Tokoh-Tokoh Pendiri Organisasi Massa Islam di Indonesia
Organisasi Massa Islam di Indonesia adalah organisasi Islam di Indonesia yang bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Pada umumnya organisasi-organisasi ini bertujuan mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Dengan demikian ummat Islam dapat kembali ke kemurnian ajaran Islam berdasar pada tiga aspek yakni: Al-ur'an, Al Hadits, dan Ijtima Ulama.
Berikut ini Tokoh-Tokoh Pendiri Organisasi Massa Islam di Indonesia beserta Organisasinya:
Berikut ini Tokoh-Tokoh Pendiri Organisasi Massa Islam di Indonesia beserta Organisasinya:
- M. Hasyim Asy’ari, salah satu pediri Nahdlatul Ulama (NU)
- K.H. Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah
- TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, Pendiri Nahdlatul Wathan disingkat NW
- Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus, Pendiri Persatuan Islam (Persis)
- Abdul Karim Oei Tjeng Hien, Abdusomad Yap A Siong dan Kho Goan Tjin, Pendiri Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).
- K.H. Abdul Halim Majalengka dan K.H. Ahmad Sanusi, Pendiri Persatuan Ummat Islam (PUI).
- Samanhudi atau Kyai Haji Samanhudi, pendiri Syarikat Islam (disingkat SI), atau Sarekat Islam, dahulu bernama Sarekat Dagang Islam (disingkat SDI).
Profil singkat Tokoh-Tokoh Pendiri Organisasi Massa Islam di Indonesia:
1. Hasyim Asy’ari
M. Hasyim Asy’ari : beliau merupakan kyai asal Teburieng Jombang. Beliaulah sang deklarator bedirinya NU. Saat Kyai Wahhab Chasbullah menyampaikan keinginannya mendirikan organisasi, Kyai Hasyim tidak langsung mengiyakan. Kyai Hasyim berfikir dalam dan panjang terlebih dahulu. Pada akhirnya Kyai Hasyim mendapat izin dan restu berupa isyarat dua kali dari Syaikhona Kholil Bangkalan yang dibawa oleh KH. As’ad Syamsul Arifin yang saat itu masih menjadi santri di Bangklan, untuk mendirikan organisasi yang diusulkan oleh Kyai Wahhab. NU berdiri, Kyai Hasyim menjadi Rais Akbar-nya berdasarkan kesepakatan para kyai pendiri NU.
M. Hasyim Asy’ari adalah salah satu tokoh yang mendirikan organisasi Islam bernama Nahdlatul Ulama (NU).( Baca selengkapnya ...)
2. K.H. Ahmad Dahlan
M. Hasyim Asy’ari : beliau merupakan kyai asal Teburieng Jombang. Beliaulah sang deklarator bedirinya NU. Saat Kyai Wahhab Chasbullah menyampaikan keinginannya mendirikan organisasi, Kyai Hasyim tidak langsung mengiyakan. Kyai Hasyim berfikir dalam dan panjang terlebih dahulu. Pada akhirnya Kyai Hasyim mendapat izin dan restu berupa isyarat dua kali dari Syaikhona Kholil Bangkalan yang dibawa oleh KH. As’ad Syamsul Arifin yang saat itu masih menjadi santri di Bangklan, untuk mendirikan organisasi yang diusulkan oleh Kyai Wahhab. NU berdiri, Kyai Hasyim menjadi Rais Akbar-nya berdasarkan kesepakatan para kyai pendiri NU.
M. Hasyim Asy’ari adalah salah satu tokoh yang mendirikan organisasi Islam bernama Nahdlatul Ulama (NU).( Baca selengkapnya ...)
