Profil Lee Hsien Loong - Perdana Menteri Singapura ke-3
Biodata Lee Hsien Loong
Perdana Menteri Singapura ke-3
Mulai menjabat: 12 Agustus 2004
Menteri Keuangan
Masa jabatan: 2001 – 1 Desember 2007
Informasi pribadi
Lee Hsien Loong (Hanzi: 李显龙/李顯龍; pinyin: Lǐ Xiǎnlóng) adalah Perdana Menteri Singapura ketiga. Ia juga menjabat sebagai Menteri Keuangan Singapura. Lee Hsien Loong adalah anak tertua mantan Perdana Menteri Singapura yang pertama Lee Kuan Yew dan suami dari Executive Director & Chief Executive Officer (CEO) Temasek Holdings Ho Ching, sebuah perusahaan milik negara (BUMN Singapura). Ia dikabarkan mengaku memiliki garis keturunan asli Indonesia, tepatnya Semarang, Jawa Tengah,
Kehidupan Awal
Lee Hsien Loong yang lahir di Singapura pada 10 Februari 1952 merupakan anak tertua dari mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew dan Kwa Geok Choo,
Karier Politik
Lee memulai pendidikan tingkat dasar dan menengah di Singapura sebelum melanjutkan ke Universitas Cambridge dan Universitas Harvard.
Lee bergabung dengan Angkatan Bersenjata Singapura pada 1971 dan mundur dengan pangkat brigadir jenderal (brigjen) pada 1984 ketika dia terpilih sebagai Anggota Parlemen. Dua tahun kemudian, Lee menjabat sebagai Komite Eksekutif Pusat Partai Aksi Rakyat, dan sebagai Deputi Perdana Menteri pada 26 November 1990. Ia menjabat sebagai Ketua Otoritas Moneter Singapura pada Januari 1998, dan Menteri Keuangan pada Nopember 2001. Pada 12 Agustus 2004, Lee menggantikan Goh Chok Tong sebagai Perdana Menteri.
Lee Hsien Loong menjadi duda pada 1982, dan menikah kembali dengan Ho Ching tahun 1985. Mereka dikaruniai empat anak.
Kontroversi
Sebagai anak laki-laki tertua PM Singapura pertama Lee Kuan Yew, karier Lee dibayang-bayangi oleh tuduhan nepotisme. Pada usia 32 tahun, Lee menjadi brigjen termuda dalam sejarah Singapura, dan sejak muda dia telah diduga sebagai pengganti ayahnya sebagai PM. Perlu dipahami bahwa istrinya Ho Ching yang diangkat menjadi direktur BUMN Temasek Holdings juga mengejutkan berbagai kalangan. Tetapi, keluarga Lee bereaksi keras seputar tuduhan tersebut, memenangkan banyak penyelesaian di luar pengadilan untuk alasan pemfitnahan, diantaranya International Herald Tribune (1994), Bloomberg (2002) dan The Economist (2004).
Karier Lee juga terhalang dengan anggapan mengenai tipe pemerintahannya yang arogan dan autokrasi. Menurut sebuah rumor, pada pra-pertemuan Kabinet tahun 1990, Lee yang sedang marah pertama-tama menghina Menteri Keuangan Richard Hu sebelum menampar Menteri Pembangunan Nasional S. Dhanabalan karena dia bersekongkol dengan Hu dan menuntut permintaan maaf dari Lee. Walaupun mereka yang secara langsung terlibat peristiwa itu tidak pernah mengumumkan tuduhan insiden itu, pada 2003 Goh Chok Tong mengomentari insiden tersebut secara anekdot untuk membantah terjadinya insiden itu tatkala berdiskusi perihal penerusnya.
Pada 10 Juli 2004, Lee menciptakan kegemparan diplomatik dengan Tiongkok dengan mengunjungi Taiwan. Pada 28 Agustus 2004 dalam pidato Rapat Umum Hari Kemerdekaan perdananya, Lee berbalik mengkritik pemerintah dan rakyat Taiwan yang menaksir terlalu tinggi dukungan yang akan mereka terima apabila mendeklarasikan kemerdekaan Taiwan. Sebagai tanggapan, Menteri Luar Negeri Taiwan, Mark Chen, menjuluki Singapura sebagai "Negara Pi-Sai", secara harafiah dalam bahasa Minnan berarti "Negara yang tidak lebih besar dari tahi hidung". Menlu Taiwan kemudian menyatakan permintaan maaf resminya.
Mengaku Memiliki Garis Keturunan Asli Indonesia [sumber]
Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, mengaku memiliki garis keturunan asli Indonesia, tepatnya Semarang, Jawa Tengah, demikian seperti dikutip viva.co.id.
Hal ini diungkapkannya satu hari setelah kunjungan kenegaraan ke Provinsi Jawa Tengah bersama Presiden Joko Widodo, Senin, 14 November 2016, dalam rangka meresmikan Kawasan Industri Kendal (KIK).
"Saya punya leluhur dari kota ini. Satu abad yang lalu kakek dari ibu saya, Kwa Siew Tee, datang ke Malaya dari Semarang. Mereka lalu menikah dan menetap di Singapura," tulis Lee, dalam akun Facebook-nya, Jumat, 18 November 2016.
