Pangeran Pamelekaran (Pangeran Muhammad)
Pangeran Pamelekaran (Pangeran Palakaran atau Pangeran Muhammad) adalah tokoh penyebar Islam, dia putra Pangeran Panjunan atau Syekh Abdurahman putra Syekh Nurjati atau Syekh Datuk Kahfi yang menikah dengan Syarifah Halimah, putri dari Ali Nurul Alim putra putra Jamaluddin Akbar al-Husaini.
Asal usul
Cirebon Tahun 1479 M, diangkatnya Sunan Gunung Jati sebagai Naradipa Padjadjaran menggantikan Pangeran Pakungwati Cirebon. Kemuian, lama-kelamaan pengiriman upeti ke Galuh dihentikan, kejadian ini menimbulkan kekecewaan bagi kerajaan Hindu lainnya seperti Kerajaan Talaga dan Kuningan. Untuk mengantisipasi kejadian ini, Pangeran Muhammad yang memiliki keahlian mendalang, dan disebut juga Pangeran Dalang disertai ayahnya Pangeran Panjunan ditugaskan oleh Sunan Gunung Jati untuk menyebarkan ajaran Islam di kawasan Barat yang sekaligus merupakan benteng pertahanan apabila Talaga mengadakan penyerangan. Sehingga dengan modal kemampuan mendalang dan Pangeran Panjunan sebagai Ulama besar penyebaran ajaran Islam di Sindangkasih tidak banyak hambatan.
Setelah Pangeran Muhammad menggantikan Rambut Kasih, berdirilah pesantren-pesantren yang semakin marak. Pada 1504 M Pangeran Muhammad memperistri putri Sindangkasih seorang pemuka Agama Islam bernama Siti Armilah. Siti Armilah sangat membantu usaha suaminya dalam menyebarkan ajaran Islam di kawasan Majalengka sehingga memang lebih cepat penyebaran ajaran Islamnnya ke daerah-daerah lainnya.
Pada tahun sekitar 1480-an Sunan Gunung Jati mengutus pangeran Muhamad menyebarkan agama Islam di Majalengka. Kemampuan Pangeran Muhamad dalam hal ke-Islaman cukup mendalam, telah menjadikan penyebaran agama Islam semakin lancar. Pada awal tahun 1500-an Pangeran Muhamad memperistri Siti Armilah seorang putri pemuka agama Islam di Sindang Kasih. Versi lain Siti Armilah / Nyi Gedeng Badori di cirebon dan sumedang adalah Nyi Mas Ratu Mertasari (dua anak dari Sunan Gunung Jati dari Nyi Gedeng Babadan / Kusumasari), Siti Armilah / Nyi Gedeng Badori / Ratu Mertasari dinikahi oleh Pangeran Muhammad putra dari Pangeran Panjunan Putra dari Syekh Datuk Kahfi.
Siti Armilah membantu suaminya menyebarkan ajaran agama Islam. Perkawinan Pangeran Muhamad dengan Siti Armilah dikaruniai seorang putra bernama Pangeran Santri. Pangeran Santri inilah yang kemudian menikah dengan Ratu Pucuk Umun dari Kerajaan Sumedang Larang. Pangeran Muhamad meninggal pada tahun 1546 dan dimakamkan di tempat ini. Versi lain kendatangan Pangeran Muhamad ke Majalengka adalah untuk mencari pohon maja yang akan dijadikan obat di Cirebon.
Dari Siti Armilah, Pangeran Muhammad memperoleh putera bernama Pangeran Santri pada Tahun 1505 M. Pangeran Santri sangat cerdas dan tangkas sehingga pada 1530M Pangeran Santri diangkat menjadi Raja Kerajaan Sumedang Larang yang berlokasi di Dayeuh Luhur, Sumedang. Pangeran Muhammad meninggal pada 1546 M dan dimakamkan di lereng Gunung Margatapa yang sekarang disebut Embah Badori.
Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari yang ditulis sekitar tahun 1720, menyatakan bahwa Pangeran Panjunan – adalah ayah Pangeran Pamelekaran atau kakek Pangeran Santri – bukan putra Sunan Gunung Djati, melainkan putra sahabatnya bernama Syarif Abdurahman atau Pangeran Panjunan.
