Profil Ustadz Bernard Abdul Jabbar - Mantan Misionaris Yang Masuk Islam

Ustadz Bernard Abdul Jabbar adalah mantan Ketua Panitia Reuni Akbar Mujahid 212, Beliau juga menjabat sebagai Sekretaris Umum Persaudaraan Alumni 212. Ustadz Bernard Abdul Jabbar merupakan seorang mulalaf yang sebelumnya menganut Katholik Roma.

Dalam kesehariannya, Ustadz Bernard tak henti-hentinya berdakwah menyeru umat Islam untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Beliau meiliki seorang istri tercinta bernama Umi Ririn Kustiningsih.


Biografi

Ustadz Bernard Abdul Jabbar
Bernard Abdul Jabbar lahir dengan nama Bernardus Doni di Malang, tahun 1978 dari orang tua yang beragama Katholoik Roma taat. Bernardus Doni dibesarkan dalam keluarga Katholik Roma yang fanatik. Kakeknya adalah seorang romo Katholik, kakak sulungnya adalah seorang biarawati.

Bernardus Doni sudah dididik dalam ajaran Katholik yang disi Masuk Islam plin sangat luar biasa sejak kecil. Setiap hari Sabtu dan Minggu ia diharuskan untuk pergi ke gereja.

Pendidikan dasar dan menengah ia jalani di sekolah Katholik, Kota Malang. Sekolah menengah pertama di SMP Bromeus, Santo Borromeus, dan pendidikan menengah atas ia lanjutkan di sekolah Katholik lainnya.

Saat belajar di Sekolah Katholik, tidak semua pelajar beragama Katholik, ada juga yang ber­agama Islam. Pergaulan lintas agama tersebut membuat Bernardus Doni ikut tertarik mengenal Islam. Ketika melanjutkan studi ke sekolah menengah atas yang masih berwarna Katholik, ia mulai diam-diam belajar agama Islam. Tapi sekadar ingin tahu.

Saat itu banyak orang mengira Bernardus Don beragama Islam, karena ia juga belajar shalat dan ikut berpuasa, padahal ia masih seorang Katholik. Apalagi dirinya akan diorbitkan untuk menjadi misionaris dengan tugas khusus mengkristenkan sebanyak-banyaknya orang Islam.

Sebagai awal tugas resmi memurtadkan, lulus SMA pada tahun 1996 ustadz Bernard muda berangkat ke Jakarta untuk menemui salah seorang pendeta. Untuk tahap awal ustadz Bernard muda diberi penugasan di mall-mall yang banyak remaja Muslimnya.

Baca: 

Dalam melakukan aksinya, Ustaz Bernard muda ditugaskan untuk mengajak remaja-remaja Muslim bersenang-senang lalu dipengaruhi imannya. Ia juga diberi dana yang besar untuk  menyenangkan hati targetnya dengan memberi hadiah atau kalau kesulitan mereka akan pinjami uang.

Demi menunjang keilmuannya untuk mengkristenkan umat Islam, ustadz Bernard muda dibekali ilmu tentang keIslaman. Bahkan, ia diberi beasiswa untuk kuliah di jurusan bahasa Arab IKIP Jakarta (sekarang UNJ).

Karena memurtadkan umat Islam adalah tugas rahasia, maka tidak ada orang yang tahu kegiatan dirinya. Bahkan, teman-teman kampus mengira ia adalah orang Islam, karena ustaz Bernard muda sangat cepat menguasai bahasa Arab.

Tidak hanya di UNJ, bahkan untuk tambahan penguasaan ilmu ustadz Bernard muda juga ikut kuliah di LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Bahasa Arab).


Dilanda Keraguan

Saat kuliah, Ustadz Bernard diharuskan membaca banyak buku literatur Islam, tujuannya untuk menguasai ilmu tentang Islam agar mudah meyakinkan orang yang akan dimurtadkan.

Namun harapan bertolakbelakang dengan kenyataan, Semakin dirinya mendalami Islam, semakin terbuka pula kedok dan kelemahan agama yang dipeluknya. Di dalam Al-Qur’an sangat tegas sekali dinyatakan bahwa seseorang dinyatakan kafir bila menganggap Tuhan mempunyai anak, dan banyak sekali pertanyyan lain dari Ustadz Bernard dijawab tuntas oleh Al-Qur’an.

Saat itulah Ustadz bernard mulailah mengalami kebimbangan. Padahal saat itu dirinya sudah benar-benar dipercaya baik oleh kalangan gereja maupun kalangan Islam. Bukan itu saja, iapun sempat berdakwah untuk kalangan Islam dan sempat aktif di partai politik berasaskan Islam.

Menurut Ustazd Bernard, Islam telah memberikan ketenangan kepadanya. Islam bukan merupakan ajaran pasif, tapi mengajarkan pemeluknya agar kreatif, mengajarkan pemeluknya agar taat kepada perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya.

Islam ternyata tidak seperti dulu dirinya diajarkan ketika ia Kristen bahwa keselamatan itu hanya ada dalam Kristen, pemeluk Islam itu bagian dari domba-domba sesat yang harus dikembalikan kepada Kristen sebagai juru selamat. Islam agama yang sesat, Nabi Muhammad adalah penulis Al-Qur’an, itu yang selalu dimasukkan ke dalam pikiran uastadz Bernard.

Menurut pengakuannya, Ketika belajar Islam, ternyata jauh berbeda. Islam mengakomodir apa yang menjadi kebutuhan manusia dan tidak ada pertentangan di dalamnya. Berbahagialah orang yang sudah Islam sejak lahir dan harusnya mereka lebih fokus dalam memahami dan mendalami agama Islam.


Masuk Islam

Saat kegalauan melanda, muncul pertanyaan pada diri Ustadz Bernard, apakah akan mendua terus seperti ini? Mengapa saya tidak bersikap saja dengan tegas?

Akhirnya pada tahun 1999  Ustadz Bernard mengambil sikap, mengakhiri petualangan bersikap mendua itu. Di sebuah masjid di kawasan Klender ia mengikrarkan diri menjadi seorang muslim dengan mengucapkan dua kalimah syahadat dengan nama baru Abdul Jabbar.


Berdakwah

Setelah menjadi seorang Muslim, Ustadz Bernard memilih jalan hidup untuk berdakwah. Ia berdakwah dengan sungguh-sungguh untuk menegakkan kalimah Allah SWT. Ia datangi para pastor, pendeta, dan teman-teman misionaris dulu untuk diajak berdiskusi. Ditelusurinya mereka yang dulu pernah dimurtadkan, ada sebagian yang mau kembali ke Islam, tapi sebagian tidak mau. Itu tentu semua bergantung kepada hidayah Allah SWT. Hiangga kedua orangtuanya serta saudara semua sudah dapat hidayah, menjadi muslim.

Sumber: http://misikristenisasi.blogspot.com/2013/11/kisah-ustad-bernard-mantan-misionaris.html