2. K.H. Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.( Baca selengkapnya ...)
3. TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid
Mawlānāsysyāikh Tuan Guru Kyai Hajjī Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd (lahir di Bermi, Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 5 Agustus 1898 – meninggal di Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 21 Oktober 1997 pada umur 99 tahun) adalah seorang ulama karismatis dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat dan merupakan pendiri Nahdlatul Wathan, organisasi massa Islām terbesar di provinsi tersebut. Di pulau Lombok, Tuan Guru merupakan gelar bagi para pemimpin agama yang bertugas untuk membina, membimbing dan mengayomi umat Islām dalam hal-hal keagamaan dan sosial kemasyarakatan, yang di Jawa identik dengan Kyai.
Seperti Hamka, beliapun memiliki nama singkatan, yaitu Hamzanwadi (Hajji Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd Nahdlatul Wathan Dīniyah Islāmiyah).( Baca selengkapnya ...)
4. Haji Zamzam
Haji Zam-zam adalah salah satu pendiri Organisasi Islam selain Haji Muhammad Yunus. Beliau alumnus Darul-Ulum (Mekah). Sejak tahun 1910-1912 beliau menjadi guru agama di Darul-Muta'alimin.( Baca selengkapnya ...)
5. H. Muhammad Yumus
H. Muhammad Yumus adalah salah satu tokoh Pendiri organisasi Islam di Indonesia yaitu Persatuan Islam (Persis). Muhammad Yunus merupakan seorang pedagang sukses, di masa mudanya beliau mendapatkan pendidikan agama secara tradisional. Ia menguasai Bahasa Indonesa dan menguasai Bahasa Arab sehingga beliau mampu mempelajari kitab-kitab secara autodidak.( Baca selengkapnya ...)
6. Abdul Karim Oei Tjeng Hien
Abdul Karim Oei Tjeng Hien (lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 06 Juni 1905 – meninggal di Jakarta, 14 Oktober 1988 pada umur 83 tahun) adalah perintis ajaran Islam dari etnis Tionghoa-Indonesia. Dia mendirikan organisasi warga etnis Tionghoa Islam yang disebut Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan juga menjadi salah satu tokoh Muhammadiyah. Karim Oei juga merupakan salah satu tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bersama dengan Soekarno dan Buya Hamka. Dalam dunia politik, Karim Oei juga dikenal sebagai anggota DPR (1956-1959) yang mewakili kaum Tionghoa, ketua partai Masyumi Bengkulu (1946-1960), dan lain sebagainya.( Baca selengkapnya ...)
7. Abdussomad Yap A Siong
Abdussomad Yap A Siong, adalah seorang muballigh dan tokoh pejuang kemerdekaan RI berdasarkan SK Menteri Urusan Veteran No. 01/A/KPTS/MUV/1968 tanggal 3 Januari 1968. Haji Abdusomad Yap A Siong, Abdul Hamid Soei Njo Sek, dan beberapa Muslim Tionghoa lainnya pada tahun 1930-an mendirikan Persatuan Islam Tionghoa (PIT) di Medan yang menjadi wadah dakwah dan perjuangan mendukung gerakan kemerdekaan RI.( Baca selengkapnya ...)
8. Kho Goan Tjin
Kho Goan Tjin merupakan satu dari sejumlah tokoh Muslim Tionghoa (H Abdul Karim Oei Tjeng Hien, H Abdulsomad Ya A Siong) yang mendirikan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia yang kemudian berganti nama menjadi Pembina Iman Tauhid Islam (PITI).Tujuannya untuk mempersatukan muslim Indonesia dengan muslim keturunan Tionghoa serta etnis Tionghoa.( Baca selengkapnya ...)
9. K.H. Abdul Halim Majalengka
Abdul Halim atau K.H. Abdul Halim, lebih dikenal dengan nama K.H. Abdul Halim Majalengka (lahir di Desa Ciborelang, Jatiwangi, Majalengka, Kecamatan Jatiwangi, Majalengka, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, 26 Juni 1887 – meninggal di Majalengka, 7 Mei 1962 pada umur 74 tahun) adalah Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudoyono Nomor: 041/TK/Tahun 2008 tanggal 6 November 2008. Seorang tokoh pergerakan nasional, tokoh organisasi Islam, dan ulama yang terkenal toleran dalam menghadapi perbedaan pendapat antar ulama tradisional dan pembaharu (modernis).
