Profil Remy Sylado - Sastrawan Indonesia
Yapi Panda Abdiel Tambayong (ER: Japi Tambajong) atau lebih dikenal dengan nama pena Remy Sylado adalah salah satu sastrawan Indonesia.
Yapi Panda Abdiel Tambayong lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juli 1945. Ia mengalami masa kecil dan remaja di Semarang dan Solo. Sejak kecil hobi bertanya tentang banyak hal terkait dengan urusan agama. Latar belakang agamanya yang kuat membuat orangtuanya mengirim dirinya sekolah ke seminari.
Karier
Ia memulai karier sebagai wartawan majalah Tempo (Semarang, 1965), redaktur majalah Aktuil Bandung (sejak 1970), dosen Akademi Sinematografi Bandung (sejak 1971), ketua Teater Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung. Dia menulis kritik, puisi, cerpen, novel (sejak usia 18), drama, kolom, esai, sajak, roman populer, juga buku-buku musikologi, dramaturgi, bahasa, dan teologi. Remy terkenal karena sikap beraninya menghadapi pandangan umum melalui pertunjukan-pertunjukan drama yang dipimpinnya. Ia juga salah satu pelopor penulisan puisi mbeling.
Selain menulis banyak novel, ia juga dikenal piawai melukis, drama, dan tahu banyak akan film. Saat ini ia bermukim di Bandung. Remy pernah dianugerahi hadiah Kusala Sastra Khatulistiwa 2002 untuk novelnya Kerudung Merah Kirmizi.
Remy juga dikenal sebagai seorang Munsyi, ahli di bidang bahasa. Dalam karya fiksinya, sastrawan ini suka mengenalkan kata-kata Indonesia lama yang sudah jarang dipakai. Hal ini membuat karya sastranya unik dan istimewa, selain kualitas tulisannya yang tidak diragukan lagi. Penulisan novelnya didukung dengan riset yang tidak tanggung-tanggung. Seniman ini rajin ke Perpustakaan Nasional untuk membongkar arsip tua, dan menelusuri pasar buku tua. Pengarang yang masih menulis karyanya dengan mesin ketik ini juga banyak melahirkan karya berlatar budaya di luar budayanya. Di luar kegiatan penulisan kreatif, ia juga kerap diundang berceramah teologi.
Remy Sylado pernah dan masih mengajar di beberapa perguruan di Bandung dan Jakarta, seperti Akademi Sinematografi, Institut Teater dan Film, Sekolah Tinggi Teologi.
Karya
Film
Sebagai aktor
Yapi Panda Abdiel Tambayong lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juli 1945. Ia mengalami masa kecil dan remaja di Semarang dan Solo. Sejak kecil hobi bertanya tentang banyak hal terkait dengan urusan agama. Latar belakang agamanya yang kuat membuat orangtuanya mengirim dirinya sekolah ke seminari.
Karier
Ia memulai karier sebagai wartawan majalah Tempo (Semarang, 1965), redaktur majalah Aktuil Bandung (sejak 1970), dosen Akademi Sinematografi Bandung (sejak 1971), ketua Teater Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung. Dia menulis kritik, puisi, cerpen, novel (sejak usia 18), drama, kolom, esai, sajak, roman populer, juga buku-buku musikologi, dramaturgi, bahasa, dan teologi. Remy terkenal karena sikap beraninya menghadapi pandangan umum melalui pertunjukan-pertunjukan drama yang dipimpinnya. Ia juga salah satu pelopor penulisan puisi mbeling.
Selain menulis banyak novel, ia juga dikenal piawai melukis, drama, dan tahu banyak akan film. Saat ini ia bermukim di Bandung. Remy pernah dianugerahi hadiah Kusala Sastra Khatulistiwa 2002 untuk novelnya Kerudung Merah Kirmizi.
Remy juga dikenal sebagai seorang Munsyi, ahli di bidang bahasa. Dalam karya fiksinya, sastrawan ini suka mengenalkan kata-kata Indonesia lama yang sudah jarang dipakai. Hal ini membuat karya sastranya unik dan istimewa, selain kualitas tulisannya yang tidak diragukan lagi. Penulisan novelnya didukung dengan riset yang tidak tanggung-tanggung. Seniman ini rajin ke Perpustakaan Nasional untuk membongkar arsip tua, dan menelusuri pasar buku tua. Pengarang yang masih menulis karyanya dengan mesin ketik ini juga banyak melahirkan karya berlatar budaya di luar budayanya. Di luar kegiatan penulisan kreatif, ia juga kerap diundang berceramah teologi.
Remy Sylado pernah dan masih mengajar di beberapa perguruan di Bandung dan Jakarta, seperti Akademi Sinematografi, Institut Teater dan Film, Sekolah Tinggi Teologi.
Karya
- Orexas.
- Gali Lobang Gila Lobang.
- Siau Ling
- Ca-Bau-Kan (Hanya Sebuah Dosa), 1999.
- Kerudung Merah Kirmizi, 2002.
- Kembang Jepun, 2003.
- Parijs van Java, 2003.
- Menunggu Matahari Melbourne, 2004.
- Sam Po Kong, 2004.
- Puisi Mbeling, 2005.
- Rumahku di Atas Bukit
- 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing
- Drama Musikalisasi Tarragon "Born To Win"
- Novel Pangeran Diponegoro
- 9 Oktober 1740, Oktober 2005.
- 123 Ayat tentang Seni
- Drama Sejarah 1832
- Kamus Isme-Isme
Film
Sebagai aktor
- 1986, Tinggal Sesaat Lagi
- 1987, Akibat Kanker Payudara
- 1989, Dua dari Tiga Laki-laki
- 1990, Taksi
- 1990, Blok M
- 1991, Pesta
- 1992, Tutur Tinular IV (Mendung Bergulung di Atas Majapahit), sebagai Ramapati
- 2009, Capres, sebagai Ir Gondo Sujiwo MS, MM, Mber
- 2015, Bulan di Atas Kuburan, sebagai Beni
- 2016, Senjakala di Manado, sebagai Opa Pingkan
- 1973, Pelarian, peran: Penata musik
- 1977, Duo Kribo, peran: Penata skrip
- 1978, Ombaknya Laut Mabuknya Cinta, peran: Cerita
- 1981, Mawar Cinta Berduri Duka, peran: Penata musik
- 2001, Ca Bau Kan, peran: Cerita
(Sumber)