Biografi Muhammad BalfasSastrawan Betawi
Muhammad Balfas atau biasa disebut M. Balfas saja adalah sastrawan Indonesia. Dalam dunia sastra Indonesia ia termasuk dalam Angkatan '45.
Sebagai anak Betawi, ia merasa kecewa karena harus kehilangan corak asli kehidupan masyarakatnya. Menurutnya, masyarakat Jakarta sudah jauh berbeda dengan masyarakat Betawi yang dikenalnya sewaktu kecil dulu.
Dalam karya-karyanya, Balfas banyak bercerita tentang keadaan di sekitarnya, sebuah dunia yang benar-benar diakrabinya. Dalam cerpen “Anak Revolusi", “, misalnya, ia secara berterus terang mengakui bahwa tokoh Ama adalah teman bermainnya waktu kecil dulu: salah seorang anak yang sudah harus membantu orang tuanya mencari nafkah sehingga menjadi anak yang “matang” sebelum waktunya. Begitu pula dalam “Rumah di Sebelah”. Balfas pun secara terang-terangan melukiskan sifat-sifat dan keadaan kampung halamannya sewaktu ia masih kecil dulu, yaitu kampung Krukut.
Tidak didapat informasi yang lengkap mengenai latar belakang pendidikan M. Balfas. Kapan dan di mana ia bersekolah di pendidikan dasar dan lanjutan pertamanya tidak diketahui secara pasti. Yang jelas ia menamatkan MULO (setingkat SLTA) pada tahun 1940. Konon, ia tidak melanjutkan sekolah, tetapi langsung bekerja.
M. Balfas pertama kali bekerja sebagai pegawai pada Ekonomishe Zaken. Pekerjaan itu dijalaninya selama tiga tahun (1940-4943). Pada tahun 1946--1947 Ia menjadi kepala redaksi majalah Masyarakat. Pengalamannya sebagai wartawan ini banyak mewarnai karya pertamanya, Lingkaran-lingkaran Retak.
Pada tahun 1953, bersama dengan Sudjati S.A., M. Balfas mendirikan majalah Kisah, sebuah majalah yag khusus menerbitkan cerita pendek. Pada majalah tersebut, M. Balfas (bersama dengan H.B. Jassin dan Idrus) menjadi redaktur selama empat tahun, yakni hingga majalah tersebut berhenti terbit pada tahun 1956.
Pada tahun 1961, bersama dengan H.B. Jassin, M. Balfas menerbitkan majalah baru, yang diberi nama Sastra. Majalah ini memiliki garis kebijakan yang persis sama dengan Kisah. Namun, pekerjaan sebagai redaktur itu pun ia tinggalkan karena M. Balfas merantau ke Kuala Lumpur, untuk bekerja.
Karena tidak betah hagi tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia, ia hiijrah ke Australia. “Aku sudah muak di sini karena harus merendahkan diri saja." , demikian akunya kepada H.B. Jassin (dalam surat pribadinya kepada Jassin yang ditulisnya di Kuala Lumpur pada tanggal 19 September 1966). Di Australia ia mendapat pekerjaan, mengajar di Universitas Sydney. Statusnya sebagai dosen tersebut dijalaninya sejak tahun 1967 hingga akhir hayatnya.
Meninggal dunia
Balfas yang semasa hidupnya pernah tinggal di Kualalumpur, Malaysia. Karena merasa tidak mendapatkan tempat, akhirnya meninggalkan Malaysia dan hijrah ke Australia. Pada tahun 1975, saat berkunjung ke Jakarta, penyakit asma yang dideritanya kambuh. Setelah dirawat beberapa lama. akhirnya pada tanggal 5 Juni 1975 ia meninggal dunia.
Karya
Cerita Pendek
Sumber:
Sebagai anak Betawi, ia merasa kecewa karena harus kehilangan corak asli kehidupan masyarakatnya. Menurutnya, masyarakat Jakarta sudah jauh berbeda dengan masyarakat Betawi yang dikenalnya sewaktu kecil dulu.