Sumber:
Perdana Menteri Singapura ke-3
Mulai menjabat: 12 Agustus 2004
Menteri Keuangan
Masa jabatan: 2001 – 1 Desember 2007
Informasi pribadi
- Lahir: 10 Februari 1952, Singapura
- Partai politik: PAP
- Istri: Ho Ching
Lee Hsien Loong (Hanzi: 李显龙/李顯龍; pinyin: Lǐ Xiǎnlóng) adalah Perdana Menteri Singapura ketiga. Ia juga menjabat sebagai Menteri Keuangan Singapura. Lee Hsien Loong adalah anak tertua mantan Perdana Menteri Singapura yang pertama Lee Kuan Yew dan suami dari Executive Director & Chief Executive Officer (CEO) Temasek Holdings Ho Ching, sebuah perusahaan milik negara (BUMN Singapura). Ia dikabarkan mengaku memiliki garis keturunan asli Indonesia, tepatnya Semarang, Jawa Tengah,
Kehidupan Awal
Lee Hsien Loong yang lahir di Singapura pada 10 Februari 1952 merupakan anak tertua dari mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew dan Kwa Geok Choo,
Karier Politik
Lee memulai pendidikan tingkat dasar dan menengah di Singapura sebelum melanjutkan ke Universitas Cambridge dan Universitas Harvard.
Lee bergabung dengan Angkatan Bersenjata Singapura pada 1971 dan mundur dengan pangkat brigadir jenderal (brigjen) pada 1984 ketika dia terpilih sebagai Anggota Parlemen. Dua tahun kemudian, Lee menjabat sebagai Komite Eksekutif Pusat Partai Aksi Rakyat, dan sebagai Deputi Perdana Menteri pada 26 November 1990. Ia menjabat sebagai Ketua Otoritas Moneter Singapura pada Januari 1998, dan Menteri Keuangan pada Nopember 2001. Pada 12 Agustus 2004, Lee menggantikan Goh Chok Tong sebagai Perdana Menteri.
Lee Hsien Loong menjadi duda pada 1982, dan menikah kembali dengan Ho Ching tahun 1985. Mereka dikaruniai empat anak.
Kontroversi
Sebagai anak laki-laki tertua PM Singapura pertama Lee Kuan Yew, karier Lee dibayang-bayangi oleh tuduhan nepotisme. Pada usia 32 tahun, Lee menjadi brigjen termuda dalam sejarah Singapura, dan sejak muda dia telah diduga sebagai pengganti ayahnya sebagai PM. Perlu dipahami bahwa istrinya Ho Ching yang diangkat menjadi direktur BUMN Temasek Holdings juga mengejutkan berbagai kalangan. Tetapi, keluarga Lee bereaksi keras seputar tuduhan tersebut, memenangkan banyak penyelesaian di luar pengadilan untuk alasan pemfitnahan, diantaranya International Herald Tribune (1994), Bloomberg (2002) dan The Economist (2004).
Karier Lee juga terhalang dengan anggapan mengenai tipe pemerintahannya yang arogan dan autokrasi. Menurut sebuah rumor, pada pra-pertemuan Kabinet tahun 1990, Lee yang sedang marah pertama-tama menghina Menteri Keuangan Richard Hu sebelum menampar Menteri Pembangunan Nasional S. Dhanabalan karena dia bersekongkol dengan Hu dan menuntut permintaan maaf dari Lee. Walaupun mereka yang secara langsung terlibat peristiwa itu tidak pernah mengumumkan tuduhan insiden itu, pada 2003 Goh Chok Tong mengomentari insiden tersebut secara anekdot untuk membantah terjadinya insiden itu tatkala berdiskusi perihal penerusnya.
Pada 10 Juli 2004, Lee menciptakan kegemparan diplomatik dengan Tiongkok dengan mengunjungi Taiwan. Pada 28 Agustus 2004 dalam pidato Rapat Umum Hari Kemerdekaan perdananya, Lee berbalik mengkritik pemerintah dan rakyat Taiwan yang menaksir terlalu tinggi dukungan yang akan mereka terima apabila mendeklarasikan kemerdekaan Taiwan. Sebagai tanggapan, Menteri Luar Negeri Taiwan, Mark Chen, menjuluki Singapura sebagai "Negara Pi-Sai", secara harafiah dalam bahasa Minnan berarti "Negara yang tidak lebih besar dari tahi hidung". Menlu Taiwan kemudian menyatakan permintaan maaf resminya.
Mengaku Memiliki Garis Keturunan Asli Indonesia [sumber]
Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, mengaku memiliki garis keturunan asli Indonesia, tepatnya Semarang, Jawa Tengah, demikian seperti dikutip viva.co.id.
Hal ini diungkapkannya satu hari setelah kunjungan kenegaraan ke Provinsi Jawa Tengah bersama Presiden Joko Widodo, Senin, 14 November 2016, dalam rangka meresmikan Kawasan Industri Kendal (KIK).
"Saya punya leluhur dari kota ini. Satu abad yang lalu kakek dari ibu saya, Kwa Siew Tee, datang ke Malaya dari Semarang. Mereka lalu menikah dan menetap di Singapura," tulis Lee, dalam akun Facebook-nya, Jumat, 18 November 2016.
Sumber: