Biografi Nicolaus Copernicus, Mengembangkan Teori Heliosentris

Penelusuran terkait: teori nicolaus copernicus, penemuan nicolaus copernicus, teori copernicus dan galileo galilei, penemuan copernicus yang didukung oleh galileo galilei, teori copernicus bumi bulat, heliosentris, teori galileo galilei adalah, teori heliosentris

Biografi Nicolaus Copernicus, Penemu Teori Heliosentris

Nicolaus Copernicus adalah seorang astronom, matematikawan, dan ekonom berkebangsaan Polandia. Ia juga seorang kanon Katolik. Copernicus dikenal karena teorinya yang menyatakan bahwa Matahari, dan bukan Bumi, adalah pusat alam semesta. Teori ini disebut sistem heliosentris, atau berpusat pada Matahari. Teori ini bertentangan dengan geosentrisme, yang menempatkan Bumi di tengah.

Teori Copernicus sangat mengubah pandangan para pekerja di kemudian hari tentang alam semesta, namun ditolak oleh gereja Katolik. Copernicus merupakan bagian dari Daftar 100 Tokoh Dunia Paling Berpengaruh Versi Michael H. Hart.


Biografi

Copernicus lahir pada 19 Februari 1473 di Torun, Kerajaan Polandia, anak bungsu pasangan Mikolaj dan Barbara Watzenrode. Setelah ayahnya meninggal, dia dibawa oleh sang paman, Lucas Watzenrode untuk diasuh dan diberi pendidikan memadai.

Watzenrode menyekolahkan Copernicus di  St John di Torun, dan sang paman menjadi kepala sekolahnya. Pendidikannya dilanjutkan ke Sekolah Katedral di Wloclawek dekat Sungai Vistula, institusi pendidikan untuk mempersiapkan muridnya masuk ke Universitas Krakow.

Tahun 1492, Copernicus kuliah di Jurusan Seni Fakultas Astronomi dan Matematika. Dikatakan, dia adalah murid Albert Brudzewski. Brudzewski merupakan profesor filsafat Aristotelian, namun juga mengajarkan astronomi secara privat di luar kampus.

Kuliah yang diikuti Copernicus memberikan dasar ilmu yang kuat dalam bidang matematika astronomi, namun juga memahami dengan baik filsafat Aristotle. Copernicus dikenal juga fasih berbicara dalam beberapa bahasa. Antara lain Latin, Jerman, Polandia, Yunani, serta Italia.

Pada musim gugur 1495, Copernicus meninggalkan Universitas Krakow tanpa menggamit gelar. Sebab, saat itu pamannya dilantik sebagai Pangeran-Uskup Warmia.

Watzenrode lalu mencoba memasukkan keponakannya di bagian kanonik Warmia yang kosong sejak kematian Jan Czanow pada 26 Agustus 1495. Namun, pengangkatan itu terhambat. Watzenrode lalu mengirim Copernicus untuk mempelajari hukum kanonik di Italia di pertengahan 1496.

Dia pindah ke Bologna, dan beberapa bulan kemudian dia mendaftar di Universitas Bologna di Jurist sebagai "mahasiswa Jerman".

Sejak 1496 hingga 1501, Copernicus dengan tekun mempelajari hukum kanonik gereja dan astronomi di Universitas Bologna. Dia bertemu dengan astronom bernama Domenico Maria Novara da Ferrara, dan kemudian menjadi murid sekaligus asistennya.

Tahun 1501, Copernicus pindah ke Universitas Padua, dan belajar menjadi dokter selama dua tahun sebelum memutuskan keluar. Dua tahun kemudian, dia menamatkan pendidikan doktoral hukum gereja di Universitas Ferrara, dan kembali Polandia sebagai pastor. Dia bergabung dengan pamannya di Istana Episkopal. Selama beberapa tahun, dia bekerja membantu sang paman, dan mengasah ilmu astronominya.


Heliosentris

Sekembalinya ke Warmia, Copernicus bekerja sebagai dokter sekaligus sekretaris pribadi bagi Watzenrode sampai tahun 1510. Kemudian setelah pindah ke Lidzbark-Warminski, dia melanjutkan mempelajari astronomi. Salah satu sumber yang dipakai adalah Epitome of the Almagest karya Regiomontanus di abad ke-15. Buku tersebut menawarkan penjelasan alternatif terhadap bentuk semesta yang ditawarkan Ptolemy, dan sangat mempengaruhi penelitian Copernicus.

Copernicus mulai menyusun teorin "Heliosentris" tahun 1508 yang membutuhkan waktu hingga enam tahun. Pada 1514, dia berhasil menyusun Commentariolus atau Komentar Kecil. Manuskrip setebal 40 halaman yang memuat tentang Heliosentris.

