Profil & Biodata KH. Bahauddin bin Kiai Nursalim ( Gus Baha ) - Kiyai NU asal Rembang
KH. Bahauddin bin Kiai Nursalim atau biasa disapa dengan sebutan Gus Baha adalah salah satu dari jajaran Dewan Tafsir Nasional di Lembaga Tafsir Al-Quran Universitas Islam Indonesa (UII) Yogyakarta, pengajar Tafsir Al-Quran di Bojonegoro, Jawa Timur. Iapun mengajar di Di Yogya dan Bojonegoro.
Gus Baha adalah sosok yang sederhana. Dalam setiap kesempatan ceramah, Gus Baha selalu menggunakan kemeja putih dan peci hitam denga agak didorong sedikit ke belakang, sehingga sedikit rambut kepala depannya terlihat.
Cermah-ceramah Gus Baha di Youtube disenangi santri-santri dan milenial muslim. Rekaman beberapa pengajian Gus Baha ramai disimak dan diperbincangkan. Cara ngaji yang selow dan renyah, menjadi ciri khas Gus Baha.
Biografi
Bahauddin lahir di Rembang tahun 1970, putra dari Kiai Nur Salim, pengasuh pesantren Al-Quran di dari Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah. Narukan adalah sebuah desa di pesisir utara pulau Jawa.
KH. Nursalim adalah murid dari KH. Arwani Al-Hafidz Kudus dan KH. Abdullah Salam Al-Hafidz Pati, Kajen, Pati. Nasabnya bersambung kepada para ulama besar. Bersama Kiai Nur Salim inilah Gus Miek (KH Hamim Jazuli).
Dari silsilah keluarga ayah beliau inilah terhitung dari buyut beliau hingga generasi ke-empat kini merupakan ulama'-ulama' ahli Al-Qur'an yang handal. Silsilah keluarga dari garis ibu beliau merupakan silsilah keluarga besar ulama' Lasem, Bani Mbah Abdurrahman Basyaiban atau Mbah Sambu yang pesareannya ada di area Masjid Jami' Lasem, sekitar setengah jam perjalanan dari pusat Kota Rembang.
Dibawah bimbingan ayahnya sendiri, Gus Baha kecil mulai menempuh gemblengan keilmuan dan hafalan Al-Quran. Pada usia yang masih sangat belia, beliau telah mengkhatamkan Al-Quran beserta Qiro’ahnya dengan lisensi yang ketat dari sang ayah.
Ketika remaja, sang ayah menitipkan Gus Baha mondok dan berkhidmah kepada Syaikhina KH. Maimoen Zubair di Pondok Pesantren Al-Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang, sekitar 10 km arah timur Narukan. Di Al-Anwar inilah beliau terlihat sangat menonjol dalam fan-fan ilmu syari’at seperti Fiqih, Hadits dan Tafsir.
Baca juga: "Biografi Maimun Zubair (Mbah Moen) - Kiai Sepuh Karismatik Nahdlatul Ulama"
Dalam riwayat pendidikan beliau, semenjak kecil hingga mengasuh pesantren warisan ayahnya sekarang, Gus Baha hanya mengenyam pendidikan dari dua pesantren, yakni pesantren ayahnya sendiri di desa Narukan dan PP. Al Anwar Karangmangu.
Untuk memulai pengembaraan ilmiahnya, Gus Baha memilih Yogyakarta. Pada tahun 2003 ia menyewa rumah di Yogya dengan diikuti oleh sejumlah santri yang ingin terus mengaji bersamanya. Rumah sewaan tersebut letaknya tak jauh dari kediamannya.
Tahun 2005 ayahnya wafat sehingga ia harus kembali ke Kragan, namun pengajiannya di Yogyakarta tetap berlangsung sebulan sekali.
Gus Baha pernah ditawari gelar Doctor Honoris Causa dari UII, namun beliau tidak berkenan. Dalam jagat Tafsir Al-Quran di Indonesia beliau termasuk pendatang baru dan satu-satunya dari jajaran Dewan Tafsir Nasional yang berlatar belakang pendidikan non formal dan non gelar.
Di UII beliau adalah Ketua Tim Lajnah Mushaf UII. Timnya terdiri dari para Profesor, Doktor dan ahli-ahli Al-Qur'an dari se-antero Indonesia seperti Prof. Dr. Quraisy Syihab, Prof. Zaini Dahlan, Prof. Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.
Kegiatan Keagamaan:
Komentar dari Ustadz dan ulama tentang sosok Gus Baha
Ustadz Adi Hidayat : “Di Rembang itu ada manusia Quran yang tidak banyak dikenal orang. Itu kalau bapak-ibu Tanya tentang fikih-fikih dalam Al-Quran, itu beliau luar biasa. Namanya Gus Baha, Gus Baha. Kapan-kalau kalau ada pengajiannya, hadiri pengajiannya. Itu di antara orang yang mengerti Al-Quran”
Prof. Quraisy Shihab : “Sulit ditemukan orang yang sangat memahami dan hafal detail-detail Al-Quran hingga detail-detail fiqh yang tersirat dalam ayat-ayat Al-Quran seperti Pak Baha”
Sumber:
Gus Baha adalah sosok yang sederhana. Dalam setiap kesempatan ceramah, Gus Baha selalu menggunakan kemeja putih dan peci hitam denga agak didorong sedikit ke belakang, sehingga sedikit rambut kepala depannya terlihat.
Cermah-ceramah Gus Baha di Youtube disenangi santri-santri dan milenial muslim. Rekaman beberapa pengajian Gus Baha ramai disimak dan diperbincangkan. Cara ngaji yang selow dan renyah, menjadi ciri khas Gus Baha.
Biografi
Bahauddin lahir di Rembang tahun 1970, putra dari Kiai Nur Salim, pengasuh pesantren Al-Quran di dari Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah. Narukan adalah sebuah desa di pesisir utara pulau Jawa.
KH. Nursalim adalah murid dari KH. Arwani Al-Hafidz Kudus dan KH. Abdullah Salam Al-Hafidz Pati, Kajen, Pati. Nasabnya bersambung kepada para ulama besar. Bersama Kiai Nur Salim inilah Gus Miek (KH Hamim Jazuli).
Dari silsilah keluarga ayah beliau inilah terhitung dari buyut beliau hingga generasi ke-empat kini merupakan ulama'-ulama' ahli Al-Qur'an yang handal. Silsilah keluarga dari garis ibu beliau merupakan silsilah keluarga besar ulama' Lasem, Bani Mbah Abdurrahman Basyaiban atau Mbah Sambu yang pesareannya ada di area Masjid Jami' Lasem, sekitar setengah jam perjalanan dari pusat Kota Rembang.
Dibawah bimbingan ayahnya sendiri, Gus Baha kecil mulai menempuh gemblengan keilmuan dan hafalan Al-Quran. Pada usia yang masih sangat belia, beliau telah mengkhatamkan Al-Quran beserta Qiro’ahnya dengan lisensi yang ketat dari sang ayah.
Ketika remaja, sang ayah menitipkan Gus Baha mondok dan berkhidmah kepada Syaikhina KH. Maimoen Zubair di Pondok Pesantren Al-Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang, sekitar 10 km arah timur Narukan. Di Al-Anwar inilah beliau terlihat sangat menonjol dalam fan-fan ilmu syari’at seperti Fiqih, Hadits dan Tafsir.
Baca juga: "Biografi Maimun Zubair (Mbah Moen) - Kiai Sepuh Karismatik Nahdlatul Ulama"
Dalam riwayat pendidikan beliau, semenjak kecil hingga mengasuh pesantren warisan ayahnya sekarang, Gus Baha hanya mengenyam pendidikan dari dua pesantren, yakni pesantren ayahnya sendiri di desa Narukan dan PP. Al Anwar Karangmangu.
Untuk memulai pengembaraan ilmiahnya, Gus Baha memilih Yogyakarta. Pada tahun 2003 ia menyewa rumah di Yogya dengan diikuti oleh sejumlah santri yang ingin terus mengaji bersamanya. Rumah sewaan tersebut letaknya tak jauh dari kediamannya.
Tahun 2005 ayahnya wafat sehingga ia harus kembali ke Kragan, namun pengajiannya di Yogyakarta tetap berlangsung sebulan sekali.
Gus Baha pernah ditawari gelar Doctor Honoris Causa dari UII, namun beliau tidak berkenan. Dalam jagat Tafsir Al-Quran di Indonesia beliau termasuk pendatang baru dan satu-satunya dari jajaran Dewan Tafsir Nasional yang berlatar belakang pendidikan non formal dan non gelar.
Di UII beliau adalah Ketua Tim Lajnah Mushaf UII. Timnya terdiri dari para Profesor, Doktor dan ahli-ahli Al-Qur'an dari se-antero Indonesia seperti Prof. Dr. Quraisy Syihab, Prof. Zaini Dahlan, Prof. Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.
Kegiatan Keagamaan:
- Pengajian tafsir di Bojonegoro, Jawa Timur di Minggu kedua setiap bulannya.
- Mengajar ushul fiqih di Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati.
- Ketua Tim Lajnah Mushaf di Lembaga Tafsir Al-Quran Universitas Islam Indonesa (UII) Yogyakarta.
- Mengajar tiap Minggu terakhir di Yogya.
Komentar dari Ustadz dan ulama tentang sosok Gus Baha
Ustadz Adi Hidayat : “Di Rembang itu ada manusia Quran yang tidak banyak dikenal orang. Itu kalau bapak-ibu Tanya tentang fikih-fikih dalam Al-Quran, itu beliau luar biasa. Namanya Gus Baha, Gus Baha. Kapan-kalau kalau ada pengajiannya, hadiri pengajiannya. Itu di antara orang yang mengerti Al-Quran”
Prof. Quraisy Shihab : “Sulit ditemukan orang yang sangat memahami dan hafal detail-detail Al-Quran hingga detail-detail fiqh yang tersirat dalam ayat-ayat Al-Quran seperti Pak Baha”
Sumber:
- www.muslimobsession.com : "Kiai NU Ini Disebut Ustadz Adi Hidayat Sebagai Manusia Quran"
- www.dutaislam.com : "Biografi Intelektual Gus Baha' Nursalim Rembang"
- www.islami.co : "Mengenal Gus Baha, Oase di Tengah Ustadz-ustadz yang Mencari Popularitas"