Profil dr. Rubini - Pahlawan Nasional
dr. Raden Rubini Natawisastra atau dikenal sebagai dr. Rubini adalah seorang dokter dan cendekiawan Indonesia yang mengabdi di Kalimantan Barat (Kalbar) sebelum kemerdekaan RI. Pada 2022, Rubini diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia bersama dengan Soeharto Sastrosoeyoso, Paku Alam VIII, Salahuddin bin Talabuddin dan Ahmad Sanusi. Ia termasuk ke dalam tokoh yang terbunuh dalam Peristiwa Mandor. Namanya juga diabadikan menjadi salah satu rumah sakit di Kalimantan Barat pada 1984, yaitu tepatnya di Kabupaten Mempawah.
Dikutip dari laman setkab.go.id, alasan pemberian gelar pahlawan nasional kepada dr.Raden Rubini Natawisastra antara lain karena beliau telah menjalankan misi kemanusiaan sebagai dokter keliling pada saat kemerdekaan.
Bahkan, dr.Raden Rubini Natawisastra bersama istrinya sampai harus dijatuhi hukuman mati oleh Jepang karena perjuangannya yang gigih untuk membantu rakyat san memperjuagkan kemerdekaan Republik Indonesia.
Rubini Natawisastra lahir pada tanggal 31 Agustus 1906 di Bandung dari keturunan keluarga bangsawan intelektual Sunda. Beliau lahir dari pasangan Ni Raden Endung Lengkamirah dan Raden Natawisastra.
dr R Rubini Natawisastra merupakan seorang dokter yang berasal dari tanah sunda dan menetap di Provinsi Kalimantan Barat selama 17 tahun. Selama di Kalimantan Barat, dr R Rubini menjalankan misi kemanusiaan dengan menjadi dokter keliling melayani pengobatan di daerah terpencil dan pedalaman.
Sejak September 1934 dr.R Rubini Natawisastra berdinas tetap di Militaire Hospitaal Pontianak, Rumah Sakit Swasta milik Misi Katolik (dikenal dengan Rumah Sakit Umum Sungai Jawi) sebagai dokter bedah dan diangkat sebagai kepala rumah sakit tersebut.
Selain menjadi dokter, dr. Rubini juga bergabung dalam kegiatan politik di Partai Indonesia Raya yang mengobarkan semangat untuk menentang penjajahan Jepang dan menuntut kemerdekaan Kalimantan Barat agar dapat menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sementara itu, sang istri yaitu nyonya Amalia Rubini selain mendukung perjuangan dr. Rubini juga aktif di gerakan Palang Merah serta menjadia Ketua Perkumpulan Istri Indonesia (PII) cabang Pontianak. PII merupakan salah satu anggota dari Perserikatan Perkumpulan Istri Indonesia (PPII) yang pada tahun 1935 berganti nama Kongres Perempuan Indonesia dan berganti nama menjadi Kowani di tahun 1946.
dr.Raden Rubini Natawisastra bersama istrinya meninggal dalam Tragedi Mandor yaitu peristiwa pembantaian massal yang terjadi di Kalimantan Barat pada 28 Juni 1944. Saat itu dr. Rubini menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Umum Sungai Jawi, Pontianak, sekaligus Kepala Bagian Bedah. Jasad dr Rubini Natawisastra dan sang istri Amalia Rubini kemudian dimakamkan di Makam Juang Mandor.
Nama dr R Rubini diabadikan menjadi nama RSUD di Kabupaten Mempawah, yakni RSUD dr. Rubini Mempawah. Namanya juga diabadikan menjadi nama jalan di Kabupaten Mempawah, Kota Pontianak, Kota Bandung, serta nama Taman Aulia dr. Rubini di Kabupaten Mempawah.
- kalbarprov.go.id: "DR. RADEN RUBINI NATAWISASTRA PAHLAWAN KALBAR RESMI DITETAPKAN SEBAGAI PAHLAWAN NASIONAL" selengkapnya https://kalbarprov.go.id/berita/dr-raden-rubini-natawisastra-pahlawan-kalbar-resmi-ditetapkan-sebagai-pahlawan-nasional.html
- Kompas.com: "Biografi dr.Raden Rubini Natawisastra, Sosok Dokter dengan Misi Kemanusiaan yang Mendapat Gelar Pahlawan Nasional", selengkapnya https://regional.kompas.com/read/2022/11/07/190133078/biografi-drraden-rubini-natawisastra-sosok-dokter-dengan-misi-kemanusiaan.