Dalam teori "mentah" tersebut, Copernicus menyatakan kalau Matahari merupakan pusat dari tata surya. Dia mempercayai setiap planet mempunyai kecepatan mengelilingi Matahari (revolusi) berbeda. Tergantung dari jarak dan ukurannya.

Copernicus bukanlah ilmuwan pertama yang memercayai kalau Matahari merupakan pusat tata surya. Jauh di abad ke-3 Sebelum Masehi, seorang ilmuwan Yunani Aristarchus dari Samos juga mengutarakannya. Namun, penjelasan yang ditawarkan Copernicus lebih akurat dibanding Aristarchus. Dia juga memberikan formulasi efisien tentang kalkulasi posisi planet-planet.

Copernicus menjelaskan dengan gamblang kalau bintang tidak bergerak. Jika mereka seolah bergerak, itu terjadi karena perputaran Bumi. Dia lalu mengirim hasil penelitiannya ke koleganya sesama ilmuwan maupun para cendekiawan. Namun, mereka semua tidak mempunyai respon positif.


Buku De Revolutionibus

Penelitian Copernicus tentang Heliosentris ditulisnya dalam sebuah buku yang diselesaikan tahun 1532, buku tersebut dikenal sebagai De Revolutionibus Orbium Coelestium. Namun, dia menolak jika bukunya kemudian dicetak dan diseberluaskan secara luas karena takut jika berpotensi menjadi kontroversi.

Seorang teolog bernama Johann Albrecht Widmannstetter dalam khtbahnya di tahun 1533 mernyisipkan teori Copernicus ke Roma. Hasilnya, beberapa kardinal dan Paus Clement VII tertarik dengan khotbah yang berisi teori tersebut. Sejak saat itu, rumor mengenai teori Heliosentris dengan cepat menyebar ke kalangan terpelajar seantero Eropa.

Meski begitu, Copernicus tetap menolak untuk memublikasikan karyanya secara terbuka karena takut terhadap kritik yang mungkin muncul. Ketika dia sedang berada dalam proses penyusunan, seorang matematikawan bernama Georg Joachim Rheticus sampai di Frombork, tempat tinggal terbaru Copernicus, pada 1539.

Kedatangannya ke Frombork untuk belajar bersama Copernicus sebagai bagian dari perintah Philipp Melanchthon, teman dari penggagas Kristen Protestan, Martin Luther. Selama dua tahun, Rheticus tinggal bersama Copernicus dan menjadi muridnya. Dia menulis Narratio Prima, membahas soal isi teori Copernicus.

Dia membujuk gurunya untuk mencetak De Revolutionibus, yang akhirnya disetujui oleh Copernicus. Buku itu diserahkan ke Uskup Chelmno, Tiedemann Giese. Dari Giese, buku tersebut kemudian dikirim ke Rheticus, sebelum diberikan ke penerbit kondang di Nuernberg, Johann Petreius.


Kontroversi

Pasca dicetaknya buku De Revolutionibus langsung memantik kecaman baik dari Gereja Katolik Roma maupun Lutheran. Kebanyakan argumen yang menyeruak adalah Copernicus tidak mempunyai bukti apa yang menyebabkan Bumi mengorbit Matahari. Gereja Katolik Roma kemudian menyatakan teori Copernicus sesat. Kecaman juga datang dari Martin Luther ketika buku itu terbit.

Selain Luther, Osiander juga menyuarakan keberatannya dengan berkata "si bodoh Copernicus berusaha membalikkan astronomi". Osiander menyerang Copernicus lebih jauh dengan berujar kalau teorinya abstrak, dan tidak perlu dilihat sebagai kebenaran.


Kematian

Nicolaus Copernicus meninggal dalam usia 70 tahun pada 24 Mei 1543 di Frombork. Sebelumnya di akhir 1542, Copernicus didiagnosa menderita pendarahan dalam dan kelumpuhan. Konon, sebelumnya Copernicus sempat koma akibat stroke.

Jenazahnya dikuburkan di Katedral Frombork. Sejumlah arkeolog berusaha menemukan jenazahnya sejak 1802 hingga 2004. Di Agustus 2005, sebuah tim arkeolog yang dipimpin Jerzy Gassowski asal Institut Pultusk, meyakini mereka menemukan jenazah Copernicus di bawah katedral.

Penemuan itu kemudian diumumkan pada 3 November 2008. Gassowski percaya hampir 100 persen kalau kerangka yang ditemukannya milik sang ilmuwan besar.

Pakar forensik didatangkan. Dari pemeriksaan, diketahui kalau tengkorak itu milik seorang pria berusia 70 tahun, usia ketika Copernicus wafat.

Pada 22 Mei 2010, Copernicus mendapat pemakaman kedua yang dipimpin mantan diplomat Vatikan, Józef Kowalczyk, di tempat yang sama di Katedral Frombork.