasannya, beliau kemudian berhasil lulus dari ujian Kleinambtenaar pada tahun 1921, yaitu ujian khusus bagi orang Indo Belanda yang pernah bertugas sebagai juru tulis di kantor pemerintah untuk dapat memperoleh jenjang jabatan yang lebih tinggi. Tiga tahun kemudian beliau juga mendapatkan ijazah dari Gemeentelijkburen Cursus (Kursus Pegawai Pamongpraja).
Dari tugasnya sebagai korektor naskah karangan, akhirnya ai menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Balai Pustaka (1925-1942). Kemudian ia diangkat menjadi Kepala Pengarang Balai Pustaka, yang dijabatnya 1942-1945.
Nur Sutan Iskandar tercatat sebagai sastrawan terproduktif di angkatannya. Selain mengarang karya asli ia juga menyadur dan menerjemahkan buku-buku karya pengarang asing seperti Alexandre Dumas, H. Rider Haggard dan Arthur Conan Doyle.
Nur Sutan Iskandar meninggal di Jakarta, pada 28 November 1975 pada umur 82 tahun.
Bibliografi
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Nur_Sutan_Iskandar
http://profil.merdeka.com/indonesia/m/muhammad-nur-sutan-iskandar/
Nur Sutan Iskandar lahir di Sungai Batang (sebuah wilayah yang terletak di tepi Danau Maninjau), Sumatera Barat, pada 3 November 1893. Nur Sutan Iskandar memiliki nama asli Muhammad Nur.
Seperti umumnya lelaki Minangkabau lainnya Muhammad Nur mendapat gelar ketika menikah. Ia menikah dengan Aminah, dari hasil pernikahannya tersebut beliau dikaruniai lima orang anak. Gelar Sutan Iskandar yang diperolehnya kemudian dipadukan dengan nama aslinya dan Muhammad Nur pun lebih dikenal sebagai Nur Sutan Iskandar sampai sekarang.
Setelah menamatkan sekolah rakyat pada tahun 1909, Nur Sutan Iskandar bekerja sebagai guru bantu. Pada tahun 1919 ia hijrah ke Jakarta, di sana ia bekerja di Balai Pustaka. Pimpinan Balai Pustaka, Sutan Muhammad Zein, menugaskannya sebagai pengoreksi naskah karangan. Karena kecerdasannya, beliau kemudian berhasil lulus dari ujian Kleinambtenaar pada tahun 1921, yaitu ujian khusus bagi orang Indo Belanda yang pernah bertugas sebagai juru tulis di kantor pemerintah untuk dapat memperoleh jenjang jabatan yang lebih tinggi. Tiga tahun kemudian beliau juga mendapatkan ijazah dari Gemeentelijkburen Cursus (Kursus Pegawai Pamongpraja).
Dari tugasnya sebagai korektor naskah karangan, akhirnya ai menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Balai Pustaka (1925-1942). Kemudian ia diangkat menjadi Kepala Pengarang Balai Pustaka, yang dijabatnya 1942-1945.
Nur Sutan Iskandar tercatat sebagai sastrawan terproduktif di angkatannya. Selain mengarang karya asli ia juga menyadur dan menerjemahkan buku-buku karya pengarang asing seperti Alexandre Dumas, H. Rider Haggard dan Arthur Conan Doyle.
Nur Sutan Iskandar meninggal di Jakarta, pada 28 November 1975 pada umur 82 tahun.
Bibliografi
- Apa Dayaku karena Aku Perempuan (Jakarta: Balai Pustaka, 1923)
- Cinta yang Membawa Maut (Jakarta: Balai Pustaka, 1926)
- Salah Pilih (Jakarta: Balai Pustaka, 1928)
- Abu Nawas (Jakarta: Balai Pustaka, 1929)
- Karena Mentua (Jakarta: Balai Pustaka, 1932)
- Tuba Dibalas dengan Susu (Jakarta: Balai Pustaka, 1933)
- Dewi Rimba (Jakarta: Balai Pustaka, 1935)
- Hulubalang Raja (Jakarta: Balai Pustaka, 1934)
- Katak Hendak Jadi Lembu (Jakarta: Balai Pustaka, 1935)
- Neraka Dunia (Jakarta: Balai Pustaka, 1937)
- Cinta dan Kewajiban (Jakarta: Balai Pustaka, 1941)
- Jangir Bali (Jakarta: Balai Pustaka, 1942)
- Cinta Tanah Air (Jakarta: Balai Pustaka, 1944)
- Cobaan (Turun ke Desa) (Jakarta: Balai Pustaka, 1946)
- Mutiara (Jakarta: Balai Pustaka, 1946)
- Pengalaman Masa Kecil (Jakarta: Balai Pustaka, 1949)
- Ujian Masa (Jakarta: JB Wolters, 1952, cetakan ulang)
- Megah Cerah: Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas II (Jakarta: JB Wolters, 1952)
- Megah Cerah: Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas III (Jakarta: JB Wolters, 1952)
- Peribahasa (Karya bersama dengan K. Sutan Pamuncak dan Aman Datuk Majoindo. Jakarta: JB Wolters, 1946)
- Sesalam Kawin (t.t.)
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Nur_Sutan_Iskandar
http://profil.merdeka.com/indonesia/m/muhammad-nur-sutan-iskandar/