Beliau merupakan salah satu tokoh Pendiri organisasi Islam bernama Persatuan Umat Islam (PUI).( Baca selengkapnya ...)
10. K.H. Ahmad Sanusi
Ahmad Sanusi atau dikenal dengan sebutan Kiai Haji Ahmad Sanusi atau Ajengan Cantayan atau Ajengan Genteng atau Ajengan Gunungpuyuh (lahir 18 September 1888 di Desa Cantayan, Under Distrik Cikembar, Distrik Cibadak, Under Afdeling Sukabumi - meninggal tahun 1950 di Sukabumi pada tanggal 31 Juli 1950 (dalam usia 62 tahun) adalah tokoh Sarekat Islam dan pendiri Al-Ittahadiyatul Islamiyah (AII), sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial kemasyarakatan dan ekonomi. Pada awal Pemerintahan Jepang, AII dibubarkan dan secara diam-diam ia mendirikan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII). Ia juga pendiri Pondok Pesantren Syamsul Ulum, Sukabumi. Selain itu, Kiai Sanusi juga pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tahun 1945.( Baca selengkapnya ...)
11. Samanhudi
Samanhudi atau sering disebut Kyai Haji Samanhudi (lahir di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, 1868; meninggal di Klaten, Jawa Tengah, 28 Desember 1956) adalah pendiri Sarekat Dagang Islam, sebuah organisasi massa di Indonesia yang awalnya merupakan wadah bagi para pengusaha batik di Surakarta. Nama kecilnya ialah Sudarno Nadi.( Baca selengkapnya ...)
3. TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid
Mawlānāsysyāikh Tuan Guru Kyai Hajjī Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd (lahir di Bermi, Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 5 Agustus 1898 – meninggal di Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 21 Oktober 1997 pada umur 99 tahun) adalah seorang ulama karismatis dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat dan merupakan pendiri Nahdlatul Wathan, organisasi massa Islām terbesar di provinsi tersebut. Di pulau Lombok, Tuan Guru merupakan gelar bagi para pemimpin agama yang bertugas untuk membina, membimbing dan mengayomi umat Islām dalam hal-hal keagamaan dan sosial kemasyarakatan, yang di Jawa identik dengan Kyai.
Seperti Hamka, beliapun memiliki nama singkatan, yaitu Hamzanwadi (Hajji Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd Nahdlatul Wathan Dīniyah Islāmiyah).( Baca selengkapnya ...)
4. Haji Zamzam
Haji Zam-zam adalah salah satu pendiri Organisasi Islam selain Haji Muhammad Yunus. Beliau alumnus Darul-Ulum (Mekah). Sejak tahun 1910-1912 beliau menjadi guru agama di Darul-Muta'alimin.( Baca selengkapnya ...)
5. H. Muhammad Yumus
H. Muhammad Yumus adalah salah satu tokoh Pendiri organisasi Islam di Indonesia yaitu Persatuan Islam (Persis). Muhammad Yunus merupakan seorang pedagang sukses, di masa mudanya beliau mendapatkan pendidikan agama secara tradisional. Ia menguasai Bahasa Indonesa dan menguasai Bahasa Arab sehingga beliau mampu mempelajari kitab-kitab secara autodidak.( Baca selengkapnya ...)
6. Abdul Karim Oei Tjeng Hien
Abdul Karim Oei Tjeng Hien (lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 06 Juni 1905 – meninggal di Jakarta, 14 Oktober 1988 pada umur 83 tahun) adalah perintis ajaran Islam dari etnis Tionghoa-Indonesia. Dia mendirikan organisasi warga etnis Tionghoa Islam yang disebut Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan juga menjadi salah satu tokoh Muhammadiyah. Karim Oei juga merupakan salah satu tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bersama dengan Soekarno dan Buya Hamka. Dalam dunia politik, Karim Oei juga dikenal sebagai anggota DPR (1956-1959) yang mewakili kaum Tionghoa, ketua partai Masyumi Bengkulu (1946-1960), dan lain sebagainya.( Baca selengkapnya ...)
7. Abdussomad Yap A Siong
Abdussomad Yap A Siong, adalah seorang muballigh dan tokoh pejuang kemerdekaan RI berdasarkan SK Menteri Urusan Veteran No. 01/A/KPTS/MUV/1968 tanggal 3 Januari 1968. Haji Abdusomad Yap A Siong, Abdul Hamid Soei Njo Sek, dan beberapa Muslim Tionghoa lainnya pada tahun 1930-an mendirikan Persatuan Islam Tionghoa (PIT) di Medan yang menjadi wadah dakwah dan perjuangan mendukung gerakan kemerdekaan RI.( Baca selengkapnya ...)
8. Kho Goan Tjin
Kho Goan Tjin merupakan satu dari sejumlah tokoh Muslim Tionghoa (H Abdul Karim Oei Tjeng Hien, H Abdulsomad Ya A Siong) yang mendirikan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia yang kemudian berganti nama menjadi Pembina Iman Tauhid Islam (PITI).Tujuannya untuk mempersatukan muslim Indonesia dengan muslim keturunan Tionghoa serta etnis Tionghoa.( Baca selengkapnya ...)
9. K.H. Abdul Halim Majalengka
Abdul Halim atau K.H. Abdul Halim, lebih dikenal dengan nama K.H. Abdul Halim Majalengka (lahir di Desa Ciborelang, Jatiwangi, Majalengka, Kecamatan Jatiwangi, Majalengka, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, 26 Juni 1887 – meninggal di Majalengka, 7 Mei 1962 pada umur 74 tahun) adalah Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudoyono Nomor: 041/TK/Tahun 2008 tanggal 6 November 2008. Seorang tokoh pergerakan nasional, tokoh organisasi Islam, dan ulama yang terkenal toleran dalam menghadapi perbedaan pendapat antar ulama tradisional dan pembaharu (modernis).
Beliau merupakan salah satu tokoh Pendiri organisasi Islam bernama Persatuan Umat Islam (PUI).( Baca selengkapnya ...)
10. K.H. Ahmad Sanusi
Ahmad Sanusi atau dikenal dengan sebutan Kiai Haji Ahmad Sanusi atau Ajengan Cantayan atau Ajengan Genteng atau Ajengan Gunungpuyuh (lahir 18 September 1888 di Desa Cantayan, Under Distrik Cikembar, Distrik Cibadak, Under Afdeling Sukabumi - meninggal tahun 1950 di Sukabumi pada tanggal 31 Juli 1950 (dalam usia 62 tahun) adalah tokoh Sarekat Islam dan pendiri Al-Ittahadiyatul Islamiyah (AII), sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial kemasyarakatan dan ekonomi. Pada awal Pemerintahan Jepang, AII dibubarkan dan secara diam-diam ia mendirikan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII). Ia juga pendiri Pondok Pesantren Syamsul Ulum, Sukabumi. Selain itu, Kiai Sanusi juga pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tahun 1945.( Baca selengkapnya ...)
11. Samanhudi
Samanhudi atau sering disebut Kyai Haji Samanhudi (lahir di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, 1868; meninggal di Klaten, Jawa Tengah, 28 Desember 1956) adalah pendiri Sarekat Dagang Islam, sebuah organisasi massa di Indonesia yang awalnya merupakan wadah bagi para pengusaha batik di Surakarta. Nama kecilnya ialah Sudarno Nadi.( Baca selengkapnya ...)