Dalam karya-karyanya, Balfas banyak bercerita tentang keadaan di sekitarnya, sebuah dunia yang benar-benar diakrabinya. Dalam cerpen “Anak Revolusi", “, misalnya, ia secara berterus terang mengakui bahwa tokoh Ama adalah teman bermainnya waktu kecil dulu: salah seorang anak yang sudah harus membantu orang tuanya mencari nafkah sehingga menjadi anak yang “matang” sebelum waktunya. Begitu pula dalam “Rumah di Sebelah”. Balfas pun secara terang-terangan melukiskan sifat-sifat dan keadaan kampung halamannya sewaktu ia masih kecil dulu, yaitu kampung Krukut.
Tidak didapat informasi yang lengkap mengenai latar belakang pendidikan M. Balfas. Kapan dan di mana ia bersekolah di pendidikan dasar dan lanjutan pertamanya tidak diketahui secara pasti. Yang jelas ia menamatkan MULO (setingkat SLTA) pada tahun 1940. Konon, ia tidak melanjutkan sekolah, tetapi langsung bekerja.
M. Balfas pertama kali bekerja sebagai pegawai pada Ekonomishe Zaken. Pekerjaan itu dijalaninya selama tiga tahun (1940-4943). Pada tahun 1946--1947 Ia menjadi kepala redaksi majalah Masyarakat. Pengalamannya sebagai wartawan ini banyak mewarnai karya pertamanya, Lingkaran-lingkaran Retak.
Pada tahun 1953, bersama dengan Sudjati S.A., M. Balfas mendirikan majalah Kisah, sebuah majalah yag khusus menerbitkan cerita pendek. Pada majalah tersebut, M. Balfas (bersama dengan H.B. Jassin dan Idrus) menjadi redaktur selama empat tahun, yakni hingga majalah tersebut berhenti terbit pada tahun 1956.
Pada tahun 1961, bersama dengan H.B. Jassin, M. Balfas menerbitkan majalah baru, yang diberi nama Sastra. Majalah ini memiliki garis kebijakan yang persis sama dengan Kisah. Namun, pekerjaan sebagai redaktur itu pun ia tinggalkan karena M. Balfas merantau ke Kuala Lumpur, untuk bekerja.
Karena tidak betah hagi tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia, ia hiijrah ke Australia. “Aku sudah muak di sini karena harus merendahkan diri saja." , demikian akunya kepada H.B. Jassin (dalam surat pribadinya kepada Jassin yang ditulisnya di Kuala Lumpur pada tanggal 19 September 1966). Di Australia ia mendapat pekerjaan, mengajar di Universitas Sydney. Statusnya sebagai dosen tersebut dijalaninya sejak tahun 1967 hingga akhir hayatnya.
Meninggal dunia
Balfas yang semasa hidupnya pernah tinggal di Kualalumpur, Malaysia. Karena merasa tidak mendapatkan tempat, akhirnya meninggalkan Malaysia dan hijrah ke Australia. Pada tahun 1975, saat berkunjung ke Jakarta, penyakit asma yang dideritanya kambuh. Setelah dirawat beberapa lama. akhirnya pada tanggal 5 Juni 1975 ia meninggal dunia.
Karya
Cerita Pendek
- Lingkaran-Lingkaran Retak. (kumpulan cerpen). Jakarta: Balai Pustaka, 1952
- Orang-orang Penting. Dalam mingguan Star Weekly, No. 610, Th. XII, 7 September 1957
- Dosa Tak Berampun. Dalam majalah Lenita, No. 11, Th. 1, November 1951
- Kampung Tjawang. Dalam majalah Orientatie, No. 44, Januari--Juni 1952
- Retak. 1964
- Si Gomar. tidak terselesaikan
- Tamu Malam. Jakarta: RRI, 1957
- Suling Emas. Jakarta: Djambatan, 1956
- Anak-anak Kampung Jambu. Jakarta: Djambatan, 1960
- Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, Demokrat Sedjati. Jakarta/Amsterdam: Djambatan, 1952
Sumber: