Biografi Dian Al Mahri : Pendiri Masjid Kubah Emas
Dian Djuriah Rais binti H Muhammad Rais atau lebih dikenal dengan Dian Al Mahri adalah seorang pengusaha asal Banten yang memiliki usaha kilang minyak di Brunei Darussalam. Beliau juga dikenal dengan sosok yang dermawan, salah satu kedermawanannya adalah beliau membangun Masjid Kubah Emas di jalan Meruyung, Cinere, Depok.
Dian Al Mahri lahir tahun 1949, tinggal di Jalan Masjid Al Ikhlas, Petukangan Selatan, Jakarta Selatan.
Pemilik kilang minyak di Brunei ini terkenal sebagai sosok yang suka bersedekah. Keuntungan dari kilang minyak yang ia miliki diinfakkan separuhnya.
Salah satu Infak yang ia berikan adalah dengan membangun Masjid Kubah Emas yang beralamat di jalan Meruyung, Cinere, Depok. Masjid yang sering banyak pengunjungnya ini dibangun oleh Dian sejak tahun 2001 dan selesai sekitar akhir tahun 2006. Masjid ini dibuka untuk umum pada 31 Desember 2006.
Bukan hanya Masjid, Jalan Raya Meruyung yang merupakan lokasi Masjid Kubah Emas dicor olehnya. Hal ini karena banyak bus yang lewat terutama pada hari libur. Bus datang dari berbagai daerah Indonesia.
Masjid Kubah Emas memiliki luas kawasan sekitar 50 hektare. Dengan area seluas itu, masjid ini dapat menampung sekitar 20.000 jemaah. Bukan itu saja, kawasan masjid disebut-sebut kawasan masjid termegah di Asia Tenggara.
Semula, Masjid Kubah Emas bernama Masjid Dian Al Mahri. Namun karena lima kubah yang ada di masjid tersebut semuanya dilapisi emas, maka masyarakat sekitar sering menyebut masjid itu dengan nama Masjid Kubah Emas.
Sebagai seorang muslim yang menginginkan ridha Allah, dian kerap mengadakan pengajian di kediamannya Jalan Masjid Al Ikhlas, Petukangan Selatan, Jakarta Selatan. Pengajian dihadiri masyarakat sekitar.
Dian Al Mahri meninggal di Rumah Sakit Pondok Indah sekitar pukul 02.20 WIB, Jumat (29/3/2019). Istri dari Maimun Al Rasyid ini dimakamkan di halaman Masjid Kubah Emas, Cinere, Kota Depok.
Profil Masjid
Masjid Dian Al Mahri memiliki 5 kubah. Satu kubah utama dan 4 kubah kecil. Uniknya, seluruh kubah dilapisi emas setebal 2 sampai 3 milimeter dan mozaik kristal. Bentuk kubah utama menyerupai kubah Taj Mahal. Kubah tersebut memiliki diameter bawah 16 meter, diameter tengah 20 meter, dan tinggi 25 meter. Sementara 4 kubah kecil memiliki diameter bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan tinggi 8 meter. Selain itu di dalam masjid ini terdapat lampu gantung yang didatangkan langsung dari Italia seberat 8 ton.
Selain itu, relief hiasan di atas tempat imam juga terbuat dari emas 18 karat. Begitu juga pagar di lantai dua dan hiasan kaligrafi di langit-langit masjid. Sedangkan mahkota pilar masjid yang berjumlah 168 buah berlapis bahan prado atau sisa emas.
Secara umum, arsitektur masjid mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur Tengah dengan ciri kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman para arsitekturnya. Ciri lainnya adalah gerbang masuk berupa portal dan hiasan geometris serta obelisk sebagai ornamen.
Halaman dalam berukuran 45 x 57 meter dan mampu menampung 8.000 jemaah. Enam menara (minaret) berbentuk segi enam atau heksagonal, yang melambangkan rukun iman, menjulang setinggi 40 meter. Keenam menara itu dibalut batu granit abu-abu yang diimpor dari Italia dengan ornamen melingkar. Pada puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat. Sedangkan kubahnya mengacu pada bentuk kubah yang banyak digunakan masjid-masjid di Persia dan India. Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya diimpor dari Italia.
Pada bagian interiornya, masjid ini menghadirkan pilar-pilar kokoh yang menjulang tinggi guna menciptakan skala ruang yang agung. Ruang masjid didominasi warna monokrom dengan unsur utama warna krem, untuk memberi karakter ruang yang tenang dan hangat. Materialnya terbuat dari bahan marmer yang diimpor dari Turki dan Italia. Di tengah ruang, tergantung lampu yang terbuat dari kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton, yang pengerjaannya digarap ahli dari Italia.
Dian Al Mahri lahir tahun 1949, tinggal di Jalan Masjid Al Ikhlas, Petukangan Selatan, Jakarta Selatan.
Pemilik kilang minyak di Brunei ini terkenal sebagai sosok yang suka bersedekah. Keuntungan dari kilang minyak yang ia miliki diinfakkan separuhnya.
Salah satu Infak yang ia berikan adalah dengan membangun Masjid Kubah Emas yang beralamat di jalan Meruyung, Cinere, Depok. Masjid yang sering banyak pengunjungnya ini dibangun oleh Dian sejak tahun 2001 dan selesai sekitar akhir tahun 2006. Masjid ini dibuka untuk umum pada 31 Desember 2006.
Bukan hanya Masjid, Jalan Raya Meruyung yang merupakan lokasi Masjid Kubah Emas dicor olehnya. Hal ini karena banyak bus yang lewat terutama pada hari libur. Bus datang dari berbagai daerah Indonesia.
Masjid Kubah Emas memiliki luas kawasan sekitar 50 hektare. Dengan area seluas itu, masjid ini dapat menampung sekitar 20.000 jemaah. Bukan itu saja, kawasan masjid disebut-sebut kawasan masjid termegah di Asia Tenggara.
Semula, Masjid Kubah Emas bernama Masjid Dian Al Mahri. Namun karena lima kubah yang ada di masjid tersebut semuanya dilapisi emas, maka masyarakat sekitar sering menyebut masjid itu dengan nama Masjid Kubah Emas.
Sebagai seorang muslim yang menginginkan ridha Allah, dian kerap mengadakan pengajian di kediamannya Jalan Masjid Al Ikhlas, Petukangan Selatan, Jakarta Selatan. Pengajian dihadiri masyarakat sekitar.
Dian Al Mahri meninggal di Rumah Sakit Pondok Indah sekitar pukul 02.20 WIB, Jumat (29/3/2019). Istri dari Maimun Al Rasyid ini dimakamkan di halaman Masjid Kubah Emas, Cinere, Kota Depok.
Profil Masjid
Masjid Dian Al Mahri memiliki 5 kubah. Satu kubah utama dan 4 kubah kecil. Uniknya, seluruh kubah dilapisi emas setebal 2 sampai 3 milimeter dan mozaik kristal. Bentuk kubah utama menyerupai kubah Taj Mahal. Kubah tersebut memiliki diameter bawah 16 meter, diameter tengah 20 meter, dan tinggi 25 meter. Sementara 4 kubah kecil memiliki diameter bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan tinggi 8 meter. Selain itu di dalam masjid ini terdapat lampu gantung yang didatangkan langsung dari Italia seberat 8 ton.
Selain itu, relief hiasan di atas tempat imam juga terbuat dari emas 18 karat. Begitu juga pagar di lantai dua dan hiasan kaligrafi di langit-langit masjid. Sedangkan mahkota pilar masjid yang berjumlah 168 buah berlapis bahan prado atau sisa emas.
Secara umum, arsitektur masjid mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur Tengah dengan ciri kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman para arsitekturnya. Ciri lainnya adalah gerbang masuk berupa portal dan hiasan geometris serta obelisk sebagai ornamen.
Halaman dalam berukuran 45 x 57 meter dan mampu menampung 8.000 jemaah. Enam menara (minaret) berbentuk segi enam atau heksagonal, yang melambangkan rukun iman, menjulang setinggi 40 meter. Keenam menara itu dibalut batu granit abu-abu yang diimpor dari Italia dengan ornamen melingkar. Pada puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat. Sedangkan kubahnya mengacu pada bentuk kubah yang banyak digunakan masjid-masjid di Persia dan India. Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya diimpor dari Italia.
Pada bagian interiornya, masjid ini menghadirkan pilar-pilar kokoh yang menjulang tinggi guna menciptakan skala ruang yang agung. Ruang masjid didominasi warna monokrom dengan unsur utama warna krem, untuk memberi karakter ruang yang tenang dan hangat. Materialnya terbuat dari bahan marmer yang diimpor dari Turki dan Italia. Di tengah ruang, tergantung lampu yang terbuat dari kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton, yang pengerjaannya digarap ahli dari Italia.