Pangeran Pamelekaran adalah putra Pangeran Panjunan pernikahan dengan Matangsari putra Agung Japura putra Amuk Murugul putra Prabu Susuk Tunggal, putra Prabu Niskala Wastu Kecana, Amuk Murugul memiliki saudara perempuan Nyi Kentring Manik Mayang Sunda yang dinikahi oleh Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi, Matangsari putri dari Keraton Japura yang terletak di Japura Kidul, Cirebon
Pangeran Pamelekaran dikarunia putra Pangeran Santri atau Pangeran Kusumahdinata I yang menjadi penerus Kerajaan Sumedang Larang setelah menikah dengan Mas Ratu Inten Dewata (1530-1578) yang dikenal Ratu Pucuk Umun putri Nyi Mas Ratu Patuakan putra Sunan Tuakan Putra Sunan Guling. Nyi Mas Ratu Patuakan istri Sunan Corenda putra Sunan Parung (cucu Prabu Siliwangi / (Sri Baduga Maharaja). Sunan Parung juga memiliki putri Ratu Sunyalarang yang menikah dengan Prabu Pucuk Umum yang dikaruniai putra Prabu Haur Kuning dan Sunan Wanaperih.
Pangeran Pamelekaran juga memilik saudara dari lain ibu putra Pangeran Panjunan yang bernama Ratu Bagus Angke atau Pangeran Tubagus Angke bergelar Pangeran Jayakarta II yang menikah dengan Ratu Ayu Pembayun Fatimah putri Fatahillah bergelar Pangeran Jayakarta.
Makam Pangeran Muhamad terletak di tengah persawahan di daerah perbukitan berjarak sekitar 3 km dari pusat kota Majalengka. Makam banyak dikunjungi para peziarah. Secara administratif terletak dikampung Cicurug, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, Makam relatif mudah dijangkau dengan kendaraan roda empat dan roda dua melalui jalan beraspal yang sudah mencapainya. Secara atronomis terletak dikoordinat 6º51’08” LS dan 108º13’52” BT.
Keluarga
Pangeran Pamelekaran putra Pangeran Panjunan atau Syekh Abdurahman putra Syekh Nurjati atau Syekh Datuk Kahfi
Putra
Pangeran Santri atau Pangeran Kusumahdinata I menikah dengan Mas Ratu Inten Dewata (1530-1578) yang dikenal Ratu Pucuk Umun
Saudara
Ratu Bagus Angke atau Pangeran Tubagus Angke kelak bergelar Pangeran Jayakarta II
Asal usul
Cirebon Tahun 1479 M, diangkatnya Sunan Gunung Jati sebagai Naradipa Padjadjaran menggantikan Pangeran Pakungwati Cirebon. Kemuian, lama-kelamaan pengiriman upeti ke Galuh dihentikan, kejadian ini menimbulkan kekecewaan bagi kerajaan Hindu lainnya seperti Kerajaan Talaga dan Kuningan. Untuk mengantisipasi kejadian ini, Pangeran Muhammad yang memiliki keahlian mendalang, dan disebut juga Pangeran Dalang disertai ayahnya Pangeran Panjunan ditugaskan oleh Sunan Gunung Jati untuk menyebarkan ajaran Islam di kawasan Barat yang sekaligus merupakan benteng pertahanan apabila Talaga mengadakan penyerangan. Sehingga dengan modal kemampuan mendalang dan Pangeran Panjunan sebagai Ulama besar penyebaran ajaran Islam di Sindangkasih tidak banyak hambatan.
Setelah Pangeran Muhammad menggantikan Rambut Kasih, berdirilah pesantren-pesantren yang semakin marak. Pada 1504 M Pangeran Muhammad memperistri putri Sindangkasih seorang pemuka Agama Islam bernama Siti Armilah. Siti Armilah sangat membantu usaha suaminya dalam menyebarkan ajaran Islam di kawasan Majalengka sehingga memang lebih cepat penyebaran ajaran Islamnnya ke daerah-daerah lainnya.
Pada tahun sekitar 1480-an Sunan Gunung Jati mengutus pangeran Muhamad menyebarkan agama Islam di Majalengka. Kemampuan Pangeran Muhamad dalam hal ke-Islaman cukup mendalam, telah menjadikan penyebaran agama Islam semakin lancar. Pada awal tahun 1500-an Pangeran Muhamad memperistri Siti Armilah seorang putri pemuka agama Islam di Sindang Kasih. Versi lain Siti Armilah / Nyi Gedeng Badori di cirebon dan sumedang adalah Nyi Mas Ratu Mertasari (dua anak dari Sunan Gunung Jati dari Nyi Gedeng Babadan / Kusumasari), Siti Armilah / Nyi Gedeng Badori / Ratu Mertasari dinikahi oleh Pangeran Muhammad putra dari Pangeran Panjunan Putra dari Syekh Datuk Kahfi.
Siti Armilah membantu suaminya menyebarkan ajaran agama Islam. Perkawinan Pangeran Muhamad dengan Siti Armilah dikaruniai seorang putra bernama Pangeran Santri. Pangeran Santri inilah yang kemudian menikah dengan Ratu Pucuk Umun dari Kerajaan Sumedang Larang. Pangeran Muhamad meninggal pada tahun 1546 dan dimakamkan di tempat ini. Versi lain kendatangan Pangeran Muhamad ke Majalengka adalah untuk mencari pohon maja yang akan dijadikan obat di Cirebon.
Dari Siti Armilah, Pangeran Muhammad memperoleh putera bernama Pangeran Santri pada Tahun 1505 M. Pangeran Santri sangat cerdas dan tangkas sehingga pada 1530M Pangeran Santri diangkat menjadi Raja Kerajaan Sumedang Larang yang berlokasi di Dayeuh Luhur, Sumedang. Pangeran Muhammad meninggal pada 1546 M dan dimakamkan di lereng Gunung Margatapa yang sekarang disebut Embah Badori.
Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari yang ditulis sekitar tahun 1720, menyatakan bahwa Pangeran Panjunan – adalah ayah Pangeran Pamelekaran atau kakek Pangeran Santri – bukan putra Sunan Gunung Djati, melainkan putra sahabatnya bernama Syarif Abdurahman atau Pangeran Panjunan.
Pangeran Pamelekaran adalah putra Pangeran Panjunan pernikahan dengan Matangsari putra Agung Japura putra Amuk Murugul putra Prabu Susuk Tunggal, putra Prabu Niskala Wastu Kecana, Amuk Murugul memiliki saudara perempuan Nyi Kentring Manik Mayang Sunda yang dinikahi oleh Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi, Matangsari putri dari Keraton Japura yang terletak di Japura Kidul, Cirebon
Pangeran Pamelekaran dikarunia putra Pangeran Santri atau Pangeran Kusumahdinata I yang menjadi penerus Kerajaan Sumedang Larang setelah menikah dengan Mas Ratu Inten Dewata (1530-1578) yang dikenal Ratu Pucuk Umun putri Nyi Mas Ratu Patuakan putra Sunan Tuakan Putra Sunan Guling. Nyi Mas Ratu Patuakan istri Sunan Corenda putra Sunan Parung (cucu Prabu Siliwangi / (Sri Baduga Maharaja). Sunan Parung juga memiliki putri Ratu Sunyalarang yang menikah dengan Prabu Pucuk Umum yang dikaruniai putra Prabu Haur Kuning dan Sunan Wanaperih.
Pangeran Pamelekaran juga memilik saudara dari lain ibu putra Pangeran Panjunan yang bernama Ratu Bagus Angke atau Pangeran Tubagus Angke bergelar Pangeran Jayakarta II yang menikah dengan Ratu Ayu Pembayun Fatimah putri Fatahillah bergelar Pangeran Jayakarta.
Makam Pangeran Muhamad terletak di tengah persawahan di daerah perbukitan berjarak sekitar 3 km dari pusat kota Majalengka. Makam banyak dikunjungi para peziarah. Secara administratif terletak dikampung Cicurug, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, Makam relatif mudah dijangkau dengan kendaraan roda empat dan roda dua melalui jalan beraspal yang sudah mencapainya. Secara atronomis terletak dikoordinat 6º51’08” LS dan 108º13’52” BT.
Keluarga
Pangeran Pamelekaran putra Pangeran Panjunan atau Syekh Abdurahman putra Syekh Nurjati atau Syekh Datuk Kahfi
Putra
Pangeran Santri atau Pangeran Kusumahdinata I menikah dengan Mas Ratu Inten Dewata (1530-1578) yang dikenal Ratu Pucuk Umun
Saudara
Ratu Bagus Angke atau Pangeran Tubagus Angke kelak bergelar Pangeran Jayakarta II
Sumber: Wikipedia