Biografi & Biodata Moazzam Malik - Dubes Muslim Inggris Pertama untuk Indonesia

Moazzam Malik
Moazzam Malik
(Twitter)
Moazzam Malik adalah Duta Besar Inggris untuk Indonesia yang resmi setelah menyerahkan surat kepercayaan dari Ratu Elizabeth II kepada Presiden Joko Widodo, Kamis (18/12/2014). Moazzam adalah duta besar Muslim pertama Inggris di Indonesia.

Sebelum bertugas di Indonesia, Moazzam menjabat direktur jenderal di Departemen Pembangunan Internasional Inggris (DFID). Saat itu dia bertugas mengawasi kerja sama Inggris di Timur Tengah, Asia Barat, dan memimpin hubungan Inggris dengan berbagai organisasi multilateral.

Pemerintah Inggris memilihnya untuk bertugas di Indonesia bukan karena semata-mata latar belakangnya yang keturunan Pakistan dan memeluk agama Islam. Namun karena pengalamannya bertugas mewakili Inggris di berbagai belahan dunia yang menjadi pertimbangan penugasannya ke Indonesia.


Biografi

Moazzam Malik yang memiliki darah Pakistan, lahir dan dibesarkan di London,  telah menikah dan memiliki tiga anak. Di luar kantor, beliau gemar membaca novel, menonton film dan teater, menikmati sepak bola (Liverpool FC) dan olah raga kriket, memasak masakan Asia Selatan, dan bermain golf (amatir).

Pemilik akun Twitter @MoazzamTMalik ini lulus dari London School of Economics, memiliki gelar master dari Universitas Oxford, dan Diploma di bidang Akuntansi dan Keuangan dari ACCA.

Sejak 2010 hingga 2013, beliau menjabat sebagai Direktur DFID untuk Stabilisasi dan Asia Barat. Beliau memimpin sekitar 300 staf dengan anggaran sebesar 750 juta dollar untuk wilayah Afghanistan, Pakistan, Tajikistan, Kyrgystan; program-program regional di seputar Asia Selatan dan Tengah; juga Unit Stabilisasi Inggris yang mengatasi isu-isu konflik dan keamanan. Dari tahun 2006 hingga 2010, Moazzam sempat menjadi Direktur DFID untuk PBB, menangani isu-isu konflik dan kemanusiaan, mengelola hubungan Inggris dengan sistem pembangunan PBB, reformasi multilateral, operasi kemanusiaan yang besar, serta membuat kebijakan untuk isu-isu konflik dan keamanan. Di dua jabatan tersebut, Moazza memainkan peran penting di manajemen senior badan-badan DFID serta posisi puncak di Whitehall dan internasional.

Di awal karirnya di DFID Moazzam memimpin proses pembentukan UK White Paper 2006 mengenai pembangunan internasional yang berjudul ‘Menjadikan Pemerintah Bekerja untuk Kaum yang Membutuhkan’. Di antara 2003 dan 2005, Moazzam menjabat sebagai Ketua Sekretaris Pribadi untuk Baroness Valerie Amos lalu bekerja untuk Hilary Benn MP, Menteri Pembangunan Internasional Inggris. Sebagai Ketua Sekretaris Pribadi, Moazzam bekerja dengan para Menteri dan kolega lainnya dalam isu-isu internasional termasuk dalam Pertemuan G8 di Gleneagles yang mengangkat topik “Menjadikan Kemiskinan Menjadi Sejarah”. Beliau juga mengelola program-program DFID di Pakistan, Irak, serta dalam area kebijakan perdagangan.

Sebelum pindah ke Jakarta, Moazzam sempat duduk di Badan Penasehat untuk UK All Party Parliamentary Group di bidang Konflik, sempat menjadi anggota Kelompok Penasehat di Sekretaris Jenderal PBB untuk Pendanaan Darurat, menjabat sebagai Pengamat Pendamping di OECD DAC untuk Swedia, serta penyelia di Goodweave UK, dan bekerja untuk LSM dalam menghapus tenaga kerja anak di industri karpet Asia Selatan.

Di luar Pemerintahan, Moazzam sempat bekerja sebagai seorang konsultan ekonomi yang bekerja untuk klien-klien korporasi Inggris dan salah satunya termasuk Bank Dunia; seorang peneliti di London School of Economics dan Overseas Development Institute; seorang penasehat untuk kebijakan moneter dan devisa di Central Bank of Uganda; serta menjalankan sebuah bisnis produksi mesin dan sebuah LSM regenerasi perkotaan di London.


Menjadi duta besar untuk Indonesia

Moazzam Malik resmi menjadi Duta Besar Inggris untuk Indonesia setelah menyerahkan surat kepercayaan dari Ratu Elizabeth II kepada Presiden Joko Widodo, Kamis (18/12/2014). Uniknya, Moazzam adalah duta besar Muslim pertama Inggris di Indonesia.

Sumber: gov.uk, "Moazzam Malik